Nate memijat tulang di antara kedua matanya. Sejenak dia mengistirahatkan matanya dari laptop.
Gila. Ini semua gila.
Tadi siang saat dia masih berada di apartemen, Nate menerima telepon dari Amelia yang mengatakan bahwa sebagian kecil mal Slander dibom. Secepat mungkin Nate menghubungi pihak berwajib, hingga sore ini telah diberitakan 7 orang meninggal, 12 orang luka-luka.
Nate benar-benar pusing. Siapa yang berani melakukan ini? Apa motifnya? Kenapa harus di tempatnya? Bukan memikirkan itu saja, Nate merasa kasihan pada para pengunjung yang awalnya berniat untuk bersenang-senang dan memperoleh sukacita malah memperoleh dukacita. Dia merasa bersalah, gagal dalam melindungi pengunjung malnya.
Besok pagi, Nate akan mengadakan pertemuan dengan pemilik para tenant yang tenant-nya menjadi korban pemboman.
• • •
Kalea sedang berselancar di internet untuk melihat perkembangan trend masa kini ketika matanya menangkap berita mengenai pemboman di mal Slandz. Seketika mata Kalea membulat penuh dan tanpa sadar dia menahan napasnya.
Tangannya terulur untuk mengambil ponsel dan dia langsung menghubungi Nate. Namun Nate tidak menjawab panggilannya. Ya Tuhan, apa Nate sedang di mal saat bomnya meledak? Yang berarti...? Kalea nyaris histeris tetapi dia kembali menguasai dirinya.
Tidak, tidak, jika iya, pasti sudah akan diberitakan dari tadi. Kalea berusaha meyakinkan dirinya sendiri, dia menutup mata dan mengerutkan dahinya.
Kalea segera menelepon Amelia untuk memastikan keadaan Nate.
"Tuan Slander ada di ruang kerjanya, Nona." jawab Amelia yang sukses membuat Kalea menghela napas lega.
Terima kasih, Tuhan.
Kalea memaklumi Nate yang tidak mengangkat teleponnya membuat Kalea mengambil keputusan untuk datang ke kantor Nate. Dia menyambar kunci mobil, berpamitan dengan Hailey lalu segera pergi.
Kalea membuka pintu kerja Nate perlahan. Tatapannya jatuh pada Nate yang ternyata tengah menatapnya balik.
"Hei," gumam Nate sambil tersenyum, namun Kalea tahu Nate memaksakan senyum itu.
"I'm sorry for what happened at the mall." jeda sejenak sebelum Kalea melanjutkan, "apa ada kabar dari pihak polisi?"
"Mereka mengatakan tujuh orang meninggal dan dua belas luka-luka, belum ada lagi setelah itu." jelas Nate. Kalea melihat sikap Nate yang mencoba untuk tegar di depannya, tetapi kesedihan yang terpampang di matanya tidak dapat disembunyikan.
"Aku heran dengan motif orang yang meledakkan bom itu. Maksudku, aku tidak punya musuh." lanjut Nate. "Atau mungkin mereka tidak suka padaku dan aku tidak tahu." gumamnya seperti berbicara sendiri tetapi Kalea bisa mendengarnya. Kemudian Nate berdecak sambil memijat pelipisnya.
Nate memiliki riwayat asam lambung, hal itu membuat Kalea khawatir setengah mati pada Nate. Jika Nate terlalu banyak beban pikiran, dia bisa stress dan stress memicu naiknya asam lambung. Kalea ingin mengatakan pada Nate agar malnya diperketat lagi di bagian masuk keluarnya pengunjung serta kendaraan.
Tetapi Kalea mengurungkan niatnya. Dia tahu jika dia mengatakannya sekarang, beban pikiran Nate akan bertambah. Karena bukan hanya satu hal yang dipikirkan, tetapi banyak. Dan Nate adalah manusia, bukan robot. Sehingga tindakan terbaik yang perlu Kalea lakukan sekarang adalah menghibur kekasihnya.
Lantas Kalea menghampiri Nate dan memeluknya, "Kita pasti akan menemukan pelakunya." gumam Kalea.
Nate mengangguk pelan di pelukan Kalea lalu Kalea mengelus rambut Nate lembut, berusaha menyalurkan kekuatan ke tubuh Nate. Lama-kelamaan, Kalea dapat merasakan napas Nate yang terasa panas menerpa kulit lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pull Me Closer
Romance[COMPLETED] NATE & KALEA Tentang dua orang dengan sifat keras kepala yang saling jatuh cinta. Tetapi, apakah mereka benar-benar mencintai, melihat banyaknya konflik yang terjadi di antara mereka? Cover from Pinterest.