Semenjak hari itu, hidup Vania berubah, suasana hatinya berubah, segalanya berubah. Vania merasa lebih optimis dalam menjalani hari-hari, terutama hari-harinya di tempat kerja.
Ibunda Vania tentu saja senang dengan perubahan putri bungsunya. Ibu mana yang tidak bahagia melihat sang putri yang tadinya seperti alergi dengan kata pernikahan, kini setiap hari senantiasa tampak kasmaran.
Vania bahkan menjalani sesi terapi untuk menyembuhkan hati dari luka batin yang ia derita selama beberapa tahun ini. Begitu semangatnya Vania untuk memulihkan jiwa, membuat ia tak perlu lama menjalani sesi terapi. Semangat Vania hanya satu, menjemput kebahagiaan yang sudah ada di depan mata, seperti kata Kendra.
Tetapi tentu saja, Vania merahasiakan nama pria yang sudah mencuri hatinya dari sang mama. Belum sekarang saatnya. Suatu hari, ia pasti akan memberitahukan tentang Rico kepada mamanya. Tetapi nanti, saat semua sudah pasti. Kini, Vania hanya ingin fokus memperbaiki diri.
Selain mama Vania, yang merasa bahagia dengan perubahan Vania tentu saja Kendra. Suasana hati Vania yang setiap hari selalu berbunga-bunga membuat pekerjaan selesai lebih cepat daripada jadwal semula. Cinta memang ajaib. Pesonanya mampu memberikan kekuatan luar biasa dan mengubah dunia.
"Kendra!" pekik Vania seraya menyenggol Kendra yang ada di sampingnya.
"Apa?"
"Lihat, di sebelah situ ada siapa," Vania berbisik sambil menunjuk ke sebuah arah.
Kendra memutar kepala.
"Rico," bisik Kendra.
"Iya. Duh, gue kudu gimana?"
"Apanya yang kudu gimana? Ya kita samperin dia. Emang kudu gimana?"
"Harus?" Wajah Vania mendadak merah.
"Iya, harus."
"Duh, Ken, jangan sekarang lha," tolak Vania.
"Kenapa?"
"Masa gue kucel gini mau nyamperin dia sih? 'Kan malu. Ntar kalau dia ilfeel ama gue gimana?"
Saat ini Vania dan Kendra sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Mereka berdua baru saja membeli beberapa kebutuhan karena hari ini adalah hari gajian. Saat sedang melintasi sebuah restoran, mereka melihat Rico sedang duduk di kursi di bagian luar restoran, sambil menikmati secangkir minuman. Sendirian.
Wajar jika Vania merasa tidak percaya diri untuk menyapa sang pujaan hati. Setelah seharian bekerja dan dilanjutkan acara berbelanja, wajah dan tubuh Vania sudah sangat lelah. Ini sama sekali bukan saat yang tepat untuk menyapa Rico. Wajahnya sudah lusuh, badan dan baju pun sudah bau. Tapi bukan Kendra namanya jika tidak menyemangati Vania.
"Percuma lo ikut sesi hipnoterapi kalau ngadepin doi aja lo nggak percaya diri. Lagian, lo nggak perlu minder gitu kali. Yang laki-laki lihat nggak selalu tentang body sexy, tapi inner beauty. Asalkan hati dan kepribadian lo cantik, lo pasti kelihatan menarik."
Vania mendecak sambil menatap Kendra.
Kendra ini, selalu aja ngomporin. Apa dia nggak tahu gue udah panas dingin.
"Van," tegur Kendra. "Ayo."
Sesaat kemudian, tanpa menunggu jawaban Vania, Kendra menarik lengan Vania dan menyeret rekan kerjanya itu menuju meja dimana Rico berada.
"Hai, Rico," sapa Kendra ceria, tanpa mempedulikan pipi Vania yang merona.
Rico mengangkat wajah lalu tersenyum ramah kepada dua orang perempuan yang berdiri di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...