3

3.5K 224 8
                                    

Author POV

Bruk

Semua itu terdengar cukup keras semua mata tertarik pada sumber suara. Panik. Bagaimana tidak? Seseorang terkulai jatuh pingsan.

Naomi.

Pelatih pun cukup syok dengan anak didiknya yang terkulai. Ada rasa bersalah karena sebelumnya anak didiknya itu telah cukup diporsisr energinya.

Pelatih membawa Naomi ke ruangan istirahat. Diikuti Shania yang merasa bertanggung jawab atas anggotanya juga Melody dan Ve.

"Ka Mel, kita kasih tau sinka jangan ya?" Usul shania.

Ve pun sibuk dengan handphonenya karena menerima beberapa pesan singkat dari Kinal.

Ve kata Sinka. Ka Naomi belum makan dari pagi. Bisakah kau mengingatkannya? Latihan Sinka sedikit kacau karena memikirkan ka Naomi.

Deg.

Pantas saja dia begitu pucat. Apalagi badannya tak berhenti bergerak. Geming hati Ve.

Tanpa diperintah Ve segera menuju kantin membelikan makan untuk Naomi.

"Kamu dari mana Ve?" Tanya Melody saat Ve tiba di ruang istirahat.

"Beli makanan buat Naomi. Kata Sinka dari semalam Naomi belum makan." Ungkap Ve.

"Pantas saja." Kak melody tampak khawatir

"Badannya aja dingin gini." Ungkap shania menyentuh tangan Naomi.

"Biar aku aja yang jaga Naomi. Kalian kembali latihan. Ga enakkan kalo kita bertiga bolos latihan." Usul ve.

Melody dan shania meninggalkan Ve bersama Naomi. Ve memegang tangan Naomi. Dingin. Sembari memandangi wajah Naomi.

cantik. Batin ve saat mengamati wajah Naomi yang terpejam.

Naomi POV

Aku terbangun dari pingsanku. Tidak! Maksudku terbangun dari acting pingsanku.

Bagaimana actingku baguskan? Kenapa aku melakukannya? Aku hanya tak ingin tiba-tiba berubah menjadi monster dihadapan mereka. Maksudku, aku takut kehilangan kendali dan membuat keonaran bodoh seperti yang sebelumnya kulakukan.

"Jangan bangun dulu." Suara itu menghalangiku untuk bergerak namun hanya sesaat. "Kata Kinal kau belum makan dari kemarin malam. Lebih baik kau makan dulu." Ucapnya.

Nama Kinal rasanya membuat emosiku kembali naik. Nama itu yang telah menggeser posisiku di K3. Menjauhkan diriku dari Sinka.

Lengannya menahanku. Namun aku yang sudah dalam keadaan emosi tanpa sadar mendorong tubuhnya kasar. Membuat tubuhnya terhempas.

Aku segera keluar. Dan menguncinya dari luar

Maafkan aku Ve. Lirihku.

"Naomi buka pintunya! Apa yang kau lakukan?" Teriak Ve yang kudengar dari jauh.

***

Aku pacu kendaraanku dengan kecepatan tinggi. Kendaraan roda dua ini yang beratnya 5 kali dari bobotku menyalip kendaraan roda empat di jalanan.

Kemana mobilku? Aku sudah menyimpannya di rumah dan berlalu dengan motor yang begitu kurindukan.

Motorku telah kuparkirkan. Ini tempat yang tepat untuk meluapkan segalanya. Lapang basket. Ku mainkan bola basket mendribel kemudian melakuan lay up. Begitu seterusnya. hingga hujanpun mulai turun, tapi aku tak mengurangi aktifitasku.

Ku lihat jam tanganku. Jam 08.00 malam.

Apa Ve udah keluar? Pikirku. Aish kenapa aku memikirkannya?

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang