10. Sisi Lain Kalea

16.7K 1K 18
                                    

Pertama kali dalam hidupnya, Kalea berpacaran. Pertama kali dalam hidupnya, Kalea berciuman. Ia berharap kalau Nate adalah yang pertama dan terakhir. Ia tidak mengharapkan laki-laki lain. Ia hanya ingin Nate. Not even those three hot Chris(es).

Pertanyaannya, apakah Kalea mencintai Nate? Kalea sendiri bingung akan dirinya apakah ia mencintai Nate atau tidak. Sudah 6 bulan ia mengenal Nate, semakin lama ia mengenal Nate semakin ia merasa tidak ingin pria itu pergi. Apa itu bisa disebut cinta?

Tetapi, dalam hubungan ini ia tidak ingin hanya menjadi pasangan yang seakan dimabuk cinta. Menebar keromantisan dimana-mana bahkan di publik, mengakibatkan orang yang melihat mereka mengerutkan hidung. Kalea berusaha agar hubungannya ini tidak terlihat menggelikan di depan orang. Harapan Kalea adalah mereka saling memberikan perubahan yang baik.

Kalea merebahkan dirinya di ranjang. Malam ini, ia baru saja menyelesaikan tugas-tugasnya dari butik, mendesain gaun yang harus selesai hari ini, dan datang ke pabrik kain untuk restock persediaan kain. Tiba-tiba ponsel Kalea berdering, dengan cepat ia membaca layar ponsel dan mengangkat teleponnya.

"Hai, Nate." sapa Kalea datar.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Nate khawatir dari seberang sana, mengurungkan niatnya untuk mengatakan tujuan ia menelepon begitu mendengar suara Kalea yang tidak biasanya.

"Hm, aku tidak apa-apa. Ada apa?" tanya Kalea malas. Kalea tidak suka basa-basi di telepon. Sama halnya dengan disms.

"Kau dimana?" Nate bertanya balik. Ia tahu wanitanya itu tidak baik-baik saja.

Kalea menahan kejengkelannya, "Di apartemen."

"Aku kesana sekarang." Nate mematikan sambungan telepon sepihak yang sukses membuat Kalea mendecakkan lidah.

Kalea meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian memejamkan matanya sejenak. Lima belas menit kemudian, Nate mengetuk pintu apartemen Kalea. Kalea beranjak dari ranjangnya untuk membukakan pintu.

Nate berdiri di hadapan Kalea dan Kalea bisa menangkap sinar kecemasan dari mata Nate.

"Kalea, kenapa wajahmu pucat? Apa yang terjadi? Kau sudah makan malam?" Nate menghujani Kalea dengan pertanyaan-pertanyaan yang seketika membuat kepala Kalea pusing. Kalea senang diperhatikan oleh Nate, tapi dalam konteks kali ini Kalea tidak suka diperlakukan terlalu berlebihan seperti ini.

Kalea menarik napas berat lalu menggeleng. Ia benar-benar lelah. "Setelah ini aku akan makan." ucap Kalea mencoba mengurangi kekhawatiran Nate. Kalea kesal kalau Nate terlalu cemas, Kalea sudah dewasa, tidak perlu diurus layaknya anak kecil.

Nate menuntun Kalea berjalan masuk ke dalam kamarnya. Setelah memastikan Kalea nyaman dengan posisinya, Nate berkata,

"Jangan tidur sampai aku kembali. Mengerti?" Nate mengecup kening Kalea ringan lalu pergi sebelum Kalea sempat membalas ucapan Nate. Kalea dapat mendengar suara pintu terkunci, Nate keluar sambil menguncinya. Bagus. Bagaimana kalau tiba-tiba ada kebakaran? Kalea mendengus. Entah kenapa mood-nya jelek sekali saat ini. Bawaannya ingin marah terus.

Tepat dua puluh menit kemudian, Nate masuk ke dalam kamar membawa sepiring nasi dan rendang. Jika kalian bertanya-tanya, di Los Angeles kok ada rendang? Disini ada Indonesian Restaurant yang menjual makanan Indonesia. Tetapi satu porsi rendang harganya Rp. 150.000. Jangan kaget, ini Amerika.

Pull Me CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang