Kalea menggelengkan kepalanya kuat. Sebuah pertanyaan tiba-tiba menyerang dirinya sendiri dan membuatnya kalap.
Kenapa aku ingin membantu Nate mengurangi rasa takutnya?
Karena kau peduli padanya, Kalea bodoh. Gadis batinnya berucap ketus.
Tidak. Ucap diri Kalea yang lain.
Jangan membohongi dirimu sendiri! Balas gadis batin Kalea geram.
Entah sudah berapa kali Kalea telah meremas kertasnya. Gaun desainnya daritadi tidak ada yang jadi. Kalea benar-benar kehilangan semua imajinasinya. Perasaan Kalea campur aduk mengakibatkan hilangnya konsentrasi, pikiran kacau dan tidak bisa berpikir jernih.
Ia merasa asing dengan perasaan ini yang anehnya membuat ia senang, lebih bersemangat dalam menghadapi hari-harinya.
Kalea mengusap wajahnya kasar.
Apa aku memang menyukainya? Tanya Kalea pada dirinya sendiri. Beruntung Kalea sekarang sedang berada di apartemennya. Jordan tidak akan mendapati putri semata wayangnya itu stres karena dilema dengan perasaannya sendiri.
Sudahlah. Lagipula aku cuma suka. Gak lebih. Kalea meyakinkan dirinya sendiri. Ia belum ingin mencintai seseorang, belum siap untuk patah hati, belum siap untuk menghadapi segala permasalahan dalam sebuah hubungan. Kalea masih begitu awam tentang konsep pacaran. Meskipun ia seringkali berpikir logis mengenai pacaran, tapi ia belum pernah secara langsung berada dalam sebuah hubungan. Dan tidak ingin melakukannya dalam waktu dekat.
Tetapi kenapa hati Kalea mengatakan yang sebaliknya? Wajah tampan Nate mondar-mandir di pikiran Kalea bagaikan setrika. Semakin ia memerintahkan otaknya untuk menghapus wajah Nate dari benaknya, semakin ia mengingat setiap inci wajah Nate.
Kalea benci mengakui fakta bahwa mungkin ia memang suka dengan Nate.
• • •
Hailey mengetuk pintu ruang kerja Kalea. Beberapa detik kemudian terdengar suara Kalea yang mempersilahkan masuk.
"Kalea, ada yang ingin bertemu denganmu." ujar Hailey. Entah pandangan Kalea yang salah atau tidak, ia melihat pipi Hailey memerah. Kenapa?
"Suruh masuk saja." Pasti itu Miss. Harper. Tetapi kenapa ia sudah datang sekarang? Janjinya kan jam 2? Kalea mengernyitkan dahinya.
Kalea memfokuskan pandangannya ke kertas-kertas di mejanya. Ketika kliennya masuk Kalea langsung memasang raut wajah bingung. Sepercik perasaan senang mengenai hatinya.
"Apa yang kau lakukan disini, Nate?"
Nate menyunggingkan senyuman sejuta pesonanya, "Aku butuh kau untuk membuatkanku sebuah suit." sahut Nate.
"Kenapa tidak di desainer lain yang jauh lebih bagus?" tanya Kalea lagi. Sejujurnya, Kalea masih tidak begitu percaya diri dengan karyanya, rasanya ia begitu menciut berhadapan dengan Nate. Eksistensinya begitu mengintimidasi Kalea. Padahal ia begitu percaya diri ketika berhadapan dengan klien-kliennya.
"Aku maunya kau yang buat, Kalea."
"Hm, oke, memang untuk acara apa?" malas berdebat, Kalea mengiyakan permintaan Nate dan melontarkan pertanyaan lainnya.
Ngomong-ngomong, sejak Kalea tahu kalau Nate memiliki fobia, mereka menjadi lebih sering bertemu. Kalea tidak merasa aneh--seperti yang pernah ia katakan, ia mulai menyukai Nate, sepertinya--bertemu dengan Nate berkali-kali. Justru ia senang. Nate sangat ahli dalam banyak hal. Baik dalam menentukan topik percakapan, membuat suasana tidak membosankan, apalagi menggombali Kalea. Baiklah, yang terakhir itu ia tidak suka.
Kadang mereka bisa bertemu seminggu empat kali. Dikarenakan mereka sama-sama sibuk, mereka hanya bisa bertemu di jam-jam makan siang atau makan malam. Kegiatan ini sudah berlangsung selama kurang lebih 1 bulan dan tebak apa? Kalea merasa nyaman. Ia tidak ingin mengakui itu tapi Kalea juga tidak mau berbohong.
"Acara pembukaan store baru di mal Slandz Manhattan. Store yang terkenal di Amerika." jawab Nate semangat. Tampaknya Nate sangat gembira melihat Kalea yang lumayan penasaran terhadap hal-hal sepele di hidupnya.
Kalea lebih berani bertanya-tanya kepada Nate sekarang. Ia tidak lagi merasakan kegugupan dalam dirinya ketika berada di dekat Nate. Satu hal lagi, ia tahu kalau Nate menyukai Kalea.
"Berarti kau akan ke Manhattan?"
"Betul sekali," Nate mengangguk. Kalea diam beberapa saat dan Nate berkata, "Tidak usah memasang wajah sesedih itu seolah aku tidak akan kembali," Nate mencolek hidung Kalea. Kalea tidak sadar kalau ia sudah memasang wajah semacam itu.
Ia akhirnya berdecak kesal, "Percaya diri sekali kau." cibir Kalea dan membuat Nate semakin tersenyum lebar.
"Kalea," panggil Nate. Tanpa membalas panggilan Nate, Kalea hanya menatap wajah dewa yunani milik Nate jengkel.
"Ada satu hal lagi yang aku butuh." ujar Nate yang menurut Kalea sok misterius.
"Apa?" ketus Kalea. Nate terlihat menahan senyumnya sebelum menjawab,
"Aku butuh kau ikut denganku ke Manhattan."
Vote dan komen, kawan.
28 Juli 2016, 04:11pm WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pull Me Closer
Romance[COMPLETED] NATE & KALEA Tentang dua orang dengan sifat keras kepala yang saling jatuh cinta. Tetapi, apakah mereka benar-benar mencintai, melihat banyaknya konflik yang terjadi di antara mereka? Cover from Pinterest.