48

2.5K 161 31
                                    

Naomi Pov

Sepanjang perjalanan pulang senyum tak henti bisa mengembang di bibirku. Bagaimana tidak, tingkah nakal ve selalu terbayang jelas dalam ingatanku. Apalagi adegan dewasa yang terjadi di bawah meja makan. Dia yang ingin jus ehh tapi malah aku yang mendapatkan jusnya lebih banyak.

"Dut.. cici pulang." Seruku ketika memasuki rumahku yang terlihat tanpa penghuni. "Nih cici beliin martabak buat kamu." Ucapku untuk memancing kedatangannya.

"Mana martabaknya ci?" Tanyanya.

Aish. Adikku ini bukannnya menanyakan keadaan kakaknya dulu malah langsung to the point sama martabaknya.

"Giliran ada makanan, langsung semangat. Dari tadi cici panggil ga nyawut." Gerutuku.

"Abisnya kirain cici ngelupain aku dan nginep di apartemant ka ve." Ucapnya disertai mengembungkan pipinya.

Aku mencubit pipinya. "Iihh dudut lucu bangett sihh kalo lagi marahh."

"Ahh cici sakittt.. mending cici cubit pipi ka ve aja." Kesalnya.

"Ohh jadi ceritanya adikku ini cemburu yaaaa.." godaku.

"enggak cemburu ci. Malah aku seneeeeng bangeet ciciku jadi banyaaakk berubahh."

"Emang cici berubah banget ya dut?" Tanyaku penasaran.

"Yaiyalah. Senyum cici udah ga ngirit lagi. Terus jadi seneng becanda. Walaupun sikap cici masih terkesan dingin tapi cici jauhh lebihh perhatian dari sebelumnya." Terang dudut. "Walaupun aku juga bingung ci, kenapa kak ve yang pendiem ini bisa ngebuat cici berubah banyak."

"Ve tuh sebenernya cerewet banget, sedikit manja, gampang marah. Dan yang paling penting mesum banget."

Sinka tertawa terbahak. "Cici kalau bohong jangan kelewatan. Itu mah cici kali yang mesum. Kalo cici yang mesum aku percaya. Tapi kalau ka ve aku ga percaya. Masa ada bidadari mesum sih."

Ihh.. sinka ga tahu aja kebuasannya Ve. Nyebelin banget dia malah ngebela ve. Padahal kan aku berkata jujur.

"Ahh ga penting kamu percaya ato enggak." Sewotku. "Cici ke kamar ya dut." Ucapku seraya melangkahkan kaki.

"Baru juga ketemu ka ve.. kok udah mau kangen-kangenan lagi lewat telpon." Ucapan sinka seratus persen benar.

Dudut... dudut.. kamu tahu aja. Hahhaha

aku langsung melayangkan tubuhku ke atas kasur. Ahh nyaman. Kalau ada ve kayanya lebih nyaman. Ahh apa yang aku pikirkan? Bukankah aku hatu saja menolak taearan menginapnya? Kenapa akusrdikit menyesali? Ve.. veranda.. kangen deh sama kamu..

Tanpa membuang waktu aku langsung menyambar handphoneku. Segera melakukan panggilan seluler padanya. Sampai terdengar nada sambungnya.

Loh kok ga di angkat sih?

Aku mencoba lagi menghubunginya. Aku kembali asyik mendengarkan nada sambungnya yang terdengar hanya suara kereta api..

Tut... tut.. tut.. maaf nomer yang anda tuju sedang tidak aktif.

Loh kok di rejact sih?

aku mencobanya lagi. Kok jadi ga aktif sih?

Tiba-tiba saja perasaanku menjadi tak enak. Lindungi ve.

Ahh.. dia pasti baik-baik saja. Mungkin dia sudah tidur.

Aku sebisa mungkin berpikir positif.

***

"Awas lo kinal. Jangan lo sentuh ve walau hanya seujung jarimu sekalipun." Ancamku

"Aishh lo masih ngotot ngancam gue. Apa lo ga nyadar posisi lo? Lo bisa berbuat apa? Lo takkan bisa melindungi ve." Ucapnya.

plak..

Ah punggungku. Sakit.

Ahh ternyata cuma mimpi. Entah mengapa semua terasa nyata. Aishh menyakitkan. Ve.. ahh ya.. dari semalam aku tak berhasil menghubunginya.

Aku segera menghubunginya kembali.

Masih tak aktif.

Kamu kemana ve? Jangan buat aku cemas.

Tak sampai 10 menit aku telah usai mandi. Tak perlu ditanya. Aku mandi kadal. Hanya sekedar basah rambut dan badanku. Serta cuci muka dan gosok gigi.

"Ci mau kemana pagi-pagi gini?" Tanya sinka.

"Apartemant ve." Jawabku singkat.

"Aish masih pagii ci. Ini baru setengah enam." Ucap sinka.

"Ka ve susah dihubungi dudut. Cici khawatir." Ucapku.

"Aish kan belum juga 12 jam cici udah kehilangan ka ve. Seperti induk ayam yang kehilangan anaknya." Gerutu sinka.

Benar kata sinka. Aku mungkin terlalu berlebihan. Tapi aku benar-benar khawatir. Tak biasanya ve sulit dihubungi. Biasanya dia yang rajin menghubungiki.

"Cici pergi dulu dut." Pamitku.

Aku segera memacu motorku menuju apartemant ve. Jalanan masih lengang dan udarapun masih menusuk. Uhh. Dingin.

Ting.. tong.. ting..tong...ting tong..

Entah sudah beribu kali aku memencet, menggedor dan menyerukan namanya. Namun ve tak kunjung membuka.

"Ve jangan becanda deh.. gak seru ve becandanya." Teriakku. "Ve buka pintu ve."

Crek.

"Heh. Berisik. Pagi-pagi udah buat keributan." Aku kena semprot tetangga ve.

"Eh maaf mbak." Ucapku merasa bersalah. "Mbak liat temen saya ga? Yang tinghal disebalah kamar mbak."

"Terakhir liat sih kemaren malem jam 10an. Ketemu pas di lift basmant."

"Oh makasih mbak." Ucapku sopan.

Langkahku segera menuju basmant parkir. Mengecek kendaraannya. Mungkinn saja dia pergi atau menginap.

Jemariku pun tak henti bermain di handphone mengirim sebuah chat pada melody dan rekan lainnya menanyakan keberadaan ve.

Ahh tapi nihill.. tak ada yang mengetahui keberadaan ve.

Kinal.

Ahh.. tidak. Tidak mungkin. Tidak mungkin ve mendatanginya.

Lohh.. itu honda jazz merah b 7351 CA. Itu mobil milik ve. Mobilnya masih terparkir disini. Ku pegang cup depan mobilnya. Dingin. Sepertinya mobil ve belum pernah dipakai lagi semnjak aku rutin antar jemputnya.

Ve kamu kemana?

Handphone ku berdering

Ve.

Akhirnya.. kau menghubungiku ve.

Aku bernafas lega.

"Ve kamu itu kemana aja sih? Semalaman aku menghubungimu tapi ga aktif. Sakarang aku udah di apartemantmu tapi kamu ga ada kamu kemana sayang?" Gerutuku.

"Naomi. " suara itu. "Sorry gue buat lo sibuk pagi ini. Lo tenang aja ve aman ve bersama gue."

"Kinal. Awas lo. Jangan pernah berani menyentuhnya."

"Tenang Shinta. Gue sama sekali belum menyentuhnya. Karena gue akan mengundang lo kepertunjukkannya. Dan gue yakin lo pasti akan suka dengan pertunjukkan yang akan gue suguhkan."

Kinalpun menyebutkan alamatnya. Sebuah vila yang terletak di daerah bandung.

"Tenang saja. Gue takkkan mencuri start. Pertunjukkan takkan terjadi jika tanpa lo." Ucapnya. "Dan satu hal lagi. Datanglah bak kesatria yang datang seorang diri." Ucapnya.

"Lo tak perlu khawatir. Gue jamin pertunjukannya akan sangat menyenangkan." Kinal mematikan panggilannya.






Tbc

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang