9

3.2K 196 22
                                    

NAOMI POV

Aku meninggalkan ve. Bukan meninggalkan dalam arti sesungguhnya. Aku hanya pergi sebentar untuk membeli helm. Jadi, jangan berpikir aku tak setia kawan dan tak berperi kemanusiaan ya. Lagi pula ini untuk perlindungan diri.

Sepanjang perjalanan Ve memelukku. Entah mengapa laju kendaraanku tak secepat beberapa menit sebelumnya. Aku tak ingin kehilangan rasa nyaman ini. Mungkin aku suka pelukkannya terlebih lagi udara malam memang sangat dingin.

Akupun berhenti di gedung yang menjulang tinggi. Kok udah sampai lagi sih? Rasanya aku menyesal, tak mengendarai kendaraanku dengan sangat teramat pelan.

"Sampai kapan lo mau meluk gue. Betah banget sih." Ucapku namun ve sama sekali tak ada pergerakkan.

Ku melirik kearah belakang. Aish. Dia malah tidur. Tenang. Cantik. Benar-benar terlihat seperti bidadari.

"Ve bangun. Kita udah sampai." Aku mencoba membangunkannya.

"Bentar ya 5 menit lagi. Lagi nanggung. Nyaman." Ucapnya mempererat pelukkannya.

"Kok cepet banget sih 5 menit. Padahal masih nyaman banget." Ucapnya lunglai bangun dari motorku.

"Mau mapir dulu mi?" Aku menggeleng menolak tawarannya."Kamu hati-hati ya. Jangan mampir-mampir dulu. Langsung pulang ke rumah." Nasihatnya.

Lucu rasanya melihat Ve seperti itu. Terlihat ngantuk dan masih dengan helmku yang nyentrik ala penggendara vespa. Bahkan dia tanpa melepaskannya.

"Aku keatas dulu ya. Aku ngantuk, besok aku ada kuliah pagi. Makasih ya." Ucapnya sembari berlalu.

"Ve." Panggilku yang membuatnya kembali melihatku dengan mata menyipit.

"Besok pagi aku antar kamu ke tempat kuliahmu." Ucapku yang membuatnya mengangguk dan melambaikan tangan.

Setelah punggungnya tak terlihat aku pergi menjauh dari apartemantnya.

"Kamu jangan mampir-mampir dulu langsung pulang ke rumah ya." Suara ve rasanya terngiang di pikiranku.

Padahal mulanya aku berniat unuk pergi memacu pedal gasku. Tempat ngetrack yang beberapa hari ini aku kunjungi lagi. Balapan liar dengan komunitas L. Kumpulan aneh bukan?

Tapi karena selalu teringat kata-kata ve aku memutuskan untuk langsung pulang kerumah.

***

Ve POV

Handphoneku berdering.

"Hallo." Sapaku tanpa mengecek siapa pemanggilnya.

"Sayang ga apa-apakan? Semalaman aku nelponin kamu tapi ga kamu angkat." Ucap dibalik telponku.

"Sayang kamu tumben masih lemes kaya gini." Lanjutnya.

Aku mulai mengecek nama pemanggil. Kinal.

What?
Jam 7? Aku ada kelas jam 8.

"Nal. Aku ada kelas pagi. Aku siap-siap dulu ya."

"Aku antar ya?" Tawarnya.
"Ga perlu. Kamu kan ada latihan jam segitu. Ga enakkan masa kapten telat." Tolakku halus.

Aish kenapa aku bisa bangun kesiangan? Aku terlalu bermimpi indah. Ah Naomi. Baru diantar karena ban kempes aja langsung bisa mimpi indah.

Oh god! Mobilku kan di tempat latihan. Gimana aku ke kampus? Aish bakal telat banget kalo nunggu taxi.

Kalau saja mimpiku nyata. Naomi menjemputku. Aish mikir apa aku ini. Ku pukul kepalaku untuk mengjilangkan hal yang tak mungkin itu.

Dengan tergesa-gesa aku keluar apartemantku. Aku menunggu taxi dan berkali-kali memeriksa jam tanganku yang tak mungkin bergerak mundur.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang