Naomi pov
Sepeninggalan ku dari apartemant Ve. Aku segera menuju ke arena street ball. Sebenarnya tak perlu pergi kesanapun moodku dalam keadaan bagus.
Tapi mengingat aku terlanjur janji pada anggota timku untuk bermain kembali maka aku harus menepatinya.
Namun keberadaan lidya mengacaukan segalanya. Aku bertengkar dengannya.
"Ta, aku ingin kita kaya dulu lagi." Ucapnya. Aku hanya diam. "Kita hanya perlu memperbaiki sedikit kekurangan kita dahulu."
"Sedikit katamu?" Ucapku kesal. "Kamu lupa siapa yang membuat kehidupanku kacau seperti ini? Siapa yang meninggalkanku tanpa berkata apapun?"
"Kita ga pernah putus ta." Lanjutnya.
Memhuatku ingat bahwa selama bertahun-tahun tak pernah ada kata putus diantara kita.
"Okey. Kita putus." Ucapku meninggalkannya "kamu ga usah ganggu kehidupanku lagi." Ucapku pergi.
"Ta. Tunggu Ta."
Brak
Aku menoleh kebelakang saat suara lidya tak terdengar lagi. Aku terkejut melihat darah berlumuran dan lidya sudah terkapar di jalanan.
***
Dua hari sudah aku tak mengikuti latihan. Lebih tepatnya tidak bertemu dengan Ve. Karena harus menjaga Lidya yang belum sadarkan diri.
Kini aku menunggu disebrang apartemantnya. Berharap bisa melihatnya walau dari jauh. Kok belum datang? Bukannya dia beres kuliah jam 2? Sekarang sudah jam 4 tapi kok dia belum datang.
Aku sudah menunggu hampir dari dua jam tapi Ve tak kunjung datang. Apa mungkin dia sedang jalan dengan kinal?
Aku membalikkan badanku. Namun terhalangi.
"Ve?"
Ve memelukku.
"Kangen tahu." Ungkapnya membuatku terkejut. "Kamu tuh emang nyebelin banget. Kerjaannya muterin pikiranku. Apa ga cape?" Kesalnya.
Dia tuh lagi ngegombal ato lagi marah sihh?
Aku tersenyum.
"Bales donk pelukkannya." Paksanya.
"Maksa banget sih." Ucaoku pura-pura terpaksa
"Mi kamu jangan goda aku deh?"
"Apaan sih?" Tanyaku kesal.
"Itu hidungmu jangan deket-deket leherku." Ucapannya membuatku tersadar. Dan melepaskan pelukkanku.
"Kok dilepasin sih?" Gerutunya manja.
"Banyak orang ve."
"Ya udah kita lanjutin di kamar yuk." Ucapnya penuh tanda tanya.
"Lanjutin apa?" Tanyaku tersentak kaget.
"Ciuman kita kemaren." Bisiknya yang membuat tubuhku menegang.
"Becanda kali Mi. Ga usah tegang gitu. Aku seneng kok bisa jadi first kiss kamu."
"Loh kok lo ta.." aku segera membungkam mulutku.
"Tuhh kan bener." Ve kembali mendekatkan wajahnya. "Kalau mau lebih akupun bisa loh Mi" godanya yang membuat wajahku memerah.
"Becanda kali Mi. Sampai kaya tomat tuh mukamu." Tawanya.
"Gue harus pergi Ve. Gue harus menemui lidya." Ucapku yang membuat raut wajahnya berubah.
"Lidya kecelakaan Ve. Dan gue merasa bertanggung jawab atas kecelakaan itu." Terangku.
"Aku ga suka kamu deket-deket sama dia. Sekalipun dia mantanmu." Ucap ve dengan bibir yang dimanyunkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ROTASI
Fanfiction13 Juni 2015 "Kejutan ini terlalu berat. Aku rasa ini bukanlah kejutan. Lebih tepatnya batu besar yang menimpaku. Aku kapten JKT 48Tim K3. Tidak! Mantan kapten. Dan dipindahkan ke tim J. Dan kejadian ini membuat sisi lain diriku kembali muncul. Namu...