TIGA PULUH EMPAT (A).

1.5K 48 1
                                    

Bagian 34 => Modus Klasik.
___________________

Saat Renata sedang menyisir rambutnya di toilet sekolah, Randy dan Darian menunggu di belakang toilet cewek sambil merencanakan sesuatu.

"Weh, lo mau ngajak Renata ke Bogor kan?" tanya Darian.

"Bandung lebih tepatnya," koreksi Randy.

"Yaudah sih, santai dong!" oceh Darian.

"Lah, perasaan gue ngomongnya nyantai dah." Randy jadi bingung.

Darian cengengesan. "Yaudah, lu tunggu disini ya, gue mau ajak Renata kesini," ujar Darian.

"Yaudah, tapi jangan pake cara aneh ya! Awas lu!" seru Randy.

"Oke bor!" Darian langsung melesat ke depan pintu toilet cewek. Sementara itu Randy menunggu dibelakang toilet cewek dengan perasaan was-was. Ia berharap agar Renta menerima ajakannya ke Bandung.

Setelah sampai didepan toilet cewek, Darian bepura-pura terjatuh. Lalu pura-pura mengerang kesakitan juga.

"AAAAAARRRRRHHHH!!! HOLY SHIT!!!!!" Erang Darian, sontak, teriakkannya itu memancing perhatian Renata dan Bu Ijah, tukang bersih-bersih sekolah.

Dari kejauhan, Randy yang mendengar teriakkan memalukan Darian langsung menepuk jidatnya keras. "Goblok...."

Sontak, Renata langsung menghentikan aksinya dan membantu Darian.

"Yaampun... Kok kamu bisa jatuh? Mana yang sakit?" tanya Renata panik.

"Duh, kaki gue sakit, tolong bantuin gue kesana dong!" pinta Darian dengan telunjuknya yang mengarah ke belakang toilet.

"Iya, iya." Renata langsung membantu Darian berdiri dan dengan seenak jidat, Darian merangkul Renata, masih dengan akting berpura-pura sakit.

Renata sangat risih mendapat perlakuan itu, tapi, ia berusaha untuk menutupi rasa risihnya itu.

Begitu Darian dan Renata sampai di belakang sekolah, mereka berdua melihat Randy yang balik menatap mereka dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

Secara perlahan, Darian melepas rangkulannya ke Renata, dan ia menatap Randy dengan muka tengilnya lalu membentuk jarinya seperti lambang 'peace'.

Tetapi Randy menatap Darian dengan tatapan menghunus tajam seperti belati.

'Bangke lu...' batin Randy.

Sementara itu, Renata menatap kepergian Darian dengan kebingungan.

"Tata," panggil Randy. Renata menoleh.

"Lo... sibuk.. gak.... hari ini?" tanya Randy. Entah kenapa ucapannya terbata-bata. Mungkin ia gugup, tapi karena apa?

"Ya," jawab Renata. Walaupun nadanya kalem, tetapi ada sedikit hal yang berbeda dari perkataan Renata. Yaitu ia menjadi agak dingin.

"Sibuk kenapa?" tanya Randy.

"Aku harus ngerjain PR Biologi," jawab Renata lagi.

Mendengar jawaban Renata, Randy jadi berpikir. 'Oh iya ada pr... Tapi bomat deh, gak dinilai juga....' batin Randy.

"Kan cuman ditanda tanganin doang, nggak dinilai?" tanya Randy. Ucapannya sudah mulai lancar.

Renata ingin tertawa mendengar pertanyaan polos Randy. Tapi ia tahan untuk menjaga perasaan Randy.

"Kalau ditanda tanganin itu artinya udah dinilai," kata Renata.

Randy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oh.." Randy ber-oh ria. Ia rada kecewa. Pasti Renata tidak bisa pergi ke Bandung.

Tapi, untungnya Randy punya akal cemerlang.

"Mm... Mau gue bantuin gak ngerjain pr lo?" tanya Randy.

"Bo.. Boleh...." perasaan Renata bercampur aduk. "Emangnya gapapa sama Pevita? Aku nggak mau nyari masalah," lanjutnya.

Mendengar nama itu, rasanya Randy ingin mem-pepesnya sekarang juga.

"Gua udah putus sama dia," jawab Randy.

Renata melongo. "Bukan karena aku kan?" tanya Renata.

"Maksudnya?" tanya Randy.

"Bukan gara-gara aku kan penyebab kalian putus?" tanya Renata.

"Ngga," jawab Randy.

"Oh syukurlah." Renata lega.

"Yaudah, aku ke kelas dulu ya, bye..." izin Renata.

Randy mengangguk.

*****
















Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang