17

3.8K 193 29
                                    

Gimana part sebelumnya ga bikin salah paham kan? Ga bikin kalian semua baper?

Mau di buat baper lagi ga?
Tapi aku ga terlalu yakin sama part ini.
Mudah-mudahan aja ga ngecewain..

Selamat membaca....

*****

cahaya rembulan menyoroti kegiatan mereka. Kegiatan dua insan manusia penuh cinta. Berciuman tanpa nafsu. Ciuman kasih dan cinta.

Ve pov

Ciuman ini membuat malamku sungguh bermakna. Seperti dirinya yang selalu membuat hariku berwarna. Tuhan. Jangan jauhkan aku dengannya. Karena dia adalah warnaku. Karena dia kehidupanku. Karena aku sangat mencintainya. Mencintai seorang Shinta Naomi tanpa henti.

Naomi pov

Ciuman kami jauh dari kata nafsu. Ciuman ini bukan hanya untuk memenuhi hasrat. Ciuman ini bukan hanya sebuah tanda. Ciuman ini bukan hanya hasrat memiliki. Bukan hanya lambang cinta. Tapi ciuman ini lambang ketulusan kami. Yang dengan tulus saling mencintai saat dunia dan pencipta menentang kehidupan kami.

Kami mengambil oksigen. Ciuman panjang ini membuat paru-paru kami membutuhkan asupan oksigen.

Ve sedikit menunduk untuk menyatukan kening kami.

"Kening kamu seperti bandar udara Mi," canda ve.

"Kan aku sengaja. Agar kamu dapat mendaratkan perasaanmu di ingatanku dan perasaanku."

"Hahha.. gombal." Ucapnya menyentil keningku.

"Mana hadiahnya?" Ve menagih hadiahnya.

"Ini kejutan dari aku Ve. Ini hadiahku." Ucapku. "Kamu tahu betapa susahnya aku untuk mendapatkan timing yang pas buat semua ini? Kamu masih saja minta hadiah."

"Kurang mi!" Ve cemberut dan membelakangiku.

Ku pakaikan sebuah kalung padanya. Simpel. Tapi hanya ada satu dimuka bumi ini. Karena aku mencuri rancangannya dari Ve.

"Ini?" Ucapnya terkejut.

"Aku nyuri di majamu." Jawabku cengengesan.

"Ga kreatif" kembali marah.

"ya dibanding karyamu cuman ditimbun begitu aja. Mending aku manfaatin. Lagi pula kalung itu satu-satunya di dunia ini. Kamu hargain donk usahaku."

"Yaiyalah satu-satunya. Karena aku yang bikin. Ahhhh kamu ga kreatif bangat sih Mi. Kamu ga romantis mi" Ve bener-benar terlihat kesal.

Dia kembali memunggungiku.

"Ayolah Ve jangan Marah. Kamu mau apa? Aku kasih dehh." Bujukku sambil memeluknya.

"Bener ya?" Aku mengangguk meyakinkan. "Janji ya?"

"Iya janji." Jawabku merilekskan daguku dipundaknya.

"Udah ga usah so tinggi." Kata Ve karena aku berjinjit untuk bisa menggapai pundaknya.

"Aku minta ingin ituu sekarang." Jawabnya membuatku bingung dari kata itu.

"Itu Apa Ve?"

Dia membalikkan tubuhnya membuat kita berada jarak sangat dekat. Wajahnya mendekati telingaku.

"SEX." Ucapnya sensual sembari dengan sengaja menghembuskan nafas di dekat telingaku.

Aku menelan ludah. Terlanjur berjanji yang belum tentu bisa ku tepati.

"Ta..ta..pi.. aku b..belum sisiap ve." Ucapku gagap. "Aku akan mengabulkan apapun selain itu.

"Tapi kamu udah janji Naomi." Kekangnya.

ROTASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang