Owen manggut-manggut mengerti, meski wajahnya menunjukkan ekspresi yang luar biasa kaget.
"Kenapa?" tanya Kalea heran dengan raut wajah Owen.
"Um, aku terkejut karena ternyata kau kekasih Nate, maksudku, aku baru saja memeriksa instagramku dan aku melihat foto kalian, tapi wajahmu tidak terlihat, dan lagi, tadinya aku berencana mengenalkanmu dengan adik tiriku." jelas Owen panjang lebar, rahang Nate seketika mengeras ketika Owen berkata ingin mengenalkan Kalea dengan adik tiri Owen.
"Thanks for your honesty," Nate memutar bola matanya jenuh.
"Oh, astaga," Kalea terkekeh pelan, berusaha mencairkan suasana, agar Owen tidak merasa sangat bersalah.
Tiba-tiba ponsel Owen berdering, setelah membaca sekilas layar ponsel, Owen menempelkan benda pipih itu ke telinga, "Halo,"
"Hm, masuk saja." sahut Owen setelah jeda beberapa detik.
"Adeline?" tebak Kalea begitu Owen menurunkan ponsel dari telinganya.
"Bukan. Adik tiriku."
Nate menarik oksigen banyak-banyak lalu membuangnya perlahan, berharap dengan cara itu Nate bisa menyegarkan pikirannya. Dia memilih mematikan semua gagasan-gagasan negatif yang tiba-tiba muncul di benaknya dan berusaha untuk mendengarkan hati nuraninya.
Tidak usah cemburu, Nate. Kau sangat tahu bahwa Kalea hanya mencintaimu.
Dan Nate mengucapkan ucapan itu berulang kali dalam hati.
Suara ketukan pintu terdengar, membuat mereka bertiga sontak mengalihkan pandangan ke pintu. Dari balik pintu, seorang pria bertubuh jangkung dengan badan yang tidak terlalu kurus berjalan masuk. Kalea lalu memandang orang itu kaget.
"Caleb?"
**
"Aku tidak pernah tahu kau memiliki kakak tiri, Caleb." ujar Kalea. Kalea masih terkejut dengan kenyataan di hadapannya, ternyata dunia memang sempit.
"Maafkan kakakku yang suka sembarangan berbicara." Caleb meringis, rasanya dia bisa merasakan tatapan membunuh yang diberikan oleh Nate.
"Hei, aku awalnya tidak tahu jika Kalea sudah memiliki kekasih," kilah Owen.
"Oleh karena itu, lain kali kau harus meng-cross check dulu. Aku sangat menghargai mereka, dan kau membuat reputasiku tergores." sahut Caleb garang dan Owen diam seribu kata.
Mendengar ucapan Caleb membuat Nate tersedak oleh salivanya sendiri. Terkutuklah Nate yang selalu berpikiran buruk tentang semua teman laki-laki Kalea.
Nate berdeham begitu dia selesai dari batuknya yang membuat wajahnya merah, "Kalau begitu, ayo kita makan siang dulu."
Mereka ber-empat sampai di restauran hotel Slandz, memesan makan, lalu melanjutkan mengobrol. Kalea berbicara dengan Owen mengenai gaun pesanannya sementara Caleb dan Nate membicarakan bisnis mereka masing-masing.
Keesokan harinya, Nate mengerjakan semua pekerjaannya dan menemui orang—atau bisa dibilang ditemui orang—selama satu hari penuh, lantaran kemarin setelah makan siang bersama, Nate langsung siap-siap menjemput kakeknya yang baru datang dari London. Paginya, Nate hanya sempat sarapan roti dan segelas susu, dan setelah itu Nate tidak mengonsumsi apa-apa lagi selain air putih.
Efek dari aktivitas padat Nate itu baru dirasakan ketika matahari terbenam.
Asam lambung Nate kambuh dan yang bisa dia lakukan sekarang hanya terkapar di atas ranjang. Nate meraih ponselnya, berencana meminta tolong supirnya untuk membelikan dia makan, namun Kalea meneleponnya lebih dulu.
"Kal," sapa Nate parau.
Di tempat lain, raut wajah Kalea berubah menjadi serius. "Kau sedang dimana?"
"Apartemen. Ada apa, Kal?" Nate berusaha agar nada bicaranya terdengar biasa. Kalea tidak perlu tahu kalau Nate sedang sakit, Nate tidak ingin merepotkannya, mengingat banyak pekerjaan yang masih harus Kalea urusi.
"Aku ada di lobi apartemenmu, kau sudah makan? Aku membawa cupcake dan sup ayam."
Nate menggeleng lemah, namun detik selanjutnya dia sadar bahwa Kalea tidak dapat melihatnya menggeleng, "Belum. Langsung naik saja, ya? Aku sedang benar-benar mengantuk." Percuma Nate berbohong, pada akhirnya Kalea pasti akan tahu.
"Oke."
Kalea berjalan masuk ke dalam lift. Sekali-kali Kalea yang datang ke tempat Nate dan membawakannya makanan, biasanya Nate selalu datang ke kantor Kalea sambil membawa makanan. Apa salahnya jika Kalea melakukan hal yang sama? Mengingat hari ini Nate sangat sibuk.
Nate bersyukur apartemennya tidak menggunakan kunci, tetapi digantikan oleh password, sehingga dia tidak perlu susah-susah berjalan terseret-seret untuk membuka pintu.
"Nate," suara Kalea terdengar, seketika membuat tubuh Nate terasa jauh lebih tenang.
"Ayo makan."
"Hmm." gumam Nate lantang. Tetapi Nate masih belum beranjak dari ranjangnya. Tubuhnya terasa panas dan bagian ulu hatinya terasa nyeri.
Kalea yang gemas lantaran Nate tidak kunjung keluar dari kamar memutuskan untuk menghampiri Nate. Ekspresi Kalea begitu terkejut melihat pria berbadan besar itu pucat dan berkeringat. Tangan Kalea terulur menyentuh dahi Nate yang terasa sangat panas.
"Apa yang kau makan tadi siang, Nate?" tanya Kalea.
Nate menggeleng lemah, dia tidak kuat mengeluarkan suaranya karena tiba-tiba kepalanya pusing.
"Pagi?" tanya Kalea lagi.
"Roti dan susu." jawab Nate yang terdengar seperti bisikan.
Kalea menghela napas, dia ingin marah pada Nate tetapi tidak bisa. Kalea berjalan ke lemari Nate, menarik satu kaus putih polos lantaran baju yang Nate kenakan sekarang sudah basah terkena keringat.
"Ganti bajumu, Nate, aku akan mengambilkan makan, setelah itu aku mau membeli obat." ujar Kalea.
"Aku memiliki obatnya di lemari." sahut Nate sambil berusaha duduk untuk melepas bajunya.
Kalea memindahkan sup ayam ke mangkuk lalu kembali masuk ke dalam kamar Nate. Dilihatnya Nate tengah bersandar di kepala ranjang sambil menutup matanya.
"Buka mulutmu." perintah Kalea yang sudah duduk di bibir ranjang Nate.
Setelah menghabiskan setengah mangkuk, Nate sudah merasa kenyang. Kalea tahu bahwa orang yang sedang terkena asam lambung tidak boleh langsung memakan dalam jumlah banyak. Kalea kemudian mengambilkan obat.
"Ini minum." Kalea mengulurkan segelas air putih dan satu butir obat.
Sedari tadi Nate menurut perintah Kalea, badannya sangat lemas, membuat Kalea membayangkan seberapa sakit perutnya itu. Begitu Nate selesai meneguk obatnya, Kalea meletakkan gelas di atas nakas. Sebelum mencuci mangkuk dan membersihkan meja, Kalea mengelus dahi hingga rambut Nate dengan penuh kasih sayang.
Wanita itu masuk ke dalam kamar untuk pamit pulang, bukan pamit dengan membangunkan Nate yang sudah terlelap, mungkin hanya sekedar mengecup pipi prianya itu.
"Kal," bisik Nate ketika Kalea baru saja menundukkan badannya.
"Hm?"
"Duduk sini." Nate menepuk ranjang di sebelahnya, lalu meletakkan sebuah bantal sebagai sandaran. Kali ini Kalea yang menuruti permintaan Nate.
Nate langsung menyurukkan wajahnya di lekukan leher Kalea dan memeluk Kalea erat.
Kalea berusaha mengesampingkan egonya, dia tidak bisa tidur sambil dipeluk namun saat ini Kalea harus bisa. Satu tangan Kalea melingkar ke pundak Nate, yang satu lagi mengelus rambut belakang Nate. Tidak lupa Kalea meninggalkan kecupan selamat malam.
"Lekas sembuh, Sayang."
Yee! Part yang lumayan panjang kali ini. Happy reading semua :)
Vote dan komennya pliss? hehehe
5 November 2016, 9:18am WIB.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pull Me Closer
Romance[COMPLETED] NATE & KALEA Tentang dua orang dengan sifat keras kepala yang saling jatuh cinta. Tetapi, apakah mereka benar-benar mencintai, melihat banyaknya konflik yang terjadi di antara mereka? Cover from Pinterest.