Pagi hari, saat Randy menginjakkan kakinya di kelas, Pevita langsung menarik tangannya dengan keras.
"Ikut aku!" tegas Pevita.
Karena masih berwajah bantal, Randy meloading sebentar untuk mencerna apa yang dikatakan Pevita padanya.
Pevita terus menarik tangan Randy hingga mereka masuk kedalam gudang sekolah.
"Ngapain lo ajak gue kesini?" tanya Randy bingung. "Bentar lagi kan bel," lanjutnya.
"Gue gapeduli." Pevita jadi nyolot.
"Lo kenapa sih? Tiba-tiba gajelas gini," tanya Randy, raut wajahnya kesal.
"Gue curiga sama lo," kata Pevita tajam.
"Curiga kenapa sih?"
"Lo pergi kan sama Renata waktu itu ke Bandung? Iya kan?!! Lo itu berani-beraninya ya ngelanggar peraturan gue selaku pacar lo! Apa jangan-jangan, apa yang ditakutin gue bener? Kalo sebenernya lo itu suka sama Renata dan pengen putus dari gue?" tanya Pevita tanpa ba-bi-bu.
"Pev! Gue..."
"Bener kan lo pergi sama Renata ke Bandung?!" ulang Pevita.
Randy terdiam.
"Oh! Jadi bener ternyata lo pergi ke Bandung dan berduaan sama Renata. Randy, gue kecewa sama lo!" seru Pevita lalu meninggalkan Randy sendirian . sedangkan yang ditinggal masih tidak menyangka apa yang dilakukan pacarnya barusan.
'Childish,' batin Randy kesal.
Ia pun berjalan menuju kelas dan ia melihat sebuah pemandangan yang tak mengenakkan baginya.
Pevita menangis dan dikerumuni oleh teman segeng-nya yang suaranya heboh dan keras seperti toa. Bahkan, teman Pevita yang lain yang berasal dari kelas sebelah juga ikut
mengerumuninya."Yaampun Pevita... Lo kenapa sih? Kok nangis?" tanya Elisha, khawatir dengan apa yang terjadi pada pacarnya itu.
"Randy jahat! Gue benci sama dia!" Pevita terisak, yang tentu saja isakan itu terdengar oleh Randy.
"Jahat kenapa sih?" tanya Elisha lembut.
"Dia kencan sama Renata," jawab Pevita masih sesenggukan.
Agar tidak memperburuk keadaan, Zoe, Elisha dan Kamila membawa Pevta yang masih terisak ke toilet.
Karena berpapasan dengan Randy, Zoe menatap Randy tajam. Tetapi Randy tidak mempedulikannya.
Begitu antek-antek Pevita sudah berlalu, Randy kembali ke tempat duduknya sambil memijit pelipisnya.
'Untung Renata belom dateng,' batin Randy.
Darian yang menyadari kebingungan Randy langsung menepuk bahu Randy.
"Sabar bro. Dia emang gitu," kata Darian, menenangkan Randy.
*****
Randy mengajak Pevita ke perpustakaan sekolah saat istirahat kedua.
Sebenarnya Randy tidak suka membaca buku di perpus. Ia ke perpus karena ingin mengadem. Lagipula, kalau ia dikelas, pasti ruangannya tak sedingin perpus dan pasti ada banyak orang yang makan didalam kelas.
Pevita memasang tampang jutek ketika diajak Randy. Padahal tadi 7 menit sebelum bel masuk, Randy sudah menjelaskan alasannya ke Bandung bersama Renata karena ia males kalo cuma sendirian doang ke Bandung. Ia juga sudah minta maaf sama Pevita.
Akhirnya mereka memilih duduk di pojok ruangan. Randy lalu membuka suaranya. "Sorry karRandy.ue udah ngelanggar perintah lo," ucapnya.
"Udah? Gitu doang. Kalo niat lo kesini cuman mau minta maaf. Gue maafin, abis itu gue pergi," balas Pevita makin jutek.
"Bukan, bukan itu." Randy menggelengkan kepalanya. "Trus?"
"Kenapa lo bisa tau kalo gue sama Pevita ke Bandung berduaan?" tanya Randy dengan tatapan mata berselidik.
Mata Pevita membulat, ia berkeringat dingin. Tetapi, beberapa detik setelahnya, ia berusaha untuk menutupi ekspresinya.
"Ahh... Emm...."
"Lo tau darimana?" tanya Randy lagi.
"Gu- gue.. Emm... Gue balik ke kelas dulu ya! Soalnya ada urusan!" Pevita menyengir palsu, lalu ia berdiri.
Begitu ia ingin berlari dari hadapan Randy, Randy juga berdiri dan berlari untuk menghadang Pevita.
Pevita terlonjak kaget melihat air muka Randy yang berubah. "Jujur sama gue Pev. Darimana lo bisa tau!" tegas Randy, matanya yang semula teduh menjadi nyalat.
Otak Pevita berpikir keras untuk mencari jawaban serta menyusunnya dengan apik agar Randy percaya padanya.
Lagi-lagi, dewi fortuna sedang berpihak padanya. Dikala ia kelabakan memikirkan jawaban, sebersit jawaban pun terngiang di otaknya. Tak ingin membuang waktu sekaligus tak ingin membuat Randy jadi semakin curiga padanya, ia pun segera menjawab dengan jawaban yang sudah terngiang di otaknya tadi.
"Hari Sabtu gue ke Bandung juga sama bonyok gue! Lo gak lihat gue, tapi gue lihat lo!" jawab Pevita cepat.
Begitu jawaban itu meluncur mulus dari mulutnya, Randy menatap Pevita kesal.
"Kenapa waktu itu gue ajak ke Bandung lo kagak mau?" tanyanya lagi.
'Mampus tai!' batin Pevita.
"E... Itu... Tiba-tiba mama gue maksa gue buat ikut arisan di Bandung sama temen-temennya. Pas abis arisan, baru deh gue pergi ke Rumah Mode," jawab Pevita. Yang untungnya, Randy mempercayai jawabannya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Novela Juvenil#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...