37. Forgive, Food, Snogging

10.3K 727 14
                                    

Perkataan Jordan kemarin membuat Kalea tertarik untuk membuktikan apakah yang dikatakan ayahnya itu benar atau tidak. Motivasi Kalea yang akhirnya memutuskan untuk menemui Nate adalah karena Kalea ingin tahu apa Nate memang mencintai Kalea seperti apa yang ayahnya katakan.

Dengan nyali sekeras baja serta menyiapkan tampang setebal kulit badak, Kalea masuk ke dalam lift dan naik ke lantai kerja Nate. Tiga hari yang lalu, atau tepatnya empat hari yang lalu, Kalea memang salah. Dan dia sendiri yang telah mempermalukan dirinya. Tetapi Kalea tidak ingin mengingat kesalahannya yang telah dilakukan kemarin. Kalau tidak, Kalea akan gagal bersikap tenang sekarang.

"Selamat pagi, Nona Hariyono." sapa Amelia sambil tersenyum sopan, sekretaris Nate.

"Hai, Amelia," balas Kalea sambil tersenyum juga.

"Apa Nona akan menemui Tuan Slander?" tanya Amelia kemudian berdiri dari duduknya.

Kalea mengangguk. "Ya. Tolong kau saja yang ijinkan," biasanya Kalea akan masuk langsung. Tapi kali ini Kalea ingin melihat reaksi Nate mendengar Kalea datang setelah tiga hari tidak bertemu. Maksudnya, Kalea yang keras kepala seperti ini demi apa akan make first move?

Amelia mengetuk pintu kerja Nate, lalu membuka, "Permisi, Tuan, Nona Hariyono ingin bertemu dengan Anda."

Kalea ternyata sudah berdiri di belakang Amelia, tinggi Kalea yang melampaui tinggi Amelia membuat Kalea dapat melihat apa yang tengah Nate lakukan dan berani-beraninya pria besar itu berdusta di depannya, "Katakan aku sibuk." jawab Nate yang sedang menutup wajahnya dengan telapak tangan tanpa melakukan apapun.

Sedikit perasaan ditolak timbul di hati Kalea. Dan rasanya sakit.

"Benarkah?"

Ketika Kalea mengeluarkan suaranya, tatapan Nate langsung tertuju kepada sang pemilik suara. Suara yang telah dirindukannya belakangan ini.

"Terima kasih, Amelia." ucap Kalea ramah lalu melenggang masuk ke ruangan Nate. Tatapan Kalea masih belum lepas dari wajah Nate.

Kantung mata yang jelas. Bibir kering. Wajah pucat.

Oh Tuhan, Jordan tidak berbohong.

**

"Bagaimana kabarmu?" tanya Kalea setelah bokongnya mendarat sempurna di atas kursi yang berhadapan dengan Nate.

Bodoh. Pertanyaan yang bodoh. Kalea yang bodoh.

"Kau bilang kau tidak ingin bertemu denganku." ucap Nate yang sukses membuat Kalea membungkam. Yang dikatakan Nate memang benar, Kalea yang salah telah mengucapkan semuanya tanpa dipikir. Rasanya dia seperti menjilat ludahnya sendiri.

Aku merindukanmu. "Aku berubah pikiran." jawab Kalea yang direspon dengan satu anggukan.

"Why is your face as white as a ghost?" Kalea mengalihkan pembicaraan.

"Karena stress." sahut Nate sekenanya.

"Kerjaan?"

Nate mengangguk samar. Nate mengambil berkas-berkasnya, matanya meneliti tulisan-tulisan.

"Kapan terakhir kau makan?" tanya Kalea lagi, dengan kedua mata yang masih memerhatikan gerak-gerik Nate.

"Afternoon, yesterday afternoon." gumam Nate.

Jawaban Nate otomatis membuat Kalea berdecak, "Ck,"

Kalea tidak suka melihat Nate sakit. Dia benci melihat pria besar itu tidak berdaya. Bukan karena Kalea memang tidak menyukai orang lemah, melainkan rasa sedih yang begitu besar menyelimuti hati Kalea ketika melihat tubuh Nate lemas. Rasanya Kalea ingin menangis saking sedihnya. Tetapi menangis dengan alasan Nate sakit adalah satu perbuatan yang tidak akan Kalea pamerkan pada Nate.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang