Pukul 19.00...
Setelah mengantarkan Renata kerumahnya, Randy memutar balikkan mobilnya untuk keluar dari pelataran rumah Renata.
Sambil mengemudi, tangan kirinya membuka aplikasi LINE di iphone nya.
Begitu ia melihat kontak mamanya yang berada di urutan pertama kolom chat, ia langsung mengetuk nama mamanya dan melihat isi chat dari mamanya.
As3l
Randy, mami sama papi dinas di luar kota ya! Seminggu lagi kita balik. Nanti mama beliin oleh-oleh. Baik-baik ya dirumah. Jangan nakal sama dede. Jangan bikin dede nangis. Bangunnya jangan telat. Dan jangan lupa matiin kompor sama ngunci pintu kalo mau ke sekolah dan mau tidur. Baibai💕💕Mata Randy membulat ketika melihat serentetan pesan dari mamanya.
'Setdah! Kapan gue pernah bikin adek gue nangis?' batin Randy bertanya-tanya.
Ia lalu menepikan mobilnya untuk membalas chat dari mamanya.
Randy
Iy. Mamiku yg gahol.Selesai membaca chat dari mamanya. Ia mengemudikan mobilnya lagi untuk ke rumahnya. Ia tak sabar menemui Raline, adik perempuannya yang sekolah di asrama dan tentunya jarang sekali untuk pulang kerumah.
Karena nggak sabar, ia mempercepat kemudi mobilnya agar sampai kerumah. Untungnya, dalam waktu 20 menit, ia sampai dirumah.
Ia memarkir mobilnya di garasi dan berlari kedalam rumahnya.
Saat ia masuk kedalam rumahnya, ia langsung disambut oleh adiknya, yang usianya hanya berbeda 2 tahun darinya itu.
"Kakkkk!!!!" serunya, lalu ia berlari kearah Randy dan memeluknya erat.
Randy membalas pelukan adiknya dengan tersenyum kecil, ia kangen banget sama adiknya itu. Pelukan yang diberikan Randy juga cukup erat, seolah ia tak ingin berpisah dengan adiknya.
"Gila!!!! Sekarang kakak ganteng banget!!!" puji adiknya, setelah pelukan mereka terlepas.
Randy membalasnya dengan senyum tipis, lagi. Ibu jari dan telunjuknya membentuk simbol centang, lalu ia tempelkan di ujung dagunya, yang mengartikan kalau ia keceh.
"Ih! Kakak mah gak berubah! Irit ngomong melulu dari SMP!!" Protes Raline tak suka.
Randy hanya terkekeh. Ia memang bersikap dingin pada siapa saja, termasuk adiknya. Tetapi, kalau soal batin-batinan, ia bawel.
Ia memberikan rasa sayangnya dan perhatiannya pada adiknya, ortunya dan pacarnya dengan tindakan, bukan dengan omongan. Oleh karena itu, ia bersikap dingin.
"Emang lu mau apa dek?" kini Randy membuka suara.
"Aku mau kakak temenin aku nonton!" rengek adiknya manja. Padahal ia sudah kelas 9 SMP.
"Ye. Lu nyalain tv dulu, gue mau mandi," putus Randy. Tanpa penolakan dari adiknya. Randy langsung berlari kekamar mandi.
*****
Kini Randy dan Raline duduk bersebelahan untuk menonton televisi.
"Kakak udah punya pacar blom?" tanya Raline kepo.
"Ya."
Terkejut karena jawaban kakaknya, Raline langsung mengambil posisi duduk yang lebih dekat dengan Randy.
"Serius kak? Namanya siapa?" tanya Raline masih kepo.
"Pevita," jawab Randy.
"Pevita? Liat dong fotonya!! Wahh... Kakak gue udah punya pacar ternyata...." ceplos Raline.
Randy mengeluarkan hp di saku celana nya dan memperlihatkan foto Pevita yang terpampang di wallpapernya.
"Anjir.... Cantik banget!!!" puji Raline, namun sedetik kemudian, alisnya megerut. "Tapi kok kayak cabe?" lanjutnya dengan suara berbisik, agar kakaknya tidak mendengar ucapannya.
"Berapa taon lo pacaran sama dia kak?" tanya Raline.
"Lupa," jawab Randy, Raline langsung cengo.
"Busetdah! Lo yang pacaran, lo yang lupa berapa lama lo pacaran." Raline geleng-geleng kepala.
Randy hanya terdiam menanggapi ucapan adiknya. Tetapi, beberapa detik kemudian, ia membuka suara. "Lo SMA masih mau asrama?" tanya Randy. "Gausah asrama kek. Temenin gue gitu," lanjutnya dengan nada datar.
Raline terkekeh mendengar permintaan konyol kakaknya. "Ga ah. Enakan di asrama. Gue jadi mandiri, gak kayak lo... Dikit-dikit makan, dikit-dikit ngebo."
"Ga bosen apa lo disana?" tanya Randy.
"Gak lah. Gue gabakal bosen di asrama. Gue udah cinta mati sama asrama Citra Putri!" pungkasnya bangga.
"Lebay lo," cibir Raline.
"Bodo. Wlek," Raline memasang mimik muka jelek dengan tujuan meledek Randy.
Tiga jam mereka menghabiskan waktu bersama dengan nonton, duduk, ngemil, dan ngobrol. Sekarang waktunya mereka tidur.
"De ayo ti--" ucapan Randy menggantung ketika melihat adik tersayangnya sudah pulas tertidur di sofa.
'Nih orang ngatain gue kebo. Sendirinya juga kebo,' batin Randy. Kemudian ia menggendong adiknya menuju kamarnya. Sedangkan Raline sudah bermimpi entah kemana di punggung Randy.
Setelah ia membaringkan adiknya di tempat tidur, Randy berjalan ke arah pintu untuk menutupnya lalu beranjak ke ranjangnya, ia tidur disebelah Raline.
Ia mengusap wajahnya sebentar. Sebenarnya ia belum ngantuk. Ia ingin menemani adiknya tidur.
Saat ia menarik selimut ke atas perut, ia membayangkan hari-harinya dengan Renata.
Mulai dari melihatnya berbeda dengan make up, lalu mereka pergi ke Rumah Mode, juga disaat mereka makan bareng, itu semua membuat Randy bingung. Ia juga suka memandangi Renata.
Apa mungkin Randy memiliki sedikit perasaanmu pada Renata?
'Ga! Ga! Ga! Gue punya Pevita!' elak Randy dalam hati. Tetapi, ketika ia mengatakan demikian, perasaannya jadi gak enak.
'Gue gak boleh suka sama Renata! Gue harus setia sama Pevita!' batin Randy bersemangat. Tapi, ketika ia mengatakan hal itu, perasaannya lagi-lagi gak enak.
Ia labil sekarang.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Jugendliteratur#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...