32. Nate dan Owen

11.5K 734 11
                                    

"Bisa? Ibuku terlihat semangat sewaktu aku bercerita tentangmu padanya. Dia menyukaimu." ujar Nate ditelepon.

Kalea awalnya sedang duduk sambil mencoret-coret sketsa busana untuk anak remaja ketika Nate menelepon Kalea. Nate tiba-tiba menceritakan tentang ibunya yang ingin bertemu dengan Kalea, membuat wanita tersebut kalang kabut. Tidak pernah terpikir di benaknya kalau dia akan bertemu orang tua Nate.

Di sisi lain, Kalea merasa tidak enak jika menolak permintaan ibu Nate itu.

"Baiklah, Nate, aku akan menyusun ulang jadwalku." Kalea menggigit bibir bawahnya. Berharap dalam hati agar jadwal yang dia ubah tidak memberikan dampak yang besar.

"Oke, aku akan menyuruh supirku menjemputmu. Maaf Sayang, aku masih akan sibuk hingga nanti malam. Dan aku tidak ingin kau menyetir sendiri." Nate menghela napas menyesal.

"Tidak usah khawatir, Nate." Kalea menghibur Nate, mencoba mengatakan bahwa Kalea sungguh tidak merasa keberatan. Namun yang keluar hanyalah kata-kata itu saja.

"I'll see you tonight."

Matahari akhirnya mulai terbenam, Kalea bersiap-siap untuk bertemu dengan Theria. Setelah merasa puas dengan gaun malam semi-formalnya, Kalea kembali memeriksa barang bawaannya sebelum masuk ke dalam mobil yang telah menjemputnya. Tidak lupa dia membawa kotak berisi baju hasil desainnya yang dia buat hanya satu piece.

Kalea disambut dengan hangat oleh ibu Nate yang berparas cantik itu.

"Make yourself at home, okay?" ucap Theria sambil memeluk Kalea dan wanita berumur 55 itu dapat merasakan anggukan kepala Kalea di pundaknya.

"This one's for you, Theria." Kalea mengulurkan paper bag berisi kotak baju dan diterima senang hati oleh ibu Nate itu.

"I'm so honored." Theria tersenyum lebar kepada Kalea yang dibalas dengan senyuman manis Kalea.

Nate yang dari tadi berdiri di belakang ibunya menghampiri Kalea, memeluknya dari belakang lalu menunduk sedikit, "Hai, Sayang," bisik Nate tepat di telinga Kalea, membuat bulu kuduknya meremang.

Nate mengecup pipi Kalea selama sepersekian detik. Namun kecupan kecil itu bagaikan memiliki kekuatan magis, membuat pipi Kalea merona merah.

Dan ternyata Nate tidak berhenti melemparkan rayuan-rayuan kecil itu sepanjang Kalea di sana.

• • •

Nate sedang bercakap-cakap dengan sepupunya—Justin—ketika Kalea melingkarkan tangannya di leher Nate dan tiba-tiba duduk menyamping di pangkuannya. Mata pria itu membelalak. Apa yang membuat wanitanya tiba-tiba 'agak' nakal?

"Ya, aku akan meneleponmu lagi," ujar Nate ingin mengakhiri teleponnya. Di waktu yang sama, salah satu tangan Nate mulai merayap naik, melingkar ke pinggang Kalea.

"Siapa itu?" tanya Kalea tanpa bersuara.

"Justin, sepupuku," bisik Nate.

"Hi, Justin!" ucap Kalea dengan riang tepat di speaker ponsel.

"Oh, hi—Who's that?" Justin bertanya pada Nate di belakangan.

"Itu Kalea." balas Nate.

"Hi, Kalea, how are you?" tanya Justin ramah dari seberang sana. Kalea melihat wajah Nate yang berubah dua persen lebih masam dari yang sebelumnya.

"Good," jawab Kalea lalu mengecup pipi Nate gemas sambil menahan kekehannya. Justin dapat mendengar suara kecupan dari telepon itu memilih untuk mengakhiri sambungan teleponnya.

"I'll talk to you guys later, bye," sebelum Nate dan Kalea dapat membalas ucapannya, Justin telah mematikan sambungannya.

"Menurutmu apa yang sedang kau lakukan, Kal?" Tanya Nate dengan suara rendah yang terdengar begitu seksi di telinga Kalea.

"Memangnya apa yang sedang kulakukan?"

Mungkin Nate saja yang berpikir terlalu jauh. Sedari tadi, Kalea hanya duduk sambil memandangi wajah Nate dari samping. Tatapan Kalea juga bukan tatapan menggoda, Nate saja yang telah menganggap segalanya mesum.

"Ya sudah, sekarang ayo kita berfoto," Nate mengacungkan ponselnya di depan mereka berdua, namun Kalea sedang tidak ingin berfoto lantaran wajahnya berantakan sekarang. Sebelum Nate dapat menjepret satu foto, Kalea menoleh ke kanan dan meletakkan dagunya di atas pundak Nate.

Melihat hasil jepretan dengan Kalea yang tidak ingin menghadap kamera, Nate menggigit pundak Kalea gemas.

"Nate!" Kalea memekik kaget.

"Mengapa kau hobi sekali foto? Merasa tampan?" Kalea bertanya dengan nada sarkasme.

"Entahlah, aku merasa foto bisa menjadi kenangan ketika kita tua nanti," jawab Nate serius tanpa mengomentari sarkasme Kalea sebelumnya.

Tiba-tiba Kalea merasakan ponselnya bergetar di kantung celananya.

"Kenapa, Hails?"

"Ketemu Owen lima belas menit lagi, kamu dimana?"

Kalea membelalakkan matanya. Astaga, bagaimana bisa dia lupa?

"Oke, aku ke sana sekarang," sahut Kalea sambil turun dari pangkuan Nate.

"Ada apa, Kal?" tanya Nate.

Kalea menunduk untuk mengecup pipi Nate untuk pamit. "Aku harus ke studio, ada pertemuan dengan Owen, kuharap kau mengerti." Kalea mengelus pipi Nate sebelum meninggalkan ruang kerja Nate.

Begitu Kalea masuk ke studio, dia melihat Owen telah duduk di sofa dengan segelas kopi.

"Maafkan aku, Owen, apa kau sudah menunggu lama?" tanya Kalea dengan raut wajah menyesal.

"Ah, bukan masalah, Kal, dan aku baru sampai."

"Well, dengan kopi yang sudah terseruput setengah memberitahuku dengan tegas bahwa kau sudah disini cukup lama, aku sungguh-sungguh minta maaf." sesal Kalea.

Selama kurang lebih setengah jam Kalea dan Owen telah berbincang-bincang mengenai detail gaun pesanan Owen, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Pintu terbuka sebelum Kalea bahkan menyahuti "masuk".

"Nate?" Kalea melemparkan tatapan bingung.

"Hai, Kal," Nate menghampiri Kalea lalu mengecup sudut bibirnya di depan Owen. Owen hanya bisa membungkam.

"Tadinya aku akan makan di restoran dekat sini, dan aku berniat untuk mengajakmu." Tatapan Nate begitu intens pada Kalea hingga timbul kesan protektif, dan Owen merasakan hal itu.

Tunggu dulu, Nate Slander? Kalea-kah wanita Nate yang selama ini ada di Instagramnya?

"Astaga, Kal," begitu Owen mengeluarkan suaranya, Kalea dan Nate langsung menatap Owen. "Kau adalah... kekasih Nate?"

Kalea mengangguk malu.


Thanks for reading!

Lots of love, Jessica.

29 Oktober 2016, 11:00am WIB.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang