Malam harinya, Mama Renata memasuki kamar anaknya. Dan ia terkejut mendapatkan kondisi anaknya yang luka-luka.
"Yaampun Renata! Kok badan kamu bisa luka-luka begini?" tanya mamanya histeris. Ia memegang pipi kanan dan kirinya, yang langsung ditepis oleh anaknya karena sakit.
"Sakit ma," kata Renata sembari merintih pelan.
"Duh..... Kenapa bisa begini! Semua badan kamu luka loh Ren! Entar kamu bisa tetanus loh! Bentar, mama ambilin obat du-"
"Gausah, ma, gapapa. Ini cuma luka ringan," katanya berbohong. Begitu ia ingin memperbaiki perbannya, perutnya yang bekas ditendang oleh Pevita langsung terasa sakit.
"A... Awww...." ujar Renata merintih lagi.
"Sakitt......" ringis Renata.
Karena kalap, mama Renata langsung menyibak baju yang dipakai Renata untuk melihat adanya luka di perut Renata.
Mata mamanya terlihat melotot begitu melihat adanya dua luka memar ditengah perut Renata.
"RENATA!!! PERUT KAMU KENAPA? KAMU DIAPAIN?!! KOK BADAN KAMU BISA BEGINI SIH?!!!" jerit mamanya semakin histeris.
Renata terlihat syok begitu mendengar jeritan mamanya. Ia tak mau lukanya menjadi beban pikiran mamanya. Oleh karena itu ia harus menyembunyikan rasa sakitnya dengan berpura-pura.
"Oh.. Eee... Itu ma... Itu... Tadi... Aku.... Jatuh! Iya, tadi aku jatuh," jawab Renata terbata-bata.
Mamanya terlihat kurang percaya dengan apa yang dijelaskan anaknya.
"Jatuh? Kamu pasti bohong! Mana mungkin jatuh bisa bikin perut memar?" selidik mamanya.
"Ahh... Eng... Bisa kok ma! Tadi aku main kejar-kejaran sama temen aku, tapi aku jatuh," jelas Renata lagi.
"Mama gak percaya. Coba kamu jujur sama mama, sebenarnya kamu kenapa? Berantem?" tanya mama Renata.
Renata menghembuskan nafasnya kasar. Ia tidak bisa berbohong terus-terusan sama mamanya. Karena akan berabe urusannya. Jadi mau gak mau, Renata menceritkan kejadiannya kemarin dan tadi di sekolah sama mamanya.
"Apa mama yakin mau dengerin?" tanya Renata yang dibalas dengan anggukan mamanya.
"Tapi kan aku bukan anak TK lagi yang dikit-dikit ngadu. Aku udah SMA, ma. Aku gamau dianggap anak kecil," protes Renata.
"Udah gapapa. Sama mama ini, apa yang kamu takutin? Mama pasti bisa ngertiin kamu. Ayo, ceritalah," paksa mamanya.
Dengan berat hati, Renata menceriakan semuanya.
"Aku dibully, Ma. Kemarin Rambut aku dijambak, pipi aku ditonjok, erut aku ditendang, kepala aku dibenturin ke tembok. Sekarang pipi aku ditonjok lagi, perut aku ditendang lagi. Aku didorong sampe pipi, tangan, sama kaki aku lecet. Dan aku pengen diterjunin dari lantai empat biar mati," jelas Renata, membuat mamanya melongo tak percaya.
Mamanya langsung menitikkan air matanya melihat anaknya diperlakukan secara tidak manusiawi seperti itu.
"Kok bisa begitu Ren.... Siapa yang ngebully kamu?" tanya mamanya masih menangis. 'Tuh kan, mama jadi kepikiran,' batin Renata sambil menghela nafas pasrah.
"Pevita, ma. Dia cemburu karena aku deket sama Randy, padahal Randy nggak suka sama Pevita," jelas Renata.
"Yaampun nak..." mamanya terus menangis.
"Cukup Nando yang pergi, kamu jangan. Mama gak mau kehilangan kamu...." lirih mamanya sambil mengaitkan 5 jarinya dengan 5 jari anaknya.
"Mama akan kesekolah kamu besok untuk menghajar si Pevita itu," geram mamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Teen Fiction#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...