"Kerjaan yang tadi pagi udah gue kirim ke email," ujar Vania.
"Ok, thanks." Kendra menjawab tetapi matanya tetap asyik menatap layar komputer di hadapannya.
Vania duduk di kursi yang terletak di hadapan meja Kendra.
"Serius amat sih. Udah waktunya makan siang lho," tegur Vania.
"Iya nih, udah mau deadline."
"Nggak mau break makan siang dulu?"
"Nanggung. Lo duluan aja deh."
"Bareng aja ah," sahut Vania.
Vania merasa tak enak hati jika istirahat terlebih dahulu sedangkan Kendra yang merupakan atasannya malah masih bekerja.
"Lo udah laper banget?" Kendra menghentikan pekerjaannya dan menatap Vania.
"Belum kok, lanjutin aja kerjanya."
Kendra menekan tombol Ctrl S lalu mengunci komputernya.
"Ya udah, kita makan dulu aja," ajak Kendra. "Ternyata lumayan lapar juga. Tadi pagi gue sarapannya dikit."
Tidak lama, mereka berdua sudah duduk di kantin, berbaur dengan para karyawan yang lain.
"Eh, lo udah punya pacar?" tanya Kendra tiba-tiba, membuat Vania yang sedang menyuap makanan ke dalam mulutnya hampir tersedak.
"Kenapa lo tanya gitu?" Vania balik bertanya.
"Hahaha... Cuma tanya. Nyantai aja 'kali. Lo sampai kaget gitu." Kendra tertawa.
Vania tersenyum malu.
"Jadi udah punya apa belum?" todong Kendra.
Sambil tersipu, Vania menggelengkan kepala.
"Ooo..."
"Sebenarnya gue baru putus sebulan yang lalu. Tapi ya udahlah, nggak usah dipikirin lagi. Gue orangnya gampang move on kok. Sekarang gue udah nggak mau lagi ingat-ingat yang dulu. Semua udah berlalu."
"Ooo... Baguslah kalau kayak gitu. Ngapain juga galau lama-lama. Masih banyak kok cowok di dunia," Kendra berkata sambil tertawa cerita.
"Kalau lo?" Kali ini Vania yang bertanya.
"Sama, gue juga belum."
Mereka berdua lalu tertawa.
"Lo sama Rico aja gimana?" tanya Kendra, kembali membuat Vania hampir tersedak ketika gadis itu sedang meyeruput es teh manis.
"Kok gitu?" tanya Vania. Tapi tak urung ia tersipu.
"Rico itu single lho. Baik banget lagi."
"Terus kenapa?" Vania bisa merasakan rona hangat menjalari wajahnya.
"Yaa... Siapa tahu kalian cocok. Gimana?"
"Kenapa nggak sama lo aja?" Vania mencoba berkilah.
"Nggak lha," sahut Kendra.
"Kenapa?"
"Ya nggak aja. Kayaknya lebih cocok sama lo deh."
"Ah masa?" Vania tertawa.
Mereka berdua kembali melanjutkan makan. Sesekali Kendra membalas sapaan orang-orang yang lewat dan menyapa mereka.
Vania sampai berpikir, Kendra pasti banyak yang suka, baik yang suka secara pertemanan maupun yang suka secara perasaan.
Kendra adalah sosok pribadi yang ceria, mudah bergaul, dan baik kepada siapa saja. Baru satu minggu Vania mengenal Kendra, tetapi Vania sudah bisa merasakan pribadi Kendra yang perhatian dan ramah kepada semua orang. Ia bagaikan matahari yang cerah bagi sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Literatura FemininaVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...