Pukul 15.23...
Saat Renata selesai piket, seseorang mencengkram kuat tangan Renata.
Begitu Renata meronta, rekan orang yang tadi mencengkram tangannya dengan sigap membekap mulutnya.
Kedua orang itu langsung membawa Renata ke gudang.
Sepanjang jalan, Renata tak henti-hentinya mengalami perlakuan kasar dari kedua orang itu. Dan malangnya lagi ia tidak bisa meronta kuat, karena keadaanya sudah 85% tak sadar.
Begitu mereka bertiga sudah sampai di gudang belakang sekolah, Renata menatap sekelilingnya dengan perasaan takut. Takut dengan apa yang akan terjadi kemudian pada dirinya dan takut karena tempat ini gelap dan seram.
Begitu matanya menangkap dua orang itu yang tak lain adalah Pevita dan Zoe, air matanya menetes.
"Pevita, Zoe. Salah aku apa lagi? Tolong jangan sakitin aku," pinta Renata. Permintaan Renata dihadiahi oleh tawaan keras dari Pevita.
"HAHAHA!!! LO MINTA TOLONG BIAR GUE NGGAK NYAKITIN LO? GUE GABAKAL GA NYAKITIN LO. Tapi tenang aja, gue nggak ngebunuh lo langsung kok, gue akan membunuh lo dengan perlahan biar lo menderita!! Dan biar lo tau diri kalo lo itu bagaikan cewek buruk rupa yang centil sama pacar gue!" setelah mengatakan hal itu, Pevita menghajar Renata lagi dengan membogem, menendang, mendorong, dan menginjaknya dengan tidak berperikemanusiaan, hingga kondisinya 99% tak sadar. Langkah terakhir, dengan sekuat tenaga, Pevita menginjak pinggang Renata yang sudah ambruk hingga tubuhnya remuk dan ia langsung melengos pergi dari gudang, diikuti.
Puas akan apa yang dilakukannya, Pevita keluar dari tempat itu, disusul Zoe. Aksi balas dendamnya berjalan lancar.
*****
Sore hari, pukul 4 sore, saat Randy dan tim basketnya berlari ke lantai 4 untuk mengambil tas mereka masing-masing, Randy mendengar suara rintihan meminta tolong.
Karena penasaran, Randy berjalan ke arah gudang itu. Begitu ia membuka pintu gudang tersebut, tampak Renata yang wajahnya pucat dan tubuhnya dipenuhi oleh luka lebam dan darah, ia langsung ambruk dihadapan Randy.
Tak menyangka dengan apa yang terjadi pada Renata, Randy langsung menggendong Renata ala bridal dan berlari menuruni tangga. Bodo amat dengan tas nya yang masih tertinggal didalam kelas.
Beruntung hari ini ia mengendarai mobil ke sekolah. Jadi begitu ia membuka knop pintu mobil, ia membaringkan tubuh Renata di kursi penumpang.
Ia lalu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk kerumahnya. Sepanjang jalan, ia memikirkan siapaa yang membuat pacarnya seperti itu.
*****
Setelah sampai didepan rumah, Randy membawa Renata ke tempat duduk bermotif kayu tepat disamping posisinya berdiri. Agar ia tidak kesulitan saat membuka pintu.
Begitu pintu terbuka, Randy menggendong Renata lagi dengan kecepatan kilat ke kamar nya. Juga membaringkannya diatas ranjang tidur Randy.
Untung dikamarnya sudah disediakan kotak P3k. Kotak itu disediakan dikamarnya bukan karena keinginan Randy, tetapi karena keingan mamanya waktu itu.
Dengan gesit ia mengambil kotak P3K yang tergantung di sudut kamarnya dan membuka kotak itu lalu membongkar isinya diatas kasur. Pertama-tama, ia memfokuskan pandangannya di wajah Renata.
Malang sekali nasib Renata, luka koreng di pipi Renata kembali robek. Dan terus mengeluarkan darah. Dalam hati, Randy ingin mengamuk, siapa yang berani melukai pacarnya.
Ia memang menjadikan Renata sebagai pacar palsunya, tapi ia juga mempunyai sedikit perasaan sama Renata dan ingin membantunya. Malahan ia jadi kurang suka dengan sikap Pevita yang semakin lama semakin menyebalkan, matre, dan manja.
Bodo amat kalo Pevita akan mengamuk nantinya. Yang penting Renata sembuh.
Setengah jam kemudian, Randy sudah membersihkan seluruh luka yang ada di tubuh Renata. Sekarang adalah waktunya Randy untuk mandi dan menunggu Renata pulih.
Selain itu, ia juga ingin menghabiskan waktu lagi dengan Renata.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Girl In Love [REVISI] / Complete
Jugendliteratur#327 in TeenFiction (19-07-2017) #675 in TeenFiction (22-05-2017) Tentang kisah seorang nerd bernama Renata yang terjebak dalam kisah percintaan dengan Randy, sang idola sekolah. Semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi dibalik itu, tanpa ia sadari ad...