TIGA PULUH LIMA (A).

1.4K 49 1
                                    

Lusa harinya, di perpustakaan sekolah
Saat Renata sedang mengembalikan buku kimia yang sudah ia pinjam lama, ia mendengar suara teriakan.

"RENATA!" Seru seseorang.

Begitu ia menengok ke sumber suara. Ia melihat Icil yang sedang berarti kearahnya dengan muka serius.

"Renata, aku mau ngomong secara empat mata sama kamu. Temenin aku kesana bentar yuk," ajak Icil, salah satu jari tangannya menunjuk ke sudut ruang perpustakaan.

Renata diam sejenak. Walaupun matanya menatap Icil tajam. Ia tetap menuruti kemauan Icil. "Ya."

Tanpa rasa canggung, Icil segera menarik tangan Renata ke sudut ruang perpus.

Disana, Icil melepaskan genggaman tangannya dan mulai menyatukan ruas-ruas jari tangannya ke ruas-ruas jari tangannya yang lain.

"Mmm... Ta, Aku... Aku mau minta maaf sama kamu..." ujarnya, kemudian ia menunduk.

"Aku tau udah banyak kesalahan yang udah aku buat ke kamu. Aku udah ngemanfaatin kamu, aku udah ngebunuh sahabat kamu, dan masih banyak kesalahan aku yang udah aku buat ke kamu...  Aku tau aku salah. Tapi, apa kamu masih bisa bukain pintu maaf buat aku?" tanya Icil.

Renata berpikir sejenak.

"Kenapa tiba-tiba kamu minta maaf sama aku?" tanya Renata.

"Karena, setiap aku jalan tanpa kamu. Aku ngerasa ada yang kurang. Aku ngerasa..Nggak ada yang mau cerita lagi sama aku. Lalu nggak ada tawa ceria kamu lagi. Dan pokoknya masih banyak! Hidupku jadi hampa kalo ngga ada kamu, Ta!" seru Icil.

Renata mematung ditempatnya.

"Awalnya, aku kira hal yang aku alamin tadi wajar dan biasa aja. Tapi, lama-kelamaan, aku jadi kesepian kalo nggak ada kamu," wajah Icil terlihat sendu.

"Lho. Kan kamu suka Randy. Kenapa kamu nggak main sama dia aja?"

Begitu pertanyaan dilontarkan dari mulut Renata, hati Icil merasa diremas-remas.

'Segitu besar salahku sama kamu ya Ta?' lirih Icil.

Tak lama kemudian, air mata Icil menetes sebutir.

"Nggak. Aku nggak butuh Randy. Aku cuma butuh kamu. Aku ikhlas kalo misalnya kamu jadian sama Randy. Aku nggak mau egois lagi sama kamu, please... Kasih aku kesempatan lagi...." pinta Icil. Air matanya mengalir semakin deras. Membuat Renata iba melihatnya.

"Eee..... Aku....."

"Aku janji buat nurutin apa yang kamu mau. Aku janji bakal selalu ada disisi kamu, aku janji akan menjadi sahabat yang terbaik buat kamu. Aku janji nggak bakal ngecewain kamu lagi. Plis... Aku minta maaf....." tangis Icil pecah.

Renata yang ikut larut dalam suasana juga menitikan air Mata. Kemudian ia berpikir, Tuhan aja sudah memaafkan kesalahannya selama ini, masa ia nggak mau maafin sahabatnya sendiri? Lagipula mereka kan sudah sangat dekat, seperti lem. Jadi sebaiknya Renata memaafkan semua kesalahan Icil.

"Please.. Aku janji bakal jadi sahabat yang baik buat kamu... Aku janji...." tangis Icil.

"Iya, aku maafin... Dan aku juga minta maaf...." tiba-tiba, tangannya tergerak untuk mendekap Icil kedalam pelukannya. Memeluknya erat.

Didalam pelukan erat tersebut, kedua sahabatnya itu merasakan kebahagian yang entah asalnya darimana.

Didalam pelukan erat itu, kedua sahabatnya melepas kerinduan setelah lama berantem hebat.

Kini, semuanya sudah kembali seperti awal.

Seperti hubungan persahabatan mereka.

Harmonis seperti dulu.

"Makasih Ren, lo emang sahabat gue yang paling baik. Gue janji, gue bakal ngelakuin apapun yang lo mau. Sebagai tanda permintaan maaf-an gue ke lo. Dan gue nggak akan menyia-nyiakan kesempatan minta maaf ini! Gue janji!"

*****






Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang