19. Dua Hari Lagi

13.1K 864 25
                                    

Jordan mengamati anaknya--Kalea--di sebelahnya. Kalea masuk ke dalam mobil lima belas menit sebelum acara benar-benar selesai. Tidak ada percakapan antara Kalea dan Nate selama di acara itu. Dan Jordan melihatnya.

Kalea diam tanpa suara. Keningnya kadang berkerut samar. Yang Kalea rasakan sekarang adalah kemarahan campur kesedihan. Kalea marah melihat Nate dengan wanita yang bukan dirinya, seketika hati Kalea nyeri mengetahui hal itu. Namun dia juga sedih, apa yang membuat Nate seperti itu? Apakah Nate tidak pernah menganggap hubungan mereka serius? Apa selama ini dia hanya bermain-main?

Pikiran Kalea buyar ketika dia sampai di apartemen di London, Kalea segera turun dari mobil diikuti oleh Jordan di belakangnya.

"Kalea," panggil Jordan yang membuat Kalea menoleh.

"Kenapa, Pa?"

"Tadi ada Nate lho,"

"Iya, tau kok..."

"Tapi papa lihat kamu gak ngomong-ngomong sama Nate,"

"Iya..."

"Ada apa?" Jordan merangkul bahu anaknya sambil berjalan masuk ke dalam apartemen. Begitu sampai di ruang tamu, mereka melihat Laura yang tidur sambil duduk. Jordan langsung menghampiri istrinya, mengecup dahi Laura sekilas dan menyuruhnya masuk ke kamar.

"Jadi?" tuntut Jordan.

"Ya, dia jadi tambah cuek, Pa. Kemarin dia bilang dia ke Amsterdam. Ternyata sudah di London, sama perempuan lagi." Kalea menahan amarahnya yang nyaris membeludak. Jika dia tidak sedang berbicara dengan ayahnya, percayalah mungkin dia sudah menjerit meluapkan amarahnya.

"Ya sudahlah, laki-laki banyak, gak usah terpaku sama satu cowok kalau dia memang gituin kamu, kan, Kal."

Kalea mengangguk ragu. Di dunia ini memang banyak pria. Tapi hati Kalea sudah terisi oleh satu pria brengsek yang menghancurkan pikiran dan hati Kalea. Kalau Kalea memang tidak peduli dengan Nate, dari awal Kalea akan pindah pada Caleb. Tidak ada yang kurang dari Caleb. Namun sekali lagi, hati Kalea sudah diisi oleh si brengsek Nathaniel Slander.

Kalea berjalan meninggalkan ayahnya di ruang tamu dan memutuskan untuk masuk kamar. Setelah mengganti pakaian, mencuci muka dan melakukan kebiasaan di malam hari, Kalea mengambil buku sketsa dan mulai menggambar. Baru dia menyelesaikan 2 gambar, Kalea kehilangan imajinasinya. Pikirannya kembali terisi oleh Nate dengan perempuan itu. Kalea tidak bisa menangis. Bukan karena dia tidak mau, tetapi dia tidak bisa menangis di situasi seperti ini. Kalea akan menangis ketika dia sedang marah. Dan saat ini Kalea merasakan nyeri yang tidak tertahankan di dadanya.

Seharusnya Kalea. Seharusnya Kalea yang dirangkul oleh Nate, bukan wanita itu. Kalea ingin marah, tapi pertanyaannya, apakah Nate peduli? Mengingat Nate cuek dengan hubungan mereka.

Tapi... Kalea tidak ingin melepaskan Nate begitu saja. Karena Kalea, mencintai Nate.

• • •

Nate semakin stres sekarang. Mengapa Kalea dan Caleb bisa ada di sana? Apa itu kebetulan atau sudah direncanakan? Kalea bisa tertawa lepas akibat kalimat apapun yang diucapkan oleh si brengsek Caleb sementara Nate disini sudah ingin rasanya mencabik-cabik wajah Caleb. Apakah mungkin Kalea sudah tidak peduli lagi dengan hubungan mereka? Melihat sikap Nate yang berubah drastis, walaupun sikap ini datang bukan dari keinginannya sendiri?

Nate mengambil ponselnya yang tiba-tiba bergetar menandakan panggilan masuk.

"Nate's speaking,"

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang