41. Tidak Ada Ampun (Private)

8.9K 593 24
                                    

Nate menyuruh salah satu bodyguard-nya untuk mencarikan orang suruhan, dia bersumpah akan membalas meledakkan bom di mal si keparat Peter. Peter telah sukses membuat Nate rugi besar dengan pengunjung yang berdatangan ke mal terus berkurang setiap harinya.

Peter juga sukses membuat orang-orang trauma datang ke mal Slandz, mendoktrin otak masyarakat bahwa mal Slandz tidak aman. Hal itu membuat tenant-tenant sepi, yang berarti, mereka rugi.

Nate mengira kalau Peter sudah berdamai dengannya. Maksudnya, setelah Nate melakukan expansion pada malnya, Peter hanya diam-diam saja. Dan rupanya dia telah merencanakan suatu hal yang begitu kejam seperti ini. Nate tidak pernah menyangka hal ini. Rasanya dia ingin memukul wajah Peter dengan tangannya sendiri.

Kaki Nate melangkah masuk ke ruang kantornya. Beberapa saat kemudian, ketika Nate sedang membaca berkas-berkas, Kalea mendadak masuk dengan tatapan kesal.

"Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" tanya Kalea kesal. Nate baru sadar dia belum mengatakan tentang siapa yang telah melakukan peledakkan bom pada Kalea.

"Hai, Sayang," sahut Nate santai, meskipun sebenarnya dia sedang sangat panas sekarang. "Maaf, aku mematikan suara ponselku."

Nate menepuk pahanya, mengisyaratkan Kalea untuk duduk di atasnya yang direspon dengan Kalea memuta bola matanya, walaupun begitu dia tetap berjalan menghampiri Nate dan menurutinya. Tangan kanan Kalea melingkar di leher Nate.

"Ada kabar lagi tentang penyelidikan?" tanya Kalea menatap wajah Nate saksama.

Nate menutup matanya kuat lalu membuka lagi, berusaha mengurangi rasa sedikit nyeri di mata lantaran hari ini dia banyak melihat tulisan-tulisan di laptop maupun kertas.

Nate mengangguk menanggapi pertanyaan Kalea, "Orang yang meledakkan adalah suruhan Peter."

"Peter siapa?" heran Kalea.

"Peter Martaugh. CEO of Prestigious Group."

"Oh, aku tahu," Kalea mencoba mencerna jawaban Nate yang sama sekali tidak dia duga, "Astaga, bagaimana bisa orang itu..." Kalea menggantung kalimatnya.

Nate yang hari ini kurang banyak bicara hanya mengangkat bahunya tak acuh, "Mungkin dia iri melihat mal ku yang tidak pernah sepi. Padahal malnya juga tidak sepi. Dan satu lagi, dia menyuap pihak kepolisian sehingga mereka tidak membongkar siapa pelaku dibalik kejadian ini." jelas Nate dengan wajah muram penuh dendam. "Untung salah satu polisi adalah teman dekatku."

"Aku bersumpah akan membalas setimpal dengan apa yang telah dia lakukan."

"Apa maksudmu?" Kalea mengerutkan keningnya.

"Aku akan menyuruh orang meledakkan bom juga di tempatnya." ujar Nate dengan tatapan kejam.

"Lalu, setelah kau meledakkan, apa yang menurutmu akan terjadi?" Emosi Kalea mulai terpancing. Nada bicaranya sedikit meninggi.

"Dia juga akan rugi sepertiku." balas Nate dengan tenang, tatapannya melunak.

"Nate, aku sangat-sangat tidak setuju dengan keputusanmu."

"Aku tidak peduli. Tidak ada ampun bagi keparat Peter." dengus Nate. Kalea beranjak dari pangkuan Nate. Dia menatap Nate kesal. Demi Tuhan dia ingin memukul wajah tampan Nate. Nate bodoh!

"Tapi aku peduli padamu! You know what? Apa yang akan kau lakukan itu hanyalah membuang-buang waktu, tenaga, dan uang."

"Aku akan tetap melakukannya." jawab Nate dingin.

"Kau begitu keras kepala dan egois."

"Aku tahu." sahutnya lagi dengan nada yang sama seperti sebelumnya.

Kalea mendengus keras, kesal dengan sikap Nate. "Nate, tanpa membalas dendam pun aku percaya kau akan lebih sukses. Karena aku tahu kau jujur, bukan sepertinya yang licik." Kalea masih mencoba membuat Nate mengurungkan niatnya.

Kalea benar-benar tidak setuju kalau seseorang yang dia sayang melakukan hal seperti membalas dendam, apalagi hal itu akan merenggut nyawa orang tidak berdosa.

"Aku sedang menegakkan keadilan."

"Keadilan my ass? Kau hanya akan mencemarkan namamu!" pekik Kalea kesal.

"Jangan mencampuri urusanku!" bentak Nate yang sukses membuat Kalea membungkam dan kaget. Nate sudah dibutakan oleh dendam. Nate melemparkan tatapan marahnya pada Kalea.

Beberapa saat, keheningan melanda mereka berdua. Tiba-tiba Kalea memecah keheningan.

"Maaf." ucap wanita itu datar dan dingin, dia membalikkan badannya lalu keluar dari ruangan Nate dengan langkah besar.

Kalea tidak menyangka respon Nate yang seperti itu. Demi Tuhan dia benar-benar terkejut. Dia tahu Nate adalah seorang yang temperamental, tetapi tindakan Nate barusan tidak pernah ada di benak Kalea.

Rasa kecewa, marah, sedih bercampur aduk menjadi satu. Mungkin semua kasih sayang Nate selama ini hanyalah semu. Mungkin juga selama ini hanya Kalea yang mencintai Nate begitu besar, namun hal yang sama tidak terjadi pada Nate. Bahkan sekarang Kalea meragukan semua ucapan aku mencintaimu yang terucap dari bibir Nate.

Bukan hanya itu, Kalea juga semakin yakin bahwa Nate memang bukan stress karena dirinya saat mereka tidak bertemu selama tiga hari lantaran terjadi miskomunikasi, Nate stress karena pekerjaannya. Ya, Kalea sadar akan hal itu sekarang.

Kalea masuk ke dalam taksi, meminta supir untuk mengantarkannya ke rumah orang tuanya. Kalea tidak ingin bertemu dengan Nate, entah berapa lama. Dia benar-benar marah dengan Nate. Oke kalau itu keinginannya, Kalea tidak akan memikirkan Nate lagi.

Kalea akan kembali seperti dirinya dulu, datar dan kaku. Dia akan membiarkan Nate sadar sendiri akan kesalahannya. Atau sebenarnya, semua kecemburuan Nate terhadap pria yang dekat dengan Kalea bukan cinta melainkan obsesi? Dan Nate memang tidak pernah sungguh-sungguh mencintai Kalea?



Aku sendiri geregetan pas nulis bagian Nate. Ugh, pengen aku bogem mukanya. 😑 Egois banget.

Maaf ya aku lama updatenya, aku tiba-tiba stuck, bukan idenya yg stuck, tapi nyusun kalimatnya. 😔 Tapi Thank God udah bisa hehehe.

Dan mampir yuk ke ask.fm Kalea sama Nate, mereka baru buat tuh. Sekalian yang pengen misuhin Nate monggo, yang mau semangatin Kalea monggo.

@KaleaHariyono
@NateSlander

Thanks a lot, loves. ❤️❤️

15 Desember 2016, 8:28pm WIB.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang