40

2.7K 183 13
                                    

Naomi pov

Apa yang baru saja dikatakan desta? Apa aku tak salah dengar?

Aku benar-benar marah mendengar perkataannya. Aku bisa memenuhi apapun yang dia inginkan terkecuali segala sesuatu yang berhubungan dengan ve.

Tangan kananku telah terkepal. Hendak memukul..

"Sabar.. Ta.. sabar.. gue cuma becanda." Bukannya melepaskan aku semakin mengeratkan peganganku di lehernya.

"Gue cuman ingin buktiin perkataan ghaida." Nama ghaida sontak membuat tanganku mengendur. "Lo bener-bener cinta sama cewe lo." Aku mengerutkan kening.

"Gue sempet nanya sama ghaida. Apa yang sebenarnya lo inginkan dari gue. Karena jelas dari babak 10 tadi lo udah ga mungkin lagi buat bertanding. Ghaida bilang lo lagi memperjuangkan cinta lo." Ucapannya tergenti sejenak.

"Gue gak kenal lo ataupun cewek lo. Jadi gue bingung apa hubungan pertandingan ini dengan cinta." terang desta.

"So? Apa yang lo inginkan?" Tanyaku.

"Sebagai pemenang gue minta lo memberitahu gue apa yang lo inginkan kalau lo memenangkan pertandingan?" Ucap desta membuatku terkejut.

Apa maksudnya? Baru kali ini aku mendapatkan permintaan aneh.

"Gue tau lo bingung Ta. Sama halnya dengan kebingungan gue saat melawan lo. Gue tahu ada sesuatu yang lo sangat inginkan sampai lo merasa harus menang melawan gue. Gue tahu lo udah gak sanggup bertahan di ronde 10. Tapi lo tiba-tiba saja meminta double ronde. Padahal lo tau kan itu akan menguntungkan gue." Jelas desta.

"Jadi gue penasaran, hal apa yang membuat lo harus memenangkan pertandingan ini?"

"dua minggu lalu. Gue dijebak di tempat ini." Ucapku pada desta tapi mataku menatap ve. "Gue cuman ngerasa lo punya bukti kebenaran itu."

"Bukti?" Desta terlihat kebingungan.

"Sebuah rekaman video." Ucapku yang sukses membuatnya mengerutkan kening. "Lo kenal thalia?" Desta mengangguk. "dia dan seseorang menjebak gue dalam sebuah rekaman video intim."

Desta terlihat berpikir. Aku yakin dia memiliki bukti itu. Bukti yang dapat meyakinkan ve.

"Lebih baik lo istirahat dulu Ta. Gue udah siapin ruangan buat lo" ucap desta yang membuat langkahku dan ve mengikutinya.

"Gue nanti suruh pelayan gue bawain obat buat bersihin luka lo. Oh ya. lo mau minum apa?"

"Gue ga minum." Mata desta beralih pada ve. "Dia juga enggak."

desta meninggalkan kami berdua di ruangan tragedi antara aku dan thalia. Mata ve terlihat mengamati ruangan tertutup ini.

"Ohh jadi ini ruangan tempat kamu mencumbu perempuan itu Mi." Spekulasi ve.

"ve semua yang tampak nyata belum tentu kebenarannya." Pembelaanku.

"Jadi menurut kamu, kamu tak mencium bibirnya. Kamu tak memegang payudaranya. Dan kamu tak....."

Aku memotong ucapan ve. "Iya ve aku memang mencium bibirnya. Aku memang memainkan payudaranya. Dan aku memang menelanjanginya. Tapi tidak dengan dengan jariku ve. Aku tak memasukkannya. Karena aku ingat larangan bodohmu itu. Saat bilang itu jari jangan nakal. Jangan terobos sana sini."

"Jadi sekarang kamu nyalahin aku? Udah jelaskan kamu emang menerobosnyacq qjdylb." teriak ve

Ve pov

Dari percakapan antara Naomi dan desta. Aku dapat menangkap bahwa pertandingan ini ada hubungannya denganku. Lebih tepatnya berhubungan dengan video itu.

Paling video itu akan direkayasa ulang oleh naomi.

Aku mengikuti langkah mereka hingga ke sebuah ruangan private. Ruangan ini? Oh jadi ini ruangan tempat naomi bersenang-senang dengan perempuan itu. Ga modal banget sih. Nyewa hotel kek.

Eh? Buat apa aku kesini? Jangan-jangan.....

"Gue nanti seruh pelayan gue bawain obat buat bersihin luka lo. Oh ya. lo mau minum apa?" Ucap perempuan berambut pendek yang katanya bernama desta.

"Gue ga minum." Jawab naomi. Mata desta beralih padaku. "Dia juga enggak." Jawab naomi lagi.

desta meninggalkan kami berdua. Aku mengamati ruangan tertutup ini.

"Ohh jadi ini ruangan tempat kamu mencumbu perempuan itu Mi." Spekulasiku.

"ve semua yang tampak nyata belum tentu kebenarannya." Belanya.

"Jadi menurut kamu, kamu tak mencium bibirnya. Kamu tak memegang payudaranya. Dan kamu tak....." naomi memotong ucapanku.

"Iya ve aku memang mencium bibirnya. Aku memang memainkan payudaranya. Dan aku memang menelanjanginya. Tapi tidak dengan dengan jariku ve. Aku tak memasukkannya. Karena aku ingat larangan bodohmu itu. Saat bilang itu jari jangan nakal. Jangan terobos sana sini."

Bukankah dia baru saja mengakuinya?

"Jadi sekarang kamu nyalahin aku? Udah jelaskan kamu emang menerobosnya.." teriakku.

"Malam itu aku mabuk ve. Tapi aku inget. Aku meninggalkannya disini...."

Aku memotongnya. "Iya kamu meninggalkannya setelah kamu selesai menggerayami setiap jengkal tubuhnya."

"Ve bisa kah kamu mendengarkan penjelasanku sejenak?" Teriaknya. "Ve dengarkan aku. Aku hampir melakukannya tapi aku teringat kamu. Malam itu aku meninggalkannya tanpa menyentuhnya lagi. Aku pergi ke apartemanmu dan kita....."

Aku memotong kembali ucapannya. "Jadi setelah nafsumu belum tak terpuaskan kau menjadikan aku sebagai pelampiasanmu."

"Ve tak seperti itu. Aku bilang aku bilang aku hampir melakukannya. Bukankah kamupun selalu hampir melakukannya saat bersama kinal? Bukankah aku tak pernah mempermasalahkan hal itu?" Naomi membalikkan keadaanku.

Deg.

"Ini bukan tentang aku dan kinal ya Mi. Ini tentang kamu dan perempuan itu" aku masih tak ingin kalah.

"Situasinya sama ve. Kita sama-sama hampir melakukannya dengan orang lain." Jelasnya lagi.

"Jelas beda Shinta Naomi. Kau bukan hanya hampir. Tapi kau memang telah melakukaknnya." Teriakku lagi.

Kami beruntung tempat ini kedap suara kalau tidak pertengkaran kami akan terdengar hingga keluar.

"Harus berapa kali aku bilang padamu jessica VERANDA. aku tak melakulan hal sejauh itu." Teriaknya lagi.

"Adapun perbedaan situasinya adalah kamu dan kinal sepasang kekasih. Aku dan talia hanya baru kenal beberapa hari. Dan mungkin perlu kamu garis bawahi hubungan kita tak pernah ada KE JE LA SAN."

DEG.

Perkataan naomi membuatku sakit. Sudah jelas walau status kita tak ada tapi jelas aku mencintainya. Setidaknya aku sadar dia berhak berhubungan dan memiliki hubungan dengan siapapun. Naomi berhak melakukan apapun yang dia inginkan. Dia berhak bersenang-senang dengan siapapun. Karena aku bukan siapa-siapanya.

aku menunduk, menutupi wajahku dengan kesepuluh jemariku. Aku menangis.

"Aku tahu mi. Aku gak berhak marah. Aku gak berhak ngelarang kamu berhubungan dengan siapapun. Aku ga berhak atas dirimu Mi." Ucapku dalam tangis.

sampai kurasa. Tangan dingin memegangi pergelangan tanganku. Tangan itu mencoba menjauhkan jemariku.

"Lihatlah aku Veranda." Saura naomi terdengar.

Aku membuka kesepuluh jemariku. Melihat wajahnya yang yang lebih rendah dari posisi dudukku karena dia tengah setengah berdiri.

"Maafkan aku ve." Ucapnya menghapus air mataku. "Kamu memiliki hak untuk segala kehidupanku. Karena aku sangat mencintaimu Jessica Veranda."

Aku menatap wajahnya. Wajah cantiknya dipenuhi lebam. Mata tajamnya telah menyipit karena lebam. Darah mengering di pelipis matanya dan sudut bibir. Aku tak bisa melihat wajahnya. Aku merasa sakit.

"Maafkan aku ve. Maafkan aku." Ucapnya lagi. "Percayalah padaku bahwa aku tak melakukannya."






Tbc

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang