Aku memperhatikan Nonik yang terus mengaduk adonan kuenya. Entah bagaimana ceritanya hingga aku bisa ikut nyangsang di rumahnya, bahkan ikut membuat kue.
Muffin sih lebih tepatnya.
Katanya Nonik ingin aku menjadi sekian dari orang pertama yang mencoba kue buatannya. Ia ingin mulai berjualan kue, untuk kelangsungan hidupnya. Karena aku juga sedang tidak ada pekerjaan, kusanggupi saja saat ia mengajakku ke rumah nya.
"Nah, sekarang masukin chocochips!" kata Nonik dengan riang, membuka sebungkus chocochips dan memasukkannya ke dalam adonan. Saat Nonik bilang ia akan mengundang teman-temannya, kupikir teman-temannya dari jurusan musik modern. Tapi aku juga mendapati Merdi sedang duduk di sebelah Nonik. Matanya berputar mengikuti adukan tangan Nonik pada adonannya.
Hari ini si Ubur-ubur Listrik, begitu aku memanggil Merdi, agak terlihat lebih 'menawan' dari biasanya. Menawan itu maksudnya karena ia memakai kaos polos hitam dan flannel yang tak berkancing, tapi tetap dengan jeans robek-robek dan truck hat yang dipakai terbalik. Biasanya hanya kaus asal-asalan dan celana jeans robek sana-sini. Rambut panjangnya yang dicat pirang di bagian ujung menyembul dari balik truck hat-nya.
"Lu sama dia gimana Jems?" aku memelototi Nonik, tentu saja. Bisa-bisanya dengan santai ia menanyakan hal itu di depan Merdi. Hal itu, Euis.
"Siapa Jems??" bagus, Merdi menyahut.
"Dia siapa sih?" nada suaraku terdengar sok bego, semoga. Nonik tersenyum, seolah tidak ada yang aneh. Padahal mataku memelototi Nonik.
"Ya kali-kali udah ada si dia Jems, haha."
Nonik memutar pembicaraan, menyelamatkanku. Bisa saja aku ikut duduk-duduk dengan teman-temannya yang lain di ruang tamu. Tapi aku merasa tidak nyambung membicarakan sistem notasi nada-nada musik barat. Indonesia punya sistem nada sendiri, kataku yang sebetulnya hanya buta notasi barat. Bahkan aku buta diatonis. Akhirnya aku memilih menonton Nonik memproses adonannya. Walau aku tahu si toa neraka ini bisa kapan saja menceploskan apa saja yang ia mau kepada siapa saja.
Merdi tersenyum melihat tangan Nonik yang terus memutar mengaduk adonan. Laper ni anak kayanya.
Euis .M
Besok ya Jems, sekalian main ke kostan aku ;)
Kubaca chat Euis di handphoneku, emotnya kok begitu amat sih..
JalaSeta
Haha oke siap, mau dibawain apa?
Ah, aku membuat janji temu dengan Euis, nih?
Yah, janji main sih jatuhnya. Aku mau mengambil jaket kulitku yang secara tidak sengaja dibawa oleh Euis. Kalau tidak ada Merdi, pasti aku sudah membahas hal ini dengan Nonik. Ajakannya untuk main ke kostan cukup membuatku...kacau.
Euis M.
Aww gak usah Jems, ketemu kamu aja udah seneng 💜"
DEG!
Plis..bilang kalo salah emot...plis...
Aku meletakkan handphoneku di meja dengan layar menghadap ke meja. Menarik nafas, tahu-tahu Nonik sudah memasukkan adonannya ke loyang dibantu Merdi.
![](https://img.wattpad.com/cover/78345631-288-k491385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya mah Jodoh
General FictionAda yang bilang, pemusik dan penari itu jodoh karena saling membutuhkan satu sama lain. Tapi apa iya? Kalau misalnya keduanya memiliki jenis kelamin yang sama, masih bisa disebut jodoh kah? Ah, 'jodoh' hanya sebuah kata yang selalu membentuk suatu m...