25. Quality Time: Kue Cubit

13.3K 843 26
                                    

"Apa masih terasa sakit?" tanya Kalea pada Nate. Setelah 2 minggu keluar dari rumah sakit dan melepas jahitan, Nate sudah lumayan bisa bergerak dengan bebas. Namun, Nate masih tidak diperbolehkan melakukan gerakan-gerakan yang berat seperti melompat.

"Tidak," geleng Nate.

"Sungguh?" tanya Kalea sekali lagi, masih ragu atas jawaban Nate.

"Iya, sayang," Nate mendaratkan kecupan mendadak di bibir Kalea gemas lantaran dia sudah menanyakan pertanyaan yang sama sebanyak sepulu kali. Kalea yang tidak terbiasa dicium tiba-tiba lantas membelalakkan matanya.

Ini Amerika, seharusnya aku bisa terbiasa dengan budaya bebas mereka. Batin Kalea dalam hati. Kalea memang tinggal di Amerika sudah cukup lama tetapi dia tidak pernah pacaran, apalagi pacaran gaya orang Amerika. Semua hal ini masih asing baginya.

Kalea merasa dia yang perlu sedikit berbaur dengan budaya Amerika lantaran Kalealah yang merupakan pendatang. Retak sudah prinsipnya untuk tetap memegang budaya Indonesia dimanapun Kalea berada, sekalipun di Amerika. Pada akhirnya, Kalea goyah juga pada pendiriannya yang sudah dibuat sejak SMP.

Dan tebak apa?

Semua ini dibutakan oleh cinta.

Kalea tahu itu terdengar sangat cheesy. Tapi kekuatan cinta memang dahsyat, begitu kau merasakannya, kau akan mengerti.

"Kal, hari ini kosongkan jadwalmu." cetus Nate. Kalea menaikkan alisnya bingung.

"Kenapa?"

"Aku ingin bersamamu hari ini. Bagaimana kalau kita membuat kue di apartemenmu?" usul Nate dengan antusias. Kalea memandang wajah Nate yang berbinar-binar.

"Hei, kau tetap harus kerja," tegur Kalea. Nate menghela napas.

"Tidak. Aku ingin bersamamu hari ini." Nate mempertahankan keinginannya.

"Jangan lupakan tanggung jawabmu, Nate." balas Kalea.

"Kalea, aku tahu aku memiliki tanggung jawab. Tapi aku sudah mempertimbangkan keputusanku ini. Hanya karena aku tidak masuk kantor satu hari, bukan berarti perusahaanku akan berada diambang kebangkrutan, bukan?"

"Apa kau mengerti aku merindukanmu?" sambung Nate. Darah Kalea berdesir lembut mendengar pertanyaan--yang lebih mirip seperti pernyataan--Nate.

Kalea tidak menyahut dan memilih untuk mengajak Nate ke supermarket. Setelah membeli bahan-bahan, Kalea pulang ke apartemennya. Tiba-tiba jiwa menggoda dalam diri Kalea muncul. Kalea mengganti bajunya dengan tank top hitam yang menampakkan lekuk tubuhnya dipadukan dengan sweatpants abu-abu, lalu dia menguncir rambutnya asal-asal membentuk high bun.

Ketika Kalea keluar dari kamarnya, mata Nate tidak berhenti memandangi Kalea dengan intens. Pandangannya mengikuti gerak-gerik Kalea.

"Nate, aku memiliki cetakan kue cubit, bagaimana kalau kita membuat itu saja?"

"What's kue cebit?" Nate memiringkan kepalanya, tidak yakin dengan bahasa asing yang barusan dia ucapkan.

"Kue cubit." ulang Kalea.

"Manis atau tidak?"

Kalea mengangguk. Lalu Nate bertanya lagi, "How do you say 'Is that delicious?' in Bahasa?"

"Enak kah?" Kalea terkekeh lantaran dia menambahkan sedikit logat Jakarta.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang