SEMBILAN.

1.8K 84 2
                                    

[EDITED]

"Nih, aku ada minuman," kata Renata sambil memegang nampan berisi satu buah gelas  berisi jus jeruk begitu melihat Randy yang sudah selesai main basket.

"Eh... Thanks," kata Randy tersenyum simpul, lalu mengambil es jeruk itu dengan sangat kikuk.

Setelah ia mengambil jus jeruk dari nampan yang dipegang oleh Renata, Renata menyuruhnya untuk duduk di gazebo yang terletak didekat lapangan basket tersebut.

"Sori ngerepotin," kata Randy singkat, begitu mereka sudah duduk dengan berhadapan di gazebo rumah Renata.

"Iya. Gapapa," balas Renata seadanya sambil tersenyum manis.

Seketika itu juga, Randy meminum es jeruk itu dengan brutal, dan minuman itu pun habis dalam jangka waktu 4 detik. Membuat Renata melongo tak percaya melihatnya.

"Kamu... Haus?" tanya Renata masih melongo.

Dan Randy hanya mengangguk tanda 'iya' dengan mantap. "Lo bisa main basket?" tanya Randy kemudian setelah ia menghabiskan jus jeruknya.

"Hahaha, megang bola basket aja aku takut, gimana mau main," jawab Renata sambil terkekeh pelan.

"Terus lapangan ini punya siapa?" tanya Randy kepo.

"Punya kakak laki-laki aku yang sudah lama meninggal," jelas Renata jujur. Mendengar perkataan jujur dari Renata barusan, membuat Randy jadi merasa tidak enak. "Sorry, gue ga bermaksud."

"Hahaha gapapa, itu kan uda lama," jawab Renata.

'Ternyata kakaknya udah mati,' batin Randy sedikit menyesal.

"E... Mmm.. Turut berduka cita, ya," kata Randy gugup.

"Iya, thanks," balas Renata sambil tersenyum tipis, tetapi tulus.

"Gausah, thanks, ya.. Gue pamit dulu," kata Randy sopan.

"Iya.. ayo aku antar," kata Renata kikuk lalu berjalan di depan Randy dengan langkah cepat.

*****

Begitu Randy sudah keluar membawa motor hitamnya dari pelataran rumah Renata, ia merasakan sesuatu hal yang aneh.

Ia mempunyai teman bernama Nando yang telah lama meninggal karena ditabrak truk saat ia mereka berdua sedang menyebrang, dan ia mengenal wajah adiknya di foto keluarga yang wajahnya mirip dengan Renata. Tapi ia tidak tau nama adiknya Nando karena adiknya sedang berada di Amerika. Sedangkan ia dan mamanya ada di Indonesia.

Sedangkan saat ia berada dirumah Renata, ia mengatakan bahwa ia mempunyai kakak laki-laki yang juga sudah meninggal.

Entah kenapa, ia merasa bahwa adik Nando itu adalah Renata.

Tapi untuk kali ini, ia tidak mau mengambil pusing. Ia harus mengantar Pevita sore ini untuk manicure.

*****

Setelah Randy pulang, Renata segera menutup pintu depan rumahnya dan segera masuk kekamarnya. Kamarnya besar dengan dominan cat pink putih, memberi kesan tenang di kamarnya.

Tak hanya itu, 3 buah rak buku yang berisi buku-buku ensiklopedia, kamus bahasa Inggris, bahasa Spanyol, beserta kamus pengetahuan seperti kamus kimia dan fisika tersusun secara berdempetan tetapi apik dikamarnya yang sepi ini.

Lalu ia menghempaskan tubuhnya di kasur berukuran sedang miliknya. Ia senang sekali... Akhirnya ia bisa menepati janjinya pada Icil.
Segera saja, ia membuka buku diarynya dan menulis kisahnya dibuku tersebut. Dan setelah menulis di diary tersebut, ia menghempaskan tubuhnya di ranjang miliknya.

Selain senang karena bisa membantu Icil, ia senang  karena ada 'hal lain'.

Mungkin sedikit perasaan tertarik, mungkin.

*****

Setelah Randy sampai dirumahnya, ia segera berlari menuju ke ruang keluarga, lalu ia menghempaskan tubuhnya diatas sofa. Ia cukup lelah karena sudah menemani Pevita yang rewel meminta dirinya untuk menunggunya manicure karena tidak ada yang bisa menjemput Pevita pulang.

Setelah paus melepas penat, kini ia mulai memikirkan Renata.

Mulai dari rumahnya yang ada lapangan basket, banyak buku yang tersusun rapi disana, dan masih banyak lagi.

'Gue gak habis pikir sama tuh anak,' batinnya sambil menyalakan TV LCD yang berukuran 42 inchi dengan remot hitam yang super panjang.

Ia terheran-heran dengan Renata, bagaimana bisa cewek itu suka dengan bacaan berat seperti ensiklopedia, kumpulan puisi, dan buku sastra Bahasa Inggris. Apakah matanya kuat untuk membaca jenis buku seperti itu? Sedangkan ia, melihat cover buku pun enggan. Tetapi saat pelajaran, tentu saja mau tidak mau ia harus membuka buku.

*****

Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang