28

2.8K 143 30
                                    

Maaf reader kalo ceritanya makin ngeyel kesana kemarii..hhe

***

Naomi pov

Aku terbangun tidur. Berharap apa yang terjadi malam kemarin hanyalah mimpi.

Aku merasa sebuah tangan yang dingin melingkar di perutku.

"pagi." Ucap seseorang masih dengan suara parau.

Siapa dia? Kenapa dia tak tanpa busana?

"aku sudah memenuhi keinginanmu sesuai taruhan kita Shinta." Ucapnya membuatku semakin bingung. "Servis darimu sangat ok." Bisiknya di telingaku.

Servis?

Aku mencoba mengingat kejadian pada malam balapan. Aku dan talia bertanding head to head dengan taruhan mengabulkan keinginan yang pemenang inginkan.

Aku memenangkan pertandingan malam itu. Tapi seingatku aku tak mengajukan pernintaan apapun padanya.

Flashback

usai pertandingan Talia mengajak ku ngobrol.

"Lo abis berantem?" Tanyanya melihatku babak belur. Aku diam. "Kenapa lo suka balapan? Lo ga terlihat seperti butchy."

"Lo kenapa balapan? Baru pertama gue liat seorang feminim beradu nyali di balapan?" Tanyaku balik.

"Belum juga jawab udah balik nanya. Lo nyebelin ya." Gerutunya. "Gue sih simpel aja. Gue butuh uang. Lumayankan uang taruhannya."

"Curang. Gue udah kasih jawabannya lo malah diem." Gerutunya lagi. "Nama lo cukup terkenal disini. Gue denger lo dulu sering nongkrong disini terus ngilang gitu aja. Terus sekarang apa alesan lo balik lagi?" Tanyanya lagi.

Gue tetap diam.

"Masalah cewe?" Terkanya. "Gue penasaran cewe seperti apa yang bisa buat lo kaya gini. Gue bingung juga kalo liat penampilan lo. Lo bukan butchy tapi tak terlihat famme juga."

Aish ternyata aku selalu bertemu orang-orang cerewet.

"Capek ngomong sama lo. Udah ngomong sampe berbusa aja tetep ga ada respon. Kaya ngomong kaya tembok" kesalnya. "Gue balik ah. Udah jam dua. Gue ada kuliah pagi." Ucapnya meninggalkanku.

Dari jauh ku dengar gerutuannya. Kekesalannya dengan keadaan kendaraannya.

"Kenapa?" Tanyaku berbasa basi. Padahal aku tau jawabannya.

"Ban motor gue kempes. Pasti ada yang iseng ngempesin." Ucapnya berprasangka buruk.

"Gue anter lo pulang." Tawarku. "Gue maksa loh. Lo harus nurutin perintah gue. Inget tarohan itu." Ucapku.

"Kalo taruhannya kaya gini. Gue pengen deh sering-sering kalah." Ucapnya seraya naik di motor belakangku.

Aku mengantarnya pulang ke kossannya. Sepanjang perjalanan dia asyik memelukku.

"Ayo turun." Suruhku.

"Lima menit lagi. Nyaman tahu." Gerutunya yang mengingatkanku pada seseorang.

"Loh ko cepet banget sih nyampenya. Padahal punggung lo nyaman banget." Ucapnya persis kata-kata ve.

"Tidur di tempatku yuk." Ajaknya.

Seakan tergipnotis aku mengikutinya.

Flashback end.

Yang terakhir kali ku ingat adalah saat Talia mencium bibirku. Bahkan melumatnya. Dan beralih ke leher jenjangku. Setelah itu aku serasa teringat kata-kata ve.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang