Terhitung sudah tanggal 17, pukul 01.03 dini hari. Dan aku masih belum tidur. Seharian ini rombongan sudah mengelilingi Yogya dan sekitarnya. Tapi sial walau badanku terasa lelah aku tidak bisa tidur sama sekali.
Akhirnya aku keluar dari penginapan. Dan kebetulan warkop yang ada tepat di samping penginapan menjadi tempatku singgah sekarang. Merenung ditemani segelas kopi hitam.
Luar biasa sekali Yogya, jam 1 dini hari pun masih banyak yang terjaga. Anak-anak kampusku juga kulihat ada yang masih berseliweran di depan warkop barang satu dua. Manusia-manusia kalong. Aku juga. Heuheu.
Aku melihat ponsel yang tergelatak di samping gelas. Ragu. Harus mengirim chat ke Euis atau tidak? Tapi aku tidak tahu kapan tepatnya ia mendarat. Kemarin pun aku mengabari Cici hanya soal studi bandingku yang sampai tanggal 19. Tidak bertanya detail tepatnya pukul berapa Euis tiba di bandara.
Is, udah sampe?
Hanya kuketik. Lalu batinku bergelut hebat.
Kirim.
Jangan.
Kirim.
Tidak usah.
Kirim.
Nanti dulu.
Kirim.
Yakin dibalas?
Ah berisik. Yang penting usaha dulu.
Akhirnya kukirim chat tadi ke WA Euis. Centang satu. Tentu saja. Pasti masih di pesawat.
Kopi hitamnya lumayan. Pahit. Seharian ini aku selalu bertemu makanan bernuansa manis. Bahkan air putih tidak mampu menetralkan rasa manis di lidahku. Opor ayam sarapanku tadi pagi, yang kukira pedas karena banyak cabe mengambang, rupanya manis. Parah. Jangan-jangan cabe disini pun manis.
Ah.
Kenapa rasanya hatiku terasa pahit bahkan sampai mengerut melihat ava WA Euis. Bisa-bisanya aku baru sadar. Ava WA-nya adalah foto setangkai bunga mawar merah yang diletakkan di dalam gelas kecil panjang. Melihat kondisinya yang sudah agak layu...pasti itu mawar yang kuberikan saat mengantarnya ke bandara.
Ah. Pusing.
Kubuka game pokemon emerald untuk mengalihkan pikiranku sejenak, ingin menyuling tapi takut berisik sebenarnya, ada yang aneh waktu aku meload data permainan terakhirku. Kenapa yang ditampilkan malah awal permulaan game....?
Aku panik. Mulai panik. Kucari game yang terakhir kusave. Nihil. Tidak ada.
Oke aku ingat. Tadi saat kunjungan, aku sedang sibuk bermain di bangku paling belakang auditorium. Bosan karena pemateri sedang menjelaskan potensi sumber daya Yogya. Lalu mbak Yara yang memang katanya menyusul langsung ke Yogya duduk di sebelahku. Kontan aku kaget dan langsung mengsave gameku. Tapi tombol apa yang tidak sengaja kutekan aku tidak tahu.
Sial....
Permainanku selama seminggu terakhir....
Kenapa sakitnya hampir sama seperti ketidakjelasan Euis....
"Anying......" hidupku makin tidak beres saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya mah Jodoh
General FictionAda yang bilang, pemusik dan penari itu jodoh karena saling membutuhkan satu sama lain. Tapi apa iya? Kalau misalnya keduanya memiliki jenis kelamin yang sama, masih bisa disebut jodoh kah? Ah, 'jodoh' hanya sebuah kata yang selalu membentuk suatu m...