Terimakasih tetap bertahan.
***
author pov
"Kamu yakin kita bisa nemuin Naomi disini?" Tanya melody yang mengenggam erat tangan ghaida.
"Iya Mel. Aku yakin." Jawab ghaida. "Ini tempat sesuai dengan petunjuk dari sinka."
"Apa kita akan berhasil?" Tanya melody ragu.
"Kita ga akan pernah tahu kalau kita ga mencobanya mel." Ucap ghaida.
Melody mengikuti ghaida menyusuri lorong loroyn gang yang sepi. Apalagi keadaan sudah mulai gelap. Membuat lengannya tak bisa berjauhan merangkul lengan ghaida.
hingga mereka sampai disebuah gor yang bergema akibat suara teriakkan dan dentuman bola. Melody semakin tak percaya. Ketika pemandangan yang terlihat di dalamnya.
Melody merasa tempat itu sangat tidak aman. Banyak laki-laki yang menatapnya liar. Seakan kumpulan manusia dengan golongan terendah. Kucel. Dekil. Bahkan banyak orang yang terlihat babak belur. Bau di dalamnyapun sudah tak karuan. Sangat tak sedap.
"Lihatlah!" Arah mata melody mengikuti arah tunjuk ghaida. "Itu Naomi mel."
Melody menatap semakin tak percaya menemukan naomi diantara mereka semua. Di tempat mirip sampah ini.
Melody melongo kaget. Seorang Naomi yang dikenalnya sangat feminim berubah sangar. Berjibaku demi memperebutkan benda bulat itu. Di tinju. Di dorong. Naomi mendapatkan perlakuan itu di area pertandingan. Dan naomi bermain seperti orang kesetanan. Memukul dan mendorong tubuh lawan yang jelas sangat jauh dengan ukuran tubuhnya.
Ekspresi ghaida sudah tak sebingung melody. Menemukan Naomi dia area boxing membuatnya tak kaget lagi dengan pemandangan kali ini.
"Tempat macam apa ini?" Bisik melody.
belum sempat ghaida menjawab. Sekumpulan pria mendekati mereka. Mengganggu kenyamanan mereka.
Melody merangkul ghaida ketakutan. Tapi inilah momen yang ghaida tunggu.
"Ka..kalian mau..apa?" Ucap melody ketakutan.
"Heh. Jangan ganggu mereka." Suara itu membubarkan mereka.
"Lebih baik kalian balik aja." Ucap naomi.
"Kita ga akan pergi sampai kamu balik ke tim." Ucap ghaida.
Naomi meninggalkan mereka begitu saja. Ghaida dan Melody mengikuti dari belakang.
"Bang. Tolong jaga temen gue bang." Ucap naomi pada bang boni.
"Dia beneran Naomi kan Ghai?" Tanya melody yang masih merangkul tangan ghaida. Padahal mereka sudah duduk dengan nyaman.
"Ngeri ya liat Tata kaya gitu?" Bang boni. "Gue pun ngerasa aneh saat liat Tata berubah agak girly." Melody dan ghaida tertarik pada sumber suara. "Ahhh. Gue boni. Gue temen Tata. Maksudnya Naomi."
"Bang udah berapa lama kenal Tata?" Tanya ghaida menyesuaikan keadaan.
"Dari Tata SMA. Dan beberapa hari ini gue ngerasa gak mengenalinya padahal sebelumnya perubahannya sangat drastis." Terang bang boni.
"Maksudnya?" Melody heran.
" Gue tahu Tata ada masalah. Gue bisa liat dari cara maennya. Dia ga pernah maen pake kekerasan. Dia selalu menghargai basket. Mungkin dia disakiti oleh seseorang yang dicintainya. Ah ya Jessi." Tetang bang boni.
"Jessi? Jessica?" Melody meyakinkan
"Ahh iya jessica. Tapi Tata selalu memanggilnya dengan panggilan ve." Jawab bang boni. "Tata jauh lebih ceria saat ada jessi. Tapi sekarang dia tak ingin membahas lagi tentang jessi."
"Apa yang membawa kalian kemari?" Tanya bang boni
"Salah satunya kami ingin meluruskan masalah jessica pada Tata. " jelas ghaida.
"Gue pasti bantu kalian selama itu baik untuk Tata." Bang boni memberi dukungannya.
"Thanks bang." Ucap ghaida.
Naomi pov
Apa yang mereka lakukan disini? buat apa mereka kesini? Sememaksa apapun mereka memintaku kembali ke tim, rasanya aku belum siap. Aku belum siap bertemu veranda. Walaupun kalau boleh jujur aku sangat merindukannya. Merindukanmu jessica veranda.
Aku telah menyelesaikan pertandingan ini dan selalu dengan kemenangan. Aku segera menghampiri tamu tak diundangku yang sedari tadi sepertinya sangat asyik berbincang dengan bang boni. Bukan ke geeran tapi sebuah keyakinan, mereka sedang memperbincangkanku.
"Minum Mi." Ghaida melempar sebotol air mineral.
"Mi, kamu...." wajah melody meringis menahan seakan menahan ngilu. Mungkin karena luka lebamku.
"Gue ga apa-apa." Jawabku santai. "Gue tahu kalian ada maksud datang kemari. Gue ga suka berbasi basi. Apa tujuan kalian?"
"Temuilah ve Mi. Dibandingkan tim. Ve lebih membutuhkanmu." Ucap melody.
"Bukankah lo yang kemaren nyuruh gue buat ngejahui veranda?" Jawabkun nyolot.
Rasionalah sedikit melody. Baru kemarin kamu berkata padaku untuk menjauhi ve semua demi kebaikan ve. Dan sekarang kamu berkata untuk menemui ve karena merasa ve membutuhkanku. Lo menjilat ludah lo sendiri.
Aku membereskan barangku hendak pergi meninggalkan mereka. Aku rasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan lagi. Semua telah selesai.
"Lihatlah." Ghaida memutar sebuah video.
Aku melihatnya sekilas. Ada ve di dalamnya. Wajahnya pucat. Matanya sayu. Dia sedang memeluk lututnya.
"Sudah aku bilang aku tak ingin membahas Naomi." Teriak ve. "Kalau kalian ke sini hanya untuk membahasnya lebih baik pergi " suara itu sekaligus mengakhiri video berdurasi kurang dari 30 detik itu.
"Datanglah besok ke tempat latihan." Ucap ghaida seraya melempar sebuah kertas.
Ghaida menarik lengan melody. Mereka membuat jarak yang semakin menjauh dariku.
Aku sama sekali tak tertarik dengan surat itu. Aku membuangnya.
"APA? Surat peringatan dari Manajemant Ta" bang Boni membaca surat yang kubuang itu.
Aku sama sekali tak peduli dengan surat peringatan itu. Sekalipun seribu suratpun atau aku dikeluarkan dari tim dan di usir dari manajemant aku sama sekali tak peduli.
"Untuk jessica veranda." Ucapan bang boni sukses membuatku tertarik.
Ve mendapat surat peringatan? Apa dia benar-benar tak pernah mengikuti latihan? Ah kenapa aku harus peduli padanya? Toh mau ve dikeluarkan atau apapun itu bukan urusanku. Dia bisa mengurus semuanya sendiri, toh ada kinal di sisinya.
"Gue kenal lo udah lama Ta. Lo soalah tak peduli lagi dengannya. Tapi hati kecil lo sangat merindukannya."
"Ta lo bukan anak kecil lagi. Lo ga bisa selalu meluapkan amarah dan kekecewaanmu dengan hal liar. Semua takkan pernah bisa mengobatimu."
"Sampai kapan Ta, lo lari dari kenyataan? Sampai kapan lo lari dari masalah? Sampai kapan lo menjadikan hal liar ini sebagai pelampiasan masalah yang tak kunjung usai? Sampai kapan?"
"Ta belarilah untuk menyelesaikan masalah bukan untuk menjauhinya." Ucapan panjang bang Boni sukses membuatku mati kutu.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
ROTASI
Fanfiction13 Juni 2015 "Kejutan ini terlalu berat. Aku rasa ini bukanlah kejutan. Lebih tepatnya batu besar yang menimpaku. Aku kapten JKT 48Tim K3. Tidak! Mantan kapten. Dan dipindahkan ke tim J. Dan kejadian ini membuat sisi lain diriku kembali muncul. Namu...