Kak Ulfa menyuruh semua orang untuk ishoma sampai pukul 19.00. Aku bisa melihat kepercayaan diri dan kesombongan yang sedari tadi ditunjukkan Fedo runtuh seketika. Lalu seolahnya seperti muak berada satu ruangan denganku dan kang Yoyo, sangat terlihat dari caranya meninggalkan ruangan. Sedikit tertawa juga aku saat melihatnya. Ah, kesempatan untuk mendekati Euis yang sedang meneguk air minumnya.
"Belajar jaipongan di mana?" tanyaku dengan logat sunda kental, aku orang Jawa namun lama tinggal di Sumedang sebelum akhirnya pindah ke Jakarta. Euis melirikku sejenak lalu tersenyum.
"Hmm? Dulu waktu SD, hehe." jawabnya tenang sembari membetulkan kunciran tingginya.
"Ohh belajar dari SD? Pantes narinya ngalahin anak tari, haha." walau terlihat seperti gombal, sumpah aku tidak bermaksud. Aku menyampaikan fakta.
"Ah kamu bisa aja." ia tertawa kecil.
Eh? Kamu..?
"Asli mana??" tanyaku cepat.
"Jakarta kok, tapi kata papa kalo sama-sama orang Sunda juga gak boleh ngomong gua-elu. Hehe." ia tersenyum lagi, seolah memang tak pernah lelah tersenyum.
"Euleuh, ketara pisan ya aku orang Sunda?" aku menyeringai sambil duduk di trap level yang ada di belakang kami, mengikutinya.
"Iya atuh" balasnya dengan logat Sunda yang terdengar lucu, karena tidak terbiasa berbahasa Sunda pastinya.
"Selain Bajidor bisa apalagi? Jaipongan klasik?"
"Ehm apa yah.. Dulu mah bajidor, reureuh, kembang tanjung, bentang timur, sama apa ya..."
"Daun pulus?" timpalku.
"Ah iya itu juga! Hahaha bisa ngendangnya gak? Itu kan cepet banget!" lagi-lagi ia tertawa kecil, rasanya aku langsung tersihir.
"Mau coba apa?" ada rasa sedikit tertantang dalam ucapanku barusan.
"Boleh, kamu cewe tapi bisa ngendang ih, keren!" ucapnya sambil mengikutiku yang beranjak menuju kendang.
"Ah sekarang mah banyak kok cewe pengendang."
Langsung aku mengambil posisi, dan memainkan kendangan Daun Pulus. Euis terlihat sangat takjub.
"Buseettt goyang ini gua, goyaaang!" seru Ara dari kejauhan, satu-satunya penari yang rambutnya dicepol dan termasuk ke top 3 penari di ruangan ini buatku. Pertama? Euis. Lalu kak Ulfa, dan Ara.
"Sok goyang sok!" timbrung kang Yoyo sambil tertawa. Aku merubah pola kendang menjadi pola mincid*, semua orang tiba-tiba tidak tahan untuk tidak menggoyangkan tubuhnya.
"Aduh parah aduh aduh aduh." Euis kelihatan resah dan akhirnya bangkit berdiri dan mulai menari mengikuti irama. Reflek aku berteriak kecil seperti 'ahay ! ', 'ei!', dan sebagainya mengikuti gerakan Euis yang semakin menjadi . Ia sudah tidak malu-malu lagi. Kang Yoyo mengambil kecrekan dan memainkannya. Tahu-tahu Euis menggoyangkan pantatnya dengan cara yang bahkan membuatku tergoda, sial, ketukan tempoku mulai kacau karena tidak kosentrasi.
"Aisia keheeddd!!" umpatku saat tempoku hancur dan semua orang tertawa sekaligus bertepuk tangan.
"Wow Euis ya, nafsu loh gua ngeliatnya! Sumpah!" kak Ulfa setengah berteriak sambil tertawa-tawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Gua juga kayanya.
"Buseettt Nia kalah Nia! Hahaha/" celetuk kang Yoyo yang langsung kusetujui, Nia penari jaipong yang paling terkenal di kampusku. Tak berapa lama keadaan kembali kondusif karena masih ada yang ingin meneruskan makan, beristirahat, ngobrol, dan lainnya, Euis kembali duduk di sebelahku.
"Is, besok mah ikut ke Sumedang ya, bikin dorling. Bajidor keliling, ngamen. Haha." kataku sambil menumpangkan tanganku di atas kendang.
"Pulang dong?" aku mengernyitkan dahi lagi, ini anak salah dengar atau apa?
"Pulang?" tanyaku tidak yakin.
"Kampung aku kan Sumedang."
"AISIA DUNIA SEMPIT!" aku membenamkan wajahku ke kendang di depanku.
*mincid adalah pola kendang seperti yang biasa didengar saat dangdut, yang pak tung ting tung pak tung ting tung pak itu loh
Tanggal publikasi: 16 Juli 2016
Tanggal penyuntingan: 29 Agustus 2018
![](https://img.wattpad.com/cover/78345631-288-k491385.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya mah Jodoh
Aktuelle LiteraturAda yang bilang, pemusik dan penari itu jodoh karena saling membutuhkan satu sama lain. Tapi apa iya? Kalau misalnya keduanya memiliki jenis kelamin yang sama, masih bisa disebut jodoh kah? Ah, 'jodoh' hanya sebuah kata yang selalu membentuk suatu m...