27

2.8K 161 23
                                    

Maaf.. udah bikin baper.. kita liat ya apa chapter ini ve bisa tegas?

***

Author pov

Tanpa sepengetahuan ve, naomi tak sengaja mendengarkan percakapan mereka.

Tak perlu diragukan lagi bagaimana perasaannya. Marah. Kecewa. Serasa dihantam badai yang membuatnya terasa tenggelam.

Naomi mengepalkan tangan kanannya.

Brak.

Naomi memukul keras tembok samping kirinya. Amarahnya sudah tak bisa dibendung lagi.

Ve melihat ke arahnya.

"Gue duluan." Pamit naomi dengan mata yang memerah dan dipenuhi amarah.

Ve mencoba menthentikan Naomi namun Kinal menghalanginya.

"Berhentilah berbuat bodoh. Berhentilah mengejarnya." Ucap kinal mencengkram lengan ve kuat.

"Kita PUTUS Kinal." Ucap ve.

Kinal menampakkan senyumnya. "Apa kamu yakin jessica veranda?" Ucapnya sembari melempar beberapa lembar difoto.

Ve memunguti foto tersebut. Foto-foto naomi saat bermain street ball layaknya orang brantem. Juga saat Naomi nongkrong di tempat balapan motor kaum L.

Kinal tersenyum penuh kemenangan. Bukan kinal namanya jika bertindak tanpa perhitungan. Dia sudah memperhitungkan sebelumnya bahwa veranda suatu saat akan mengeluarkan kata yang tak ingin didengarnya.

Bagaimana kinal mengetahui informasi lebih tentang Naomi? Perlu diingat pertemuannya dengan lidya tempo hari berhasil mengorek lebih banyak tentang naomi.

"Coba kamu bayangkan. Apa yang akan terjadi jika semua bukti itu sampai ketangan manejemen? Ah. Takkan ada lagi namanya di JKT 48." Lanjut kinal

"Kamu mengancamku?"

"Apa kamu merasa terancam?" Kinal tesenyum sinis. "Jika kamu ingin naomi bisa bertahan disini. Maka ikutilah permainanku."

Kinal mendekati ve. Dan berbisik padanya. "Aku tahu pilihanmu. Kamu akan memilih melindunginya kan?" Ucapnya berbisik di telinga kanan ve.

"Kalau begitu, bersiaplah menjadi bonekaku"menarik kasar tangan veranda.

***

Naomi Pov

Ku pacu kendaraanku dengan kecepatan tinggi. Menyalip setiap kendaraan yang menghalangi. Ku hiraukqb caci maki yang keluar dari mulut mereka yang tak terima cara mengemudiku.

Bodoh. Tolol. Idiot. Kata cacian itu terlontar kasar dari mulutku.

Aku merasa menjadi orang terbodoh di dunia. Tertolol. Bisa-bisanya aku tertipu oleh ve. Bisa-bisanya aku mencintai seseorang yang tak mencintaiku. Yang mendekatiku hanya untuk memberikan kenyamanan palsu.

Aku pun semakin merasa bodoh saat beberapa menit lalu aku mengharapkan veranda mengejarku. Dan menjelaskan padaku bahwa yang aku dengar adalah sebuah kepalsuan. Atau mungkin dia berkata bahwa dia memang benar-benar mencintaiku.

Tapi harapan itu terlalu tolol. Aku berharap sesuatu yang tak terjadi. Padahal kalau saja dia mengejarku dan menjelaskannya. Aku akan memenuhi janjiku untuk mempercayainya apapun yang terjadi. Tapi sekarang? Bagaimana cara aku mempercayainya?

Ve apa ini yang kau maksudkan saat memintaku berjaji untuk selalu mempercayaimu? Aku sungguh ingin mendengar penjelasanmu. Aku akan mempercayaimu sekalipu kau berkata bohong. Tapi kau mengejarkupun tidak. Apa yang harus aku percayai? Diammu saat bersama kinal membuktikan bahwa aku tak ada artinya untukmu.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang