DUA PULUH ENAM.

1.6K 55 2
                                    

Setelah ia membisikkan kata-kata itu pada Gwen, matanya beralih menatap orang tua dan adik Gwen dengan tajam.

"Puas kalian dengan apa yang telah kalian perbuat pada Gwen hah?!" seru Renata, membuat orang tua Gwen, adik Gwen, dan seluruh pelayat bungkam.

Suasana rumah duka menjadi tak keruan. Beberapa dari pelayat yang datang diam dan sisanya saling berbisik satu sama lain.

"Kalian jawab dong! Apa kalian puas ngeliat Gwen meninggal dengan perlakuan kalian yang sudah menyia-nyiakan Gwen begitu saja? Tante, Om. Ingat. Gwen ini anak kalian, ia anak yang baik. Dan perlu om dan tante tau, masalah yang menimpa Giana itu bukan gara-gara Gwen. Tapi karena Giana itu sendiri. Kenapa kalian langsung percaya begitu saja pada Giana, sedangkan Gwen yang tidak salah kalian buang  begitu saja hingga ia hidup seperti orang yang tidak dirawat. Dimana kasih sayang kalian sebagai orang tua?" tanya Renata lagi.

Papa Gwen diam, tetapi mamanya berang.

"Hei kamu! Apa urusan kamu sama anak saya. Ingat ya kamu, penyebab anak itu meninggal bukan karena perlakuan kita. Tapi karena perlakuan orang lain. Lebih baik kamu diam dan jangan mencampuri urusan kami! Masih kecil sudah berani-beraninya memarahi orang dewasa. Bisa apa kamu? Belajar aja masih belom bener, belum bisa menghasilkan prestasi. Tapi bacotnya gede! Pergi kamu dari sini! Kami tak ingin melihat wajah anda lagi. Dasar anak kurang ajar!" bentak mama Gwen, hingga  membuat Renata ketakutan.

"Memang yang membuat Gwen meninggal bukan karena kalian. Tapi, soal didikan, kebijakan, dan kasih sayang yang seharusnya orang tua berikan pada anak, kalian tak bisa memberikan itu pada Gwen, maka itu kalian salah!" Renata tetap melawan.

"Heh!!! Bagaimana kita mau merawat Gwen kalau dia sendiri yang membuat salah terlebih dulu?!" maki mama Gwen.

"Sekali lagi saya bilang, semua ini bukan salah Gwen, tapi salah Giana itu sendiri!" balas Renata dengan seruan yang tak kalah kencang.

Tepat 1 detik setelah terjadi perdebatan sengit antara Renata dengan mama Gwen. Orang tua Renata datang.

"Hei, ada apa sih ini?" tanya mama Renata.

"Heh! Lo bisa ngedidik anak gak sih. Bilangin anak lo, jangan kurang ajar sama orang yang lebih tua dari dia! Dasar, anak gak punya otak! Gak tau diri! Gak berguna!" omelnya bengis.

Karena bingung, mama Renata langsung menatap anaknya, meminta penjelasan.

"Apa yang kamu lakuin Ren?" tanya mamanya.

"Aku pengen ngasih pelajaran ke mereka. Biar mereka nyesal karena telah menyia-nyiakan Gwen!!" seru anaknya.

Mamanya bingung. Baru kali ini anaknya berani menentang orang lain.

"Gausah ikut campur lo!!! Lebih baik lo pergi dari sini! Gue udah muak ngeliat muka lo!" seru mamanya makin bengis.

"Terserah. Tapi inget tante. Suatu saat nanti, tante bakalan nyesel katena telah menyia-nyiakan Gwen. Itu aja tante yang pengen aku bilang. Selebihnya, saya permisi," kata Renata tajam. Ia langsung berjalan keluar ruangan. Tapi, saat langkah ketiga. Renata mengingat sesuatu.

Maka itu, ia berbalik lagi ke arah orang tua Gwen dan matanya menangkap manik mata Giana dengan tajam.

"Oh ya. Yang terakhir. Giana Adelle Wisastra. Kamu akan kena karma dengan apa yabg telah kamu perbuat, Giana. Ingat itu!" setelah mengucapkan kata-kata itu dengan lantang, ia langsung berbalik dan berjalan menuju parkiran mobil.

Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang