37

2.6K 171 33
                                    

Kayanya bukan hanya Naomi aja yang perlu cari reverensi buat pertandingannya. Akupun harus belajar tentang boxing..hhe

Tapi kalo aneh sorry. Soalnya aku ga nyari reverensi tentang boxing nya. Jadi sekenanya aja ya..

Sorry kalo aneh

naomi pov

sudah tiga jam aku berkutat dengan laptopku. Hanya untuk melihat teknik boxing dalam video. Jujur aja, aku gak punya sama sekali skill atau mengerti teknik boxing. Selama bergabung aku memakai gerakan freestyle ku, gerakan yang tak jauh beda saat bermain street ball. Hanya saja aku harus memasang kuda-kuda.

Boxing disini bukan seperti pertandingan tinju yang hanya menggunakan tangan. Kita disini bisa menggunakan kaki dan siku. Jadi sebenarnya aku hanya perlu melatih titik pertahananku dan menggunakan taktik yang tepat.

"Cici harus banyak istirahat sebelum pertandingan." Ucap dudut yang memasuki kamarku.

Dudut memelukku dari belakang yang terduduk di depan laptop.

"Cici yakin ngelakuin semua ini?" Tanya dudut.

"Aku yakin dut."

"Kalo cici kenapa-napa gimana?" Sinka sepertinya sangat khawatir padaku.

"Kok gitu ngomongnya? Makanya dudut doain cici biar menang." Ucapku.

"Apa kak ve tau ci?" Aku menggelengkan kepala. "Apa aku perlu ngasih tahu ka ve? Kali aja kalo dengan dukungan kak ve. Cici jadi lebih semangat bertandingnya."

"Ga usah dut. Cici ga mau ve khawatir."

Ya. Veranda memang lebih baik tak tahu tentang pertandingan ini. Dan tak mengetahui tujuanku yang sebenarnya atas pertandingan ini.

***

Pukul 21.40

Aku sudah berasa di club 20 menit lebih awal dari jadwal pertandingan. Aku datang bersama sinka, ghaida, melody dan juga frieska.

Keadaan club pun tak seperti biasanya. Club yang biasanya ditutup untuk anggota tertentu saja yang masuk kini dibuka umum. Jadi seperti ajang kumpulan kaum L dari berbagai komunitas. Salah satunya komunitas balapanku.

"Lo udah siap kan Mi?" Tanya gahaida. Aku mengangguk. "Okey bagus. Desta punya stamina yang sangat baik. Jadi lo..."

"Sudah lo tenang aja. Yang penting aku bisa bertahan hingga ronde 12 kan?" Aku tersenyum. "Tenang. Aku takkan jatuh dengan mudah." Aku meyakinkan.

"Lo yakin Ta ngelawan desta?" Tanya dhikey.

Aku mengangguk, meyakinkan. Kenapa sih semua orang terlihat mengkhawatirkanku bertanding dengan desta?

"Gue tau lo tangguh dalam pertandingan pendek. Lo bisa buat K.O sebelum pertandingan usai. Tapi desta dia orang yang berbeda Ta. Lo ga bisaaaa.." ucapan dhikey kupotong.

"Gue yakin dhik. Lo hanya perlu menjadi juri yang jujur jikalau samapi ronde 12 kami masih bisa bertahan." Ucapku sembari menepuk pundaknya.

Aku mengenakan baju tanpa lengat yang longgar dan celana dibawah lutut. Stelanku selalu ala anak basket. Rambutku telah terikat rapi.

Ku pakai pelindung dadaku. Pelindung kepalaku. Dan telapak tangan hingga pergelangan tanganku terbalut kain. tanpa sarung tinju.

Ghaida menjadi wasit pertandingan ini. Dan dhikey akan menjadi juri jika hasil draw atau tak ada yang tumbang hingga ronde 12. Setiap ronde akan berlangsung selama 150 detik. Dan diberikan waktu istirahat peronde selama satu menit.

Semua bagian tubuh tak ada larangan sentuhan pukulan. Hanya bagian sensitif yang dilarang untuk menjadi sasaran serangan.

Aku dan desta sama-sama sudah memasukki ring pertandingan. Diikuti ghaida yang menjadi wasit pertandinga.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang