"Ini buat lo." Vania meletakkan sebuah bungkusan ke atas meja Kendra.
"Pasti isinya sogokan," tebak Kendra sambil tertawa.
"Hahaha... Enak aja. Traktiran," ralat Vania.
Kendra membuka bungkusan yang dibawakan oleh Vania dan berteriak gembira.
"Lo tahu banget gue sukanya apa."
"Iya dong. Gue gitu lho," jawab Vania sambil tertawa.
Tanpa menunggu, Kendra segera menggigit blueberry cheese cake yang dibawakan oleh Vania. Tidak hanya itu, Vania juga membawakan minuman yang sangat Kendra suka, green tea latte.
"Ada perkembangan baru?" tanya Kendra dengan mulut penuh.
"Belum ada sih. Tapi segitu aja gue udah happy," Vania berujar dengan wajah berseri-seri.
Di pesta pernikahan Andre dan Kendra hari Sabtu lalu, setelah menghabiskan waktu bersama Rico untuk mengambilkan kipas milik Kendra yang tertinggal di kamar, Vania tetap bersama Rico hingga pesta selesai. Itu karena Kendra melarang Rico dan Vania berpisah. Kendra berkata bahwa Rico dan Vania harus selalu bersama agar jika ia ataupun Andre membutuhkan sesuatu, ia tidak perlu mencari Vania dan Rico jauh-jauh. Kendra mengatakan mereka berdua harus menjadi pendamping pengantin untuknya dan Andre.
Vania sih senang-senang saja. Meskipun itu artinya ia jadi kurang leluasa berkeliling ruangan untuk mencoba semua menu makanan. Ia dan Rico jadi hanya bisa mencoba makanan di stall terletak di sekitar pelaminan. Sebenarnya Kendra tidak melarang mereka berdua untuk beredar, tapi namanya juga sedang berpura-pura. Jika Vania dan Rico berada jauh dari penglihatan Kendra, nanti Rico malah curiga. Bukankah tugas mereka berdua adalah membantu kebutuhan Andre dan Kendra selama acara pesta, jadi mereka tidak bisa berada jauh dari pelaminan. Begitu yang ada dalam pikiran Vania.
Tidak hanya itu, Kendra juga meminta Rico dan Vania untuk berfoto bersama dengannya dan Andre berkali-kali. Kendra bilang foto itu untuk kenang-kenangan. Tapi Vania tahu, itu hanya alasan. Jika foto bersama pengantin 'kan seharusnya Vania berada di samping Kendra dan Rico berada di samping Andre. Ini tidak. Kendra meminta agar Rico berdiri di samping Vania.
"Supaya ntar bisa lo crop," begitu saat itu Kendra berkata. "Jadi 'kan seolah-olah lo foto berdua sama dia."
Ada-ada saja.
"Lo sabar aja deh kalau gitu," celetuk Kendra sambil masih mengunyah.
"Nggak masalah kok," jawab Vania. "Gue malah suka tipe cowok kayak Rico."
"Oh ya? Tipe yang kayak gimana?"
"Tipe yang cool dan misterius."
"Seriously? Lo suka cowok kayak gitu? Bukannya malah makan hati sama cowok yang nggak bisa ketebak isi hatinya?"
"Justru gue suka," sahut Vania. "Gue malah bête sama cowok yang ngejar-ngejar gue, kayak seluruh waktunya cuma buat gue. Emang dia nggak ada kerjaan? Emang gue maling pakai dikejar? Gue malah takut kalau itu semua hanya pencitraan, hanya manis di awal. Ntar setelah dia dapetin gue, dia seenaknya aja. Kunci merebut hati gue sebenarnya mudah, jangan bikin gue jengah. Jangan kelihatan banget kalau dia lagi ngejar gue. Sewajarnya aja, seperlunya. Justru semakin dikejar, gue semakin menjauh. Kasih gue waktu. Biarin rasa cinta itu tumbuh. Gue bukan orang yang habis makan nggak bayar, jadi nggak usah lo kejar," tutur Vania panjang lebar.
"Hahaha..."
"Kenapa lo?"
"Ujung kalimat lo bikin gue ngakak parah." Kendra tertawa sambil memegangi perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...