5

3.4K 207 6
                                    

Naomi POV

Seperti biasanya aku pulang latihan lebih dulu dibandingkan yang lain. Lebih tepatnya, kabur. Pelatih mulai masa bodo terhadap sikapku. Hanya Ka Melody yang makin hari makin cerewet. Juga satu orang lagi yang sepertinya sering memperhatikanku. Veranda.

Aku diikuti. Mobil siapa? Melody? Pelatih?

Kayanya aku harus memberi tuh orang sedikit pelajaran. Aku sengaja tak membawa kendaraanku terlalu ngebut. Aku ingin tahu siapa dibalik kendaraan itu.

Ku parkirkan motorku di pinggiran Toko. Ku masuki sebuah gank. Aku berjalan santai. Sampai aku merasa ada yang mengikutiku. Aku tersenyum. Games begain.

Sengaja ku mempercepat langkahku. Jalan super mini ini sudah cukup ku kenal seluk beluknya. Jadi aku bisa membuatnya kesulitan jalan pulang. Biar tahu rasa siapa suruh ikut campur urusanku.

Aku berhasil sembunyi di belokkan pertama. Aku tersenyum penuh kemenangan.

***

Ve pov

Aku sudah berteriak. Ku pejamkan mataku ketakutan. Kaki dan tanganku sudah gemetar hingga tak bisa berbuat apa lagi

BRUG

Ku buka mataku perlahan. Satu pemuda telah tergeletak karena kesakitan. Ada bola basket di sampingnya.

Pemuda satu lagi melihat orang tersebut. Aku ingin memastikannya namun tubuhku terhalang.

"Lo tau siapa cewe itu?" Hanya suara itu yang kudengar. "Dia cewe GUE." ucapnya tapi suara yang kudengar juga suara perempuan.

"Ma..maaf Ta. Gu.. gue ga tahu." Pemuda itu gugup seketika.

Kedua pemuda itu lari ketakutan.

Perempuan itu berjalan semakin dekat. Bagaimana mungkin dia?
Dia membawa bolanya kembali. Dan membawa kantongku yang entah dari kapan sudah tergeletak dibawah.

"Makanya jangan sok-sok an ngintilin orang." Ucapnya sembari memberikan tas milikku.

Aku mengambilnya sedikit kesal. Kesal? Kenapa aku kesal? Aku merasa dipermainkannya.

Aku tak sadar dia telah berjalan meninggalkanku dengan memainkan bola basketnya.

"Naomi!" Seruku. Namun dia acuh.

Ku lempar sepatu ketsku tepat mengenai kepalanya. Dia terhenti dan kembali berjalan. Aku kembali membuka sepatu kiriku.

"Lo mau apa sih?" Teriaknya kesal karena untuk kedua kalinya lemparanku mengenai kepalanya. Kulihat dia memunguti sepasang sepatuku.

"Sepatuku?" Ku pandangi sepatuku yang terbang di udara dan entah mendarat dimana.

"Mending lo balik deh. Gue masih ada urusan. Lagian tempat ini ga aman." Ucapnya.

"Terus kamu ngapain disini kalau kamu tahu tempat ini gak aman?" Tanyaku yang membuatnya diam. Dan pergi meninggalku.

Aku mendengus kesal. Berjalan dengan berjinjit. Tak ingin kotor. Sambil mulutku komat kamit membaca setiap kekesalanku.

Author pov

"Ais dasar cewek gak berperasaan. Jutek. Nyebelin. Kemarin ngunci. Sekarang ngelempar sepatuku. Besok apa lagi?" Gerutu ve yang didengar Naomi namun sang pendengar tetap acuh.

"Ahh.. au.. au." Rintih ve kesakitan saat kaki kanannya menginjak sesuatu yang tajam.

"Bener-bener cewek nyebelin. Aku berdarah gini tetap jutek." Gerutu ve lagi.

Langkah ve terhenti karena kaki kanannya yang terluka. Ve sibuk dengan lukanya serta gerutuannya. Entah berapa banyak hari ini dia menggerutu menyalahkan Naomi. Padahal biasanya dia cukup sabar dalam situasi apapun. Tapi entah mengapa dia tak suka jika Naomi bersikap cuek padanya.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang