23. (Tidak) Berlebihan 2

12.7K 823 19
                                    

Sebelum melakukan operasi, Nate diberitahukan jam terakhir makan, minum, lalu disuntikkan obat agar dia buang air besar alias membersihkan isi perutnya. Dokter Payne bersiap masuk ke ruang operasi ketika Kalea bertanya,

"Dok, berapa lama waktu untuk melakukan operasi usus buntu?"

"Kalau lancar 30 menit saja sudah selesai. Tapi maksimal bisa 2 dua jam lebih dikarenakan setiap anatomi tubuh manusia berbeda sehingga letak usus buntu di setiap manusia juga tidak sama. Kalau usus buntunya di depan, bisa langsung dipotong. Jadi membutuhkan waktu sebentar saja. Kalau di belakang perlu waktu yang lebih lama." jelas dokter Payne yang ditanggapi dengan anggukan mengerti oleh Kalea.

"Baik, terima kasih, Dok."

"Berdoalah agar operasi berjalan dengan lancar." Dokter itu tersenyum dan berlalu dari hadapan mereka, dokter bedah dan dokter anastesi, diiringi oleh para suster berbaju hijau masuk ke ruang operasi.

30 menit sudah berlalu. Kalea berdoa dalam hati agar operasi Nate berjalan dengan lancar. Ponsel Kalea bergetar, dirogohnya ponsel itu dan nama "Caleb" muncul di layar.

"Halo?"

"Kal? Lagi dimana?" tanya Caleb. Terdengat sedikit suara grusak-grusuk yang mungkin disebabkan oleh angin.

"Rumah sakit, Nate operasi usus buntu."

"Oh ya? Aku kesana deh, sekalian jengukin dia juga."

"Dia lagi di ruang operasi, baru 30 menit."

"Iya, aku tungguin dia."

Tidak mungkin Kalea akan langsung menolak Caleb datang. Kalea tahu Nate tidak begitu menyukai Caleb, tapi Kalea juga tidak ingin menolak maksud baik Caleb. Menjenguk orang sakit bukan hal yang salah, kan? Kalea pun mengiyakan ucapan Caleb.

Tapi kegelisahan terus menggerogoti hati Kalea.

• • •

Caleb memasukkan ponsel ke kantung celananya kemudian bergegas pergi ke rumah sakit seperti yang disebutkan Kalea. Alasan Caleb ke rumah sakit, yang pertama memang untuk menjenguk Nate. Kedua, untuk menemani Kalea. Caleb tahu Kalea pasti butuh seseorang untuk menemaninya, walau itu tidak diungkapkan secara langsung. Secara psikologis, Kalea sebaiknya ditemani agar beban yang dia punya tidak dipikul sendiri. Atau setidaknya, ada yang menguatkan dirinya. Caleb memang sedikit membaca buku tentang psikolog. Meskipun psikolog tidak ada hubungannya dengan masak.

Ketika Caleb sampai, dia melihat Kalea yang duduk bersebelahan dengan sepasang suami istri yang terlihat sudah tidak bisa dibilang muda.

"Caleb," Kalea berdiri dari duduknya begitu melihat Caleb datang.

"Belum ada kabar dari dokter?"

Kalea menggeleng lemah. Wajahnya tidak menampakkan kepanikan sama sekali tapi Caleb tahu bahwa Kalea sedang panik. Ketika Caleb mengajak Kalea berbicara hanya direspon seadanya oleh Kalea. Pikiran Kalea hanya fokus dengan Nate, Caleb tahu itu dan akhirnya dia memilih untuk diam. Sejam kemudian, yang jika ditotal dengan waktu sebelumnya berarti 2 jam, operasi Nate masih belum juga selesai. Jantung Kalea berdegup kencang.

Kalea menarik napas, mengembuskannya perhalan. Nate tidak apa-apa. Kalea mengulang kalimat itu di kepalanya terus menerus.

Hingga 30 menit kemudian, dokter Payne keluar dari ruang operasi sambil membawa sebuah tabung kecil berisi usus buntu Nate, menurut Kalea.

"Ini usus buntu Nate," tutur dokter Payne yang menjawab tebakan Kalea.

Theria menerima usus buntu anaknya itu, kemudian dokter menjelaskan mengapa operasi berjalan lebih lama dari biasanya. Ternyata usus buntu Nate sudah berwarna merah, artinya usus itu nyaris pecah. Kemudian usus itu sudah sangat lengket serta melengkung ke belakang yang membuatnya menjadi susah diambil. Maka dari itu, dokter Payne mengambil ususnya dengan sangat hati-hati.

Saat ini Nate masih tidur dan akan dipindah ke ruang ICU.

• • •

Nate membuka matanya perlahan. Dengan pandangan buram, dia menangkap sosok suster yang berdiri di sampingnya.

"Dim...mana.. Kal..ea?" Nate sudah mencoba sekuat tenaga untuk berbicara, tapi ini sudah kekuatan maksimalnya, untuk saat ini. Mungkin efek obat bius.

"Tidur dulu ya, Bapak Nate. Nona Kalea sedang di luar." jawab suster itu lembut. Mata Nate kembali terpejam perlahan.

Suara Kalea samar-samar terdengar di telinga Nate.

"Halo," hal pertama yang Nate lihat setelah entah berapa lama matanya terpejam adalah senyum Kalea. Rasanya Nate mendapatkan seluruh semangat untuk hidupnya. Nate tersenyum lemah, masih sedikit tidak sadar. Nate merasakan Theria mengecup kedua pipinya.

Nate juga melihat Blake, Rixo, dan... Caleb? Untuk apa pria itu kesini?! Dan bagaimana dia bisa tahu? Nate memejamkan matanya sejenak sebelum dia menyuruh semua orang yang ada di situ keluar kecuali Kalea.

"Kenapa Caleb ada di sini?" tanya Nate dengan suara serak lantaran sudah lama tidak mengeluarkan suara.

"Dia ingin menjengukmu." balas Kalea tenang.

"Bagaimana dia bisa tahu aku disini?" tanya Nate lagi kali ini dengan tatapan tidak senang.

"Dia meneleponku lalu bertanya aku sedang dimana dan aku menjawab aku menunggumu operasi." jelas Kalea.

"Dan kau membiarkannya datang."

Oh man, not again. Kalea sebenarnya malas berdebat tentang hal tidak penting seperti ini. Kecemburuan Nate agak berlebihan.

"Aku tidak mungkin menolak orang yang ingin menjenguk orang sakit." bantah Kalea.

"Alasan dia kesini karena dia ingin melihatmu. Entah kau sadar atau pura-pura tidak tahu,"

Kalea memilih untuk diam tidak menanggapi.

Let's see how many votes I can get in this sort of boring chapter.

15 September 2016, 1:30am WIB.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang