CERITA KODOK

1.2K 71 90
                                    

Gerimis, ceriwis mengadu kepada malam.
Tetesan dari langit jatuh menerpa daun kates, lalu luruh ke dalam kolam.
Kolam itu adalah kubang akumulasi najis dari sebuah lokalisasi gang sempit.
Pejuh, uyuh, dan keringat lonte dan pelanggannya mengalir kepadanya.

Gerimis menangis,
Meratap dosa yang terus di akumulasi,
Dalam kolam di belakang rumah Mami Sukinem.
Di sana kodok cabul bercerita.

Dengarkan ceritanya;
: Kemarin malam ada seorang pejabat melonte,
: Dengan uang hasil merampok negara
: Namanya Asu Kampret
Ia mendidih kemaluan lonte itu
Lalu mendesah syahdu
Sebuah nyanyian cabul dari sebuah lokalilasi
Yang lazim, tapi sungguh memuakkan, kata kodok sampil mengupil.
Asu Kampret mendesah panjang, tanda sebuah puncak persenggamaan haram.
Lalu terkulai di samping lonte.

Kampret membayar tarif yang disepakati dengan uang hasil korupsi itu.
Ia mengusapkan uang itu di kemaluan lonte, sambil terkekeh cabul.
Si Lonte menerimanya riang ria dan mengipas – kipaskan segepok uang di mukanya yang mesum.

Gerimis makin menangis,
Ketika kodok di kolam akumulasi najis itu mengakhiri cerita cabulnya.
Malam ini, kodok ikut menangis.
Menemani gerimis yang terus saja merintih.

: Pun malam ini desah dan lengkuh dosa itu terus ada.
Dengan nama pejabat yang lain.
Tapi mereka datang ke sini dengan uang yang sama.
Uang rakyat juga.

Oleh: S.S.Van Beuteles
Galela, 18 Juni 2016

KASAK KUSUK DALAM KELAMBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang