TIGA PULUH TIGA (A).

1.5K 54 1
                                    

Dua hari ini Renata hanya mendekam dirumah, ia tak melakukan aktivitas apapun selain menangis dan mondar mandir di kamarnya. Ia juga tak makan dan tak minum selama 3 hari. Wajahnya pucat pasi bagaikan mayat. Tubuhnya mengurus, seperti orang yang tidak dirawat.

Mamanya sudah menyuruhnya makan sampai mendobrak paksa pintu kamarnya, tapi hasilnya nihil. Ia tetap tidak mau makan.

Ia juga tidak tau kenapa ia jadi suka menangis alias cengeng sekarang.

Dan buku pelajarannya pun sama sekali tak ia baca, disentuh pun enggan. Padahal seorang Renata tak betah bila sehari tak membaca buku pelajaran.

Dan apa kalian tau, hal apa yang membuat Renata cengeng?

Itu karena Gwen, Icil dan Randy.

Mengapa ia sampai menangis karena mereka bertiga? Karena:
1. Ia masih tak menyangka kalau Gwen sudah pergi. Padahal mamanya sudah menasehatinya agar ia melepaskan Gwen. Memang saat mama menasehatinya, Renata menurut. Tetapi, sehari setelahnya, ia jadi mikirin Gwen lagi. Ucapan mamanya bagaikan masuk ke telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan bagi Renata. Bahkan ia kembali tak ikhlas apabila Gwen meninggal.

2. Ia kecewa dengan apa yang Icil  sudah lakukan. Pertama: karena ia telah membunuh sahabatnya sendiri dan yang kedua: bisa-bisanya Icil mengkhianatinya demi Randy.

3. Karena Randy. Bisa-bisanya ia menjadikannya pacar karena dare. Ia tidak tau seberapa besar tingkat ketulusan cinta Renata yang ia berikan untuk Randy, tetapi malah ia salahgunakan.

Tak kuat, air matanya mengalir semakin deras. Tangisannya berubah menjadi lolongan kesakitan yang memilukan bagi siapapun yang mendengarnya.

Untuk mengeluarkan emosinya yang meledak-ledak sejak tadi, ia langsung berteriak sekuat tenaga.

Dan begitu Renata berteriak, kepalanya sakit, matanya berkunang-kunang, dan ia langaung ambruk.

Ia pingsan.

*****

Renata langsung dilarikan ke UGD oleh mamanya. Disepanjang perjalanan, mamanya menangis. Menangis tanpa henti.

Saat Renata dimasukkan kedalam UGD, Sang dokter menyuruh mama Renata untuk tetap diluar agar para dokter dan rekan medis lainnya dapat menyembuhkan Renata dengan fokus.

*****

Keesokan harinya...
Pukul 18.35....

Renata membuka matanya perlahan. Begitu ia buka 0,7 centi kelopak matanya, cahaya putih langsung menusuk bola matanya.

Matanya terlihat pedih karena cahaya itu, tetapi akhirnya matanya terbiasa melihat cahaya itu.

Begitu kepalanya berotasi 30° kearah kiri dan kanan, wajah Renata berubah panik. Ia langsung menerjapkan matanya berulang kali, meyakinkan dirinya kalau sekarang ia berada dirumah sakit.

Ternyata benar, ia kamar inap rumah sakit. Kamar bernuansa super putih tanpa hoasan dinding itupun membuat Renata ketakutan.

Ia sangat takut dengan rumah sakit karena aromanya, obat-obatnya, peralatan medisnya, dan para dokter yang merawatnya. Diantara semua itu, ia paling takut melihat dokter. Karena pernah suatu kali dokternya salah menyuntiknya. Yang seharusnya tangan kanan, jadi tangan kiri. Manapula dokternya galak lagi.

Dan begitu ia menggerakkan tangannya untuk mengambil gelas, ia merintih kesakitan.
Rupanya tangannya telah dimasuki selang infus, mrmbuat Renata mendengus. Tangannya jadi sakit sekali.
Untungnya, saat ia kesusahan mengambil air minum, mamanya memasuki kamarnya.

"Renata, akhirnya kamu sadar juga," ucap mamanya, lalu berjalan pelan kearahnya.

"Mama stress tau gak mikirin kamu gara-gara kamu nggak makan tiga hari!" celetuk mamanya kesal.

"Sori ma...." Renata menunduk.

"Liat badan kamu, udah kayak lidi. Hampir aja kamu meninggal, untung mama cepet bawa kamu kerumah sakit!" mamanya panik, sedangkan Renata meringis.

"Sori..." lirih Renata super pelan, hingga suaranya hampir tak terdengar.

"Kenapa soh kamu nggak mau makan? Kok sekarang kamu suka ngelawan mama ya?" tanya mama heran.

Renata terdiam. Sebenarnya niatnya tidak untuk melawan mamanya. Tapi firasat mamanya sendiri lah yang engatakan bahwa Renata mulai melawannya.

"Kan kalo kamu yang sakit, mama yang repot, Renata!" seru mamanya.

"Maaf ya Ma," kata Renata.

"Yaudah. Tapi inget! Jangan ngebantah mama lagi," ujar mamanya.

"Iya, Ma," balas Renata.







Nerd Girl In Love [REVISI] / CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang