"Pev, mau pulang bareng gak?" tanya Randy.
"Nggak usah, aku mau ekskul dulu," jawab Pevita.
"Oh, ok. Mau gue tungguin gak? Kebetulan hari ini gue mau ekskul basket," tawar Randy lagi.
"Gausah. Gapapa," balas Pevita.
"Ok."
Begitu melihat punggung Randy sudah menjauh dari hadapannya, Pevita segera berlari ke rooftop sekolah untuk menunggu Renata.
10 menit kemudian, datanglah Renata ke rooftop dengan perasaan takut dan gemetar.
"Heh anjing! Lama banget lo!" seru Pevita lantang.
"Ma-maaf, tadi aku piket dulu," jawab Renata.
'Lah iya ya, hari ini kan jadwal dia piket,' batin Pevita, 'kok gue bego ya?'
"Ok. Sini lo maju!" tantang Renata. Mendengar tantangan itu, membuat Renata ketakutan.
"Maju anjing!" seru Pevita lagi.
Mau tak mau, Renata segera berjalan ke arah Pevita, dan berhadapan dengannya.
"Ada apa kamu ngajak aku kesini?" tanya Renata hati-hati.
"Gue mau bilang ke lo, jangan centil sama Randy. Randy itu punya gue! Bukan punya lo!" seru Pevita lagi.
Lagi-lagi, Renata terdiam.
"Maksud kamu apa?" tanya Renata mulai geram.
"Dia. Pacar. Gue. Kan gue udah bilang dari kapan tau!" bentak Pevita kasar.
"Kamu bohong! Waktu itu pas aku nanya Randy, dia bilang dia cuman nganggep kamu sahabat," jelasnya masih polos.
"Oh ya? Wow... Please deh, jadi orang kalo mau bohong tuh pinteran dikit," ujar Pevita.
"Aku ga bohong!" seru Renata kesal.
"Lo jadian kan sama Randy?" tanya Pevita.
"Iya," jawab Renata.
"Apa lo ngelupain perjanjian kita kemarin. Kalo lo berani deket-deket sama dia. Nyawa lo hilang," kata Pevita. Dingin, lembut, tapi menusuk.
Mendengar pernyataan dari Pevita, membuat Renata bergidik ngeri. Hal inilah yang Renata takuti dari Pevita. Sifat kejam dan egoisnya.
"Karena lo udah ngelanggar perjanjian kita, terpaksa gue harus ngebunuh lo, dengan cara menjatuhkan lo dari lantai empat sekolah ini. Oh ya, sebelumnya gue harus menyiksa lu dulu, biar lo tau kekejaman gue seperti apa," kata Pevita.
Renata semakin takut dengan Pevita. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain diam dan menangis. Serta berdoa agar ada orang yang akan menolongnya.
Jari telunjuknya menyentuh dagu Renata. Mengangkat paksa wajah Renata.
Pevita memandang sebentar wajah Renata sebelum akhirnya ia membogem keras pipi kanan Renata.
"Aw..." rintih Renata kesakitan. Ia memegang pipinya yang terkena bogeman dari Pevita dengan mata berkaca-kaca.
"Hah? Baru segitu aja udah nangis, cemen!" seru Pevita, menatap Renata dengan tatapan merendahkannya.
"Oh ya. Perlu lo ketahui. Antek-antek gue ga dateng hari ini. Jadi gue sendiri yang akan ngelawan lo. Karena gue gentle. Dan gue akan memastikan bahwa gue bakal lebih kejam dua kali lipat dari kemarin!" seru Renata.
Rasa takut Renata semakin parah. Hingga tanpa sadar Pevita sudah mencengkram bahu lemahnya dengan kuat hingga membentur tembok sekolah.
Bugh.
Suara debukan itu sukses membuat kepala Renata sakit.
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Pevita sudah keburu menendang perutnya dengan kencang. Hingga membuat Renata terjatuh, kesadarannya hilang 20%.
Setelah menyerang perut, Pevita langsungkuatbogem pipi Renata lagi, kali ini pipi kanan dan kiri. Membuat pipi kiri Renata yang sebelumnya udah dibogem menjadi semakin biru.
"Lo harus rasain ini, jablay!" seru Pevita anarkis sambil menarik Renata yang sudah semakin lemah, ia lalu mendorong Renata hingga pinggang kanannya membentur kursi kayu sekolah yang tadi pagi Pevita duduki.
Tak hanya itu, Pevita mendorong Renata ke samping kiri, hingga kasarnya permukaan aspal menggores wajah cantiknya dan membuat pipi Renata robek.
Yang terakhir, diaaat Renata tengkurap, kesempatan itu Pevita gunakan untuk menginjak badan, kaki dan tangan Renata dengan kuat.
Goresan kasar itu sukses membuat pipi kiri Renata yang sudah biru menjadi lecet dan berdarah. Tak hanya pipi, kaki dan tangannya pun juga berdarah.
"Sakit?" ejek Pevita.
Renata hanya terdam, tak menggubris ejekan dari Pevita.
"Setelah ini, gue pastikan nyawa lo bakal hilang," kata Pevita dengan senyum sinis yang membuat Renata mati kutu.
"Aku minta maaf, Pev," kata Renata, suaranya tertekan karena merintih sakit.
"Ga ada maaf buat lo jablay!" tanpa berbasa-basi lagi, Pevita menarik kasar kedua pergelangan tangan Renata. Lalu ia menendang perut Renata lagi, sekaligus siksaan yang terkhir sebelum ia meregangkan nyawa Renata.
Setelah menendang perut Renata, kondisi Renata sudah 50% tidak sadar, Pevita segera membawa Renata keujung Rooftop.
Walaupun Renata sempoyongan, ia masih bisa melihat bahkan merasakan dengan jelas perbuatan Pevita padanya, maka itu, ia berteriak sekuat tenaga.
"Pevita!!!! Kamu mau dorong aku?!!! Pev?? Apa kamu gila?? Tolongg....!!! Tolong....!!" seru Renata dengan air mata yang mengalir deras.
"Plis, Pev.... Aku nggak mau mati..... Aku masih mau hidup....!!!" sekuat apapun Renata meronta, tetap kalah sama tarikan Pevita.
"Gue ga peduli. Pokoknya lo harus mati!!" jerit Pevita. Ia tetap mencekal tangan Renata dan mendorongnya perlahan hingga ia sudah sampai diujung rooftop.
Tetapi, begitu Pevita ingin mendorong Renata lagi, terdengar suara debuman pintu yang kencang, membuat Pevita dan Renata kaget.
"Pevita!" seru seseorang dengan suara berat, membuat Pevita dan Renata menengok ke asal suara berat itu.
Randy?
Tanpa berkata apa-apa lagi, Randy langsung menepis tangan Pevita yang mencekal tangannya. Lalu ia beralih menatap Pevita dengan tatapan marah.
"Mau lo apa sih Pev? Gue kan udah bilang kalo gue suka sama Renata, bukan sama lo. Dan gue udah anggap lo sebagai sahabat gue sendiri. Apa lo ga puas?" tanya Randy kasar.
Pevita terdiam. Ia kebingungan melihat sikap Randy sekarang. Bukannya tadi dia bersikap manis padanya? Tapi kenapa sekarang
....."E... Aku..." balas Pevita gagap.
"Ayo Ren, kita pergi." setelah mengatakan hal itu, Randy segera menggendong Renata yang hampir pingsan ala bridal. Membuat Pevita tak percaya.
Kini hanya tinggal dirinya didalam rooftop ini. Perlahan tapi pasti. Ia juga meninggalkan tempat itu dengan ekapresi dan perasaan yang tidak bisa dijelaskan.
*****
A.n
Ada yang Pevita haters disini? 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Dla nastolatków#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...