27. Pasti Ada Alasannya

13K 748 9
                                    

Setengah jam tertidur, tiba-tiba Kalea bangun. Sebesar apapun usahanya agar Kalea bisa tidur sambil dipeluk, tetap tidak membuahkan hasil apa-apa. Bahkan sejak kecil, ketika Keenan ingin bermanja ria dengan kakaknya dan memeluk kakaknya saat tidur bersama, Kalea akan mengomel lantaran dia risih. Dan rupanya, hingga sekarang, Kalea tetap merasa tidak nyenyak ketika dipeluk saat tidur.

Kalea menyingkirkan tangan besar Nate yang melingkar di pinggangnya secara perlahan kemudian menjauhkan dirinya dari Nate dengan gerakan sepelan mungkin agar pria bertubuh besar itu tidak terbangun. Lalu Kalea melanjutkan lagi tidurnya.

Cahaya matahari menyeruak masuk ke dalam kamar Kalea, membuat Kalea mengerjapkan matanya. Melihat tidak ada siapapun di ranjangnya, Kalea langsung terduduk dengan kesadaran sempurna. Pikiran-pikiran buruk mendadak memenuhi kepala Kalea. Bagaimana jika Nate meninggalkannya? Kalea tidak ingin Nate pergi tanpa pamit, entah mengapa hatinya terasa sakit mendengar gagasan tersebut.

"Nate..."

Tidak ada sahutan.

"Nate!" panggil Kalea dengan sedikit lebih keras. Kalea memutuskan untuk memeriksa ke kamar mandi dan Nate berdiri di depan wastafel dengan santai sambil menyikat gigi.

"Kenapa kau tidak membalas panggilanku, bodoh?!" pekik Kalea jengkel. Dia sudah nyaris seperti orang frustrasi sementara Nate tidak mau repot-repot menjawab.

Nate mencuci mulutnya, kemudian terkekeh sambil menarik Kalea mendekat. Dalam hitungan detik, Nate mengangkat Kalea dan mendudukannya di atas meja wastafel.

"Kenapa kau melepas pelukanku, hm?"

Oh, ternyata dia tahu. Batin Kalea.

"Aku tidak bisa tidur sambil dipeluk." jawab Kalea jujur.

"Kenapa?" tanya Nate bingung. Dia mengerutkan keningnya.

"Aku merasa risih, tidak tahu kenapa. Ini sudah terjadi sejak aku kecil..."

Nate memalingkan pandangannya dari Kalea, membuat Kalea merasa bersalah. Kalea lantas meletakkan tangannya di rahang Nate, lalu mendongakkan kepalanya agar mau menatap Kalea.

"Bukan berarti aku tidak suka pelukanmu, Nate," Kalea diam sebentar, "Kau mengerti maksudku, kan?"

Nate mengangguk dan menjawab, "Crystal." lalu mengecup kening Kalea sekilas.

• • •

"Hari ini kamu ketemu sama Tuan Martin." ujar Hailey membacakan buku jadwal Kalea.

"Oke. Makasih Hails," Kalea tersenyum manis. Dibalas Hailey dengan acungan jempol ke udara.

Kalea masih merasa bersalah. Walaupun perasaan bersalah itu tidak masuk akal dan hal itu memang tidak bisa disalahkan. Tapi tetap saja. Dia merasa tidak enak. Apalagi mengingat reaksi Nate tadi pagi.

Imajinasi Kalea tiba-tiba mampet hari ini. Dia bahkan tidak dapat menyelesaikan satupun desain. Kalea akhirnya memutuskan untuk melihat-lihat apapun di internet, memperhatikan perkembangan gaya dan tren jaman sekarang untuk menyesuaikan desainnya.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Kalea. Seorang pria muda yang umurnya mungkin sama dengan Kalea, berjalan masuk ke dalam. Kalea melirik jam di sebelah komputernya. Rupanya sudah jam 2.

"Selamat siang, Nona Hariyono." sapa Tuan Martin.

"Selamat siang, Tuan Martin. Tidak perlu sangat formal, panggil saja Kalea," Kalea menyunggingkan sebuah senyuman.

"Terima kasih Kalea. Dan panggil aku Owen," Owen tersenyum ramah sebelum melanjutkan, "Jadi, aku ingin memesan sebuah gaun malam berwarna hijau. Untuk modelnya..." jelas Owen panjang lebar sementara Kalea mendengarkan sambil menulis bagian-bagian penting yang disebutkan Owen.

"Oke, kapan kau butuh gaun ini?" tanya Kalea. Gaun permintaan Owen tidak terlalu rumit, dan ini malah pekerjaan yang sedikit lebih susah untuk Kalea. Karena dia harus bisa membuat gaun sederhana terlihat luar biasa.

"Bulan depan." jawab Owen.

Kalea manggut-manggut paham. "Oke."

"Tolong usahakan buat dengan teliti, oke? Gaun ini adalah gaun yang akan kusuruh Adeline kenakan pada malam dia kulamar nanti." sebuah senyuman merekah di wajah Owen. Kalea dapat melihat binar-binar bahagia di mata pria tersebut.

"Pasti, Owen."

Owen terlihat seperti akan berbicara sesuatu ketika ponsel Kalea berdering. Nama Nate terpampang di layar ponsel Kalea.

"Maaf," ujar Kalea pada Owen sebelum menjawab telepon Nate.

"Ya, Nate?"

"Time for lunch. Aku sudah di depan." ujar Nate. Kalea sedikit mengernyitkan dahinya bingung. Nate jarang melakukan ini, maksudnya, jarang menjemput Kalea tanpa menelepon Kalea dahulu. Apalagi makan siang mendadak seperti ini.

Kalea memutuskan untuk memilih pergi makan siang dengan Nate, mengingat pertemuan dengan kliennya sudah selesai. Kalea juga tidak terlalu merasa tidak enak untuk secara halus menyelesaikan pertemuannya ini sepihak karena Owen terlihat seperti seumurannya dan mungkin Owen bisa mengerti keadannya, well, mungkin. Meskipun Kalea tahu hukum konsumen, bahwa konsumen adalah raja. Tapi, sekali lagi, mungkin Owen bisa mengerti.

"Hm, aku ke sana setelah ini. Aku sedang bertemu klien."

Setelah selesai berbicara, Kalea meletakkan ponselnya ke atas meja.

"Oke, jadi aku akan mencoba mendesainnya dulu lalu kukirim melalui e-mail. Setelah itu kau tinggal mengonfirmasi, atau jika ada tambahan, kau bisa memberitahuku lewat telepon atau bertemu lagi denganku." jelas Kalea

"Oke, terima kasih, Kalea." Owen tersenyum kemudian menjabat tangan Kalea.

Kalea tersenyum, "Is there anything else you wish to ask?" tanya Kalea sekali lagi.

"Tidak," Owen menggeleng. "Aku akan menunggu hasil desainmu yang aku percaya hasilnya akan fantastis. Aku pernah melihat desainmu dari kakakku, Leila." tutur Owen.

"Oh, kau adiknya Leila?" tanya Kalea sedikit terkejut. Mereka berbincang sambil berjalan keluar.

Kalea melihat mobil Nate yang terparkir di depan butik Kalea.

"It's a pleasure meeting you, Owen. I'll see you in the very near future. Have a good day!" pamit Kalea.

"Thanks! Good day for you too!"

Kalea berlari kecil ke arah mobil Nate, lalu masuk ke dalam.

"Hai, Nate!" Kalea mengecup pipi Nate.

"Hai." Nate tersenyum, namun tidak sampai mata.

"Apakah pria yang keluar denganmu itu klienmu?" tanya Nate sambil menjalankan mobil.

"Ya. Kenapa? Kau kenal?" tanya Kalea, memandang wajah Nate dari samping.

"Nope."

Kalea memutuskan untuk tidak menjawab, kemudian memalingkan wajahnya keluar jendela mobil. Keheningan melanda mereka berdua selama di perjalanan. Dan satu hal yang Kalea tahu, pasti ada sesuatu yang menganggu pikiran Nate.


28 September 2016, 1:40am WITA.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang