DUA PULUH DELAPAN.

1.5K 53 1
                                    

Pukul 15.00....

95% siswa di sekolah ini sudah pulang kerumah. Sedangkan sisanya stay disekolah, dengan berbagai alasan. Entah ingin menginterview siswa yang ikut sparing basket, atau ingin mengikuti ekstrakulikuler.

Begitu mini bus yang dikendarai Pak Ubay telah sampai di lapangan utama sekolah, 10 siswa laki-laki yang tidak ikut pertandingan mengerubungi mini bus itu, mereka ingin membuat interview tentang score mereka, kalah atau tidak, dan pengalaman mereka saat bertanding.

Begitu Randy turun dari minibus, 2 siswa laki-laki yang diketahui bernama Dennis dan Nathan mengerubunginya dengan banyak pertanyaan.

"Eh bro, menang gak?" tanya Dennis heboh.

"Iya, menang gak?" timpal Nathan.

"Menang," jawab Randy.

"Berapa-berapa?" tanya Marco.

"Dua puluh - sembilan belas," jawab Randy.

"Anjing! Nyaris tai!" Andre heboh sendiri.

"Hm," jawab Randy.

Interview itu berlangsung dengan singkat. Hingga saat Randy selesai diwawancara, ia menemukan Icil yang sekarang berada di hadapannya dengan tatapan mata teduh.

"Gimana mainnya? ceritain dong!" pinta Icil, tanpa segan ia menggenggam tangan kiri Randy.

Dalam genggaman itu, Icil langsung menghambur kedalam memori indah alias flashback yang sulit dilupakan saat mereka berpacaran.

Walaupun Icil merasa senang karena telah menggenggam tangan Randy, Randy langsung merasa tidak enak ketika tangannya digenggam oleh Icil. Dengan pelan ia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Icil, tapi usahanya tak membuahkan hasil. Icil tetap kekeuh mempertahankan tangannya.

"Icil, lepasin tangan gue," ointa Randy dingin.

"Ngga," balas Icil.

"Kenapa?" tanya Randy.

"Gue pengen aja," jawab Icil. Jawabannya terdengar tak berbobot.

Randy terlihat gusar. "Argh." tapi akhirnya ia membiarkan tangannya digenggam oleh Icil, untuk menghargai perasaan Icil.

"Ikut gue ke kantin ya!" seru Icil bersemangat.

"Ngapain?" tanya Randy.

"Ikut aja!" paksa Icil.

'Ish! Maksa aja terus!' batin Randy, rasanya ia ingin melenyapkan Icil dari muka bumi ini.

Sesampainya mereka di kantin, Randy langsung mengambil tempat duduk di salah satu kursi panjang di urutan no 5 di kantin.

Karena ingin bersama-sama terus dengan Randy, Icil mengambil tempat duduk di hadapan Randy, agar bisa menatap wajah Randy sepuas mungkin.

"Ceritain ke gue dong!" pinta Icil.

"Cerita apaan?" tanya Randy.

"Ceritain waktu lo main basket tadi, gue pengen banget dengerin cerita lo," pinta Icil.

Tanpa ia sadari, pertanyaan itu peris seperti pertanyaannya 2 tahun yang lalu, dimana mereka masih resmi berpacaran.

Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang