Tiga minggu berlalu.
Vania sudah melupakan segala hal tentang Rico dan Andre sahabatnya, yang sepertinya sudah ditahbiskan oleh Kendra sebagai musuh hidup dan matinya. Vania sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya, Kendra juga. Hingga sore itu, tiba-tiba saja sosok itu muncul di depan ruang meeting kantornya. Dada Vania seketika seperti ditabuh. Bunyinya bertalu-talu. Dadanya bergemuruh.
"Lo ngapain diam aja?" tegur Kendra melihat Vania menghentikan langkahnya tiba-tiba.
"Ehm... Ehm..." Vania salah tingkah.
Kendra mengalihkan pandangan ke arah mata Vania menatap. Sejenak kemudian, Kendra sudah sibuk menggoda Vania.
"Ooo... Jadi itu yang bikin lo bengong mendadak?"
"Apaan sih." Vania semakin salah tingkah.
"Udah ngaku aja, lo suka 'kan sama Rico?" Kendra terus menggoda.
"Kata siapa?
Vania mencoba berkilah, tetapi ia bisa merasakan rona hangat yang tiba-tiba menjalari wajahnya.
"Udah ketauan lagi kalau lo grogi."
"Lo ini." Vania mencubit lengan Kendra.
"Eh, tapi kenapa ya Rico ada di sini?" Kendra tersadar. "Yuk, kita tanya dia aja."
Kendra segera melangkah ke arah sofa dimana Rico tampak sedang serius membaca majalah.
"Hai, Rico," sapa Kendra ceria.
Rico mengangkat wajah dan membalas senyuman Kendra.
"Hai, Kendra." Rico menggeser duduk, memberi tempat agar Kendra bisa duduk di sampingnya.
"Lagi ngapain? Kok tumben ada di sini?" Kendra duduk di samping Rico.
"Bukannya ada presentasi?"
"Presentasi?" Kendra mengernyitkan dahi. "Presentasi apaan?"
"Yang promotion plan untuk tahun depan bukan?"
"Lho, kamu ikutan juga? Kirain cuma aku."
"Bu Titi yang minta aku datang."
"Ooo... Gitu? Kok aku nggak tahu, ya?"
"Iya, gitu."
"Terus... Kamu datangnya sendirian?" Sorot mata Kendra tampak sedang mencari-cari seseorang.
"Aku datangnya sama Andre kok. Kamu cari dia, ya?" Rico tersenyum penuh arti.
"Nggak! Kata siapa? Aku 'kan cuma tanya kamu datang sendirian atau nggak." Kendra memutar matanya.
Rico hanya tersenyum melihat ekspresi Kendra yang terlihat jelas salah tingkah. Sementara itu Vania yang masih berdiri tak jauh dari mereka juga tak kalah resah melihat Kendra yang asyik berbincang dengan Rico dan mengabaikannya.
Duh, Kendra nih gimana sih, kok gue malah dianggurin.
Sadar kehadirannya tak disadari dan ia juga tak mungkin terus berdiri, Vania memutuskan untuk menghampiri Rico dan Kendra.
"Eh, ya ampun, sampai lupa!" pekik Kendra. Ia segera berdiri dan mendorong tubuh Vania mendekat ke sofa. "Rico, kenalin, ini namanya Vania."
"Kami 'kan udah pernah kenalan." Rico tersenyum ramah.
"Oh iya, ya? Kok aku lupa. Ya udah nggak apa-apa, kalian kenalan lagi aja."
Kendra mengamit dan menyatukan tangan Rico dan Vania. Mau tidak mau Vania menuruti kemauan Kendra, meskipun sebenarnya dalam hati ia gugup luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...