Di rumah Renata, ia mengirimi sms pada Icil tentang bahan ulangan Biologi besok karena Icil tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas.
Saat ia sibuk memainkan beberapa game di hp nya,sebuah notif SMS berbunyi di hp nya.
Plock!
Karena ia merasa kalau yang mengirimnya pesan adalah operator, maka ia cueki saja SMS itu dan melanjutkan gamenya yang sempat ia pause.
Tetapi, ketika ia melanjutkan gamenya, empat notif SMS berbunyi lagi.
Plock!
Plock!
Plock!
Perasaan Renata mulai tidak enak. Karena: pertama, kalau pesan masuk yang berbunyi lebih dari 3 kali, pesan itu penting. Yang kedua, tiba-tiba perasaan jadi tidak enak. Entah kenapa.
Begitu ia buka, ternyata pesan masuk itu dari Giana, adik Gwen.
____________________________
Giana
• Kak Tata, kakak aku meninggal.• penyebab nya blm tau apa. Yg pasti kakak aku dibunuh sm org lain.
• kakak pokoknya harus dateng ke rumah duka ya... Soalnya kakak aku ngasih aku surat buat dititipin ke kakak.
• makasih ya kak.
• (foto jenazah Gwen)
____________________________
Karena Renata brlum sepenuhnya percaya dengan pesan Giana tadi, ia segera menelepon Gwen.Tut..
"Maaf, saat ini pengguna berada di luar jangkauan. Silakan dicoba beberapa saat lagi," ucap sang operator.
Sekali lagi ia mencoba, tapi tetap saja tidak ada perubahan.
"Berarti...."
Tak menunggu lama, Renata memandangi foto jenazah Gwen dengan sedikit berteriak dan dengan air mata yang deras. Ia tak menyangka kalau sahabatnya yang menemaninya selama ini, pergi untuk selama-lamanya.
"Gwen, kamu bohong kan sama aku? Kamu belum meninggal kan? Sebenernya kamu masih hidup kan? Plis jangan bercanda kayak gini. Ini gak lucu!" jerit Renata.
"Gwen.... Kenapa kamu pergi secepat ini sih?" tanya Renata disela tangisnya.
"Waktu itu kita masih main bareng, bercanda bareng. Tapi sekarang? Kamu udah gak ada!" seru Renata, air matanya terus mengalir tanpa henti.
"Aku kan masih mau dengerin cerita kamu. Aku masih mau dengerin kelucuan kamu. Aku masih mau dengerin curhatan kamu. Aku masih pengen disamping kamu. Aku nggak pengen kamu pergi sekarang....." lirih Renata.
"Kalau gak ada kamu, aku main sama siapa?" tanya Renata, masih lirih.
*****
17.00Setelah siap dengan pakaian serba hitam, Renata segera pergi ke rumah duka dengan diantarkan papa dan mamanya.
Dua hal yang ingin ia lakukan. Satu, melihat jenazah Gwen. Kedua, memberi pelajaran kepada orang tua dan adik Gwen atas apa yang mereka lakukan pada Gwen ketika ia masih hidup.
Memang kedengarannya kurang ajar. Tapi, ia melakukan hal ini karena ia sangat sayang pada Gwen dan ia ingin membalaskan dendam Gwen pada meteka bertiga.
Disepanjang jalan, Renata hanya bisa menangis, menangis, dan menangis. Hingga mamanya pun menasihatinya.
"Udahlah, Renata. Jangan nangis terus. Nggak baik. Gwen kan udah tenang disana."
"Tapi dia kan sahabat aku. Aku nggak ikhlas kalo dia dipanggil sekarang ma....." lirih Renata.
"Hush! Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Seharusnya kamu senang dan ikhlas kalau sekarang dia udah tenang disurga. Gak bakal ngerasain sakit apapun lagi...." ucap mamanya lembut.
Renata terdiam.
Tangisannya semakin lama semakin berkurang. Karena kalau ia pikir-pikir, benar juga apa yang dibilang oleh mamanya.
Ia salah karena tidak merelakan Gwen pergi sekarang. Seharusnya ia senang kalau Gwen tidak lagi merasakan sakit lagi di dunia ini.
Begitu sampai dirumah duka, Renata langsung berlari tanpa menunggu kedua orangtua nya. Karena sekarang yang ia prioritaskan itu Gwen.
Setelah bertanya pada pengurus rumah duka, ia berhasil menemukan ruang dimana jenazah Gwen diletakkan di peti sebelum menuju ke peristirahatan terakhirnya.
Begitu ia masuk kedalam ruangan itu, ia langsung berlari ke arah jenazah Gwen yang terbujur kaku disana.
Tak tahan dengan kondisi sahabatnya sekarang, tangis Renata kembali terdengar. Tapi pada kali ini, volume tangisannya tak sekencang tadi.
"Gwen... Kepergian kamu merupakan hal yang terberat buat aku. Tapi, aku harus merelakan kepergian kamu. Maka itu, cuma satu yang aku mau dari kamu, kamu yang tenang ya disana. Terus kamu juga jangan ngelupain aku ya disana," ucapnya, lebih tepatnya seperti sebuah bisikan.
Setelah ia membisikkan kata-kata itu pada Gwen, matanya beralih menatap orang tua dan adik Gwen dengan tajam.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Teen Fiction#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...