Begitu mereka sampai di tol Jagorawi, Renata langsung terlelap.
'Lah, kan dikit lagi nyampe. Kok dia malah tidur?' batin Randy, mengerutkan keningnya.
Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung memperlambat laju kendaraannya karena macet.
Bagi banyak orang, macet adalah kesialan yang ingin sekali dibuang jauh-jauh. Udah mabok, klaksonnya kayak ibu-ibu, nyocor sana nyocor sini, boros bensin pula. Tetapi, bagi orang yang berpacaran seperti Randy, momen macet itu ia gunakan untuk berduaan dengan Pevita.
Sudahlah, lupakan keadaan Pevita sekarang. Karena Randy ingin melupakan Pevita sebentar, melupakan ambekannya, ocehannya, dan tuntutannya yang tiada henti.
Randy menatap Renata lagi, wajahnya yang sedang tidur terlihat damai dan polos. Seperti anak TK. Membuat Randy tersenyum geli.
Lagi-lagi, dengan refleks, tangan Randy terulur ke pucuk kepala Renata, membelai kepalanya halus, sebagai tanda kegemasannya, atau mungkin... lebih dari itu.
'Halus banget,' batin Randy, tersenyum tipis.
Begitu belaian ke 3 kalinya, kelopak mata Renata terbuka secara perlahan, menatap Randy bingung.
Sadar akan hal itu, Randy langsung menarik tangannya lagi dengan cepat.
"Itu.. Ada kalajengking di kepala kamu, makanya aku singkirin," kata Randy dengan muka tanpa dosa.
"APA?!?!! KALAJENGKING..... AAAAA...." Renata berteriak henoh, tangannya mengusap kasar kepalanya, lalu ke bahunya.
"Mana Ran?? Tolong bantuin...." pinta Tenata drngan puppy eyes nya, membuat Randy memalingkan wajahnya, lalu tertawa sekeras mungkin dalam diam.
Melihat perlakuan aneh dari Randy, ngebuat Renata sadar, kalau ia sedang ditipu sekarang. "Kamu bohong ya?! Jahat ih!" Renata memukul bahu kiri Randy.
Lagi-lagi, Randy terbahak.
"Hahahahahahahaha!!!!"
Ketawanya kayak nyari ribut ya?
"Aku kaget tau! Aku kira beneran ada kalajengking di kepala aku," ujar Renata mengerucutkan bibirnya sebal.
"Hahaha!" lima belas menit kemudian, Randy sudah tidak tertawa lagi.
"Abis ini kita ke Rumah Mode ya?" usul Randy sekaligus mengganti topik.
"Iya," jawab Renata.
*****
Begitu memarkirkan mobilnya di tepi jalan di dekat Rumah Mode, Randy langsung membukakan pintu mobilnya dan pintu mobil Renata.
"Thanks. Aku bisa buka sendiri Ran," kata Renata halus dan sopan.
Jawaban dari Renata membuat Randy memasang ekspresi wajah yang tidak dapat dijelaskan. Ia lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Ayo masuk." lagi-lagi, jari-jari tangan kanannya mengapit sela-sela jari milik Renata, menggandengnya kesana.
Dan lagi-lagi, pipi Renata merona, tangannya bergemetar dan berkeringat lagi, detak jantungnya juga tak teratur. Sepertinya dia salting. Salting sama pacarnya sendiri.
Apesnya, Randy menyadari kesaltingan Renata.
"Udah, gausah malu-malu sama pacar sendiri," nasihatnya.
Entah sudah seperti apa wajah Renata sekarang.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Teen Fiction#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...