"Wah. Keren banget," Kendra berdecak kagum melihat piring dan cuttleries tertata di atas meja. "Aku kira kita cuma mau makan malam biasa," lanjutnya.
Setelah Andre memastikan bahwa dirinya tidak akan bisa datang karena harus menemani Sellina yang sedang berduka karena kepergian papanya yang tiba-tiba, Rico segera meminta kursi dan menu tambahan kepada pihak restoran. Bagaimanapun makan malam sudah dipesan dan tetap harus Kendra nikmati, meski Kendra tak tahu apa yang sedang terjadi.
Vania juga terpesona melihat betapa indah makan malam yang telah Andre siapkan untuk Kendra. Selain piring dan cuttleries, di atas meja juga dihiasi lilin yang menyala dan taburan kelopak mawar merah. Tiga buah menu yang diletakkan di atas piring semakin menandaskan betapa Andre ingin memberikan segala yang terbaik untuk Kendra.
Susunan menu yang terdiri dari hidangan pembuka hingga hidangan penutup benar-benar menggugah selera. Siapa saja pasti tak sabar untuk segera menyantapnya. Semua hidangan yang dipilih adalah makanan kesukaan Kendra, setidaknya begitu menurut pengetahuan Vania.
Mulai dari hidangan pembuka berupa prawn bisque, hingga makanan penutup berupa blueberry panacota, semuanya kesukaan Kendra. Betapa luar biasa Andre mempersiapkan ini semua. Sebersit rasa iri bercampur sedih kembali terasa di hati.
Karena Kendra mengira bahwa makan malam romantis ini disiapkan Rico untuk Vania, maka Rico duduk berhadapan dengan Vania dan Kendra duduk di antara mereka berdua.
Tapi meski Rico dan Vania duduk berhadapan, mereka sama sekali tidak seperti orang yang sedang kasmaran. Vania menghindari kontak dengan Rico, sementara Rico tampak lebih pendiam daripada biasanya.
Sepertinya benar kata orang bijak, suasana romantis datangnya dari dalam jiwa, bukan semata karena makan malam di tempat mewah. Bahkan jika kita hanya menyantap hidangan ala kadarnya tapi hati kita dipenuhi rasa cinta, suasana romantis niscaya akan tercipta dengan sendirinya. Tapi meski kita menikmati hidangan di restoran paling mahal sedunia, tanpa ada sedikitpun rasa cinta antara dua jiwa, niscaya semua terasa hambar, niscaya semua terasa datar. Sama seperti saat ini.
Vania dan Rico boleh saja duduk berhadapan, tapi sikap yang mereka tunjukkan sepanjang makan malam justru seperti dua orang yang belum saling mengenal. Mereka berdua hanya menyantap hidangan dalam diam. Hanya Kendra yang sibuk bercerita dan tertawa.
Suasana canggung begitu terasa. Terlebih ketika seorang pelayan membawakan setangkai bunga mawar merah dan coklat yang seharusnya diberikan oleh Andre kepada Kendra.
"Aku pura-pura nggak lihat deh," celetuk Kendra sambil tertawa dan menutup kedua matanya.
Rico yang tak tahu harus berbuat apa, hanya meletakkan bunga dan coklat itu di hadapan Vania. Setidaknya ia harus menjaga supaya Kendra tidak curiga. Bahaya jika Kendra sampai tahu bahwa Andre yang merancang ini semua tapi saat ini Andre justru memilih untuk berada di sisi Sellina yang tengah berduka.
"Kok cuma gitu aja?" protes Kendra.
"Maksudnya?" Rico bertanya.
"Kamu nggak mau bilang apa-apa sama Vania? Misalnya nembak gitu. Gara-gara ada aku, ya? Harusnya kamu nggak usah ngajak aku, Van. Gara-gara ada aku, kalian nggak jadi makan malam romantis berdua," sesal Kendra.
Vania hanya diam. Rico juga bungkam. Sementara Kendra melanjutkan menyantap hidangan.
"Rico, kamu pinter banget pilih tempat. Makanannya enak semua, aku suka. Suasananya juga cocok untuk makan malam berdua. Van, lo beruntung Rico manjain lo. Andre aja paling banter cuma ngajak gue makan bakso di warung dekat rumah. Moga-moga kalian cepat jadian," gumam Kendra sambil mengunyah. "Mau tunggu apa lagi? Kesempatan mendapatkan cinta sejati nggak datang dua kali."
Rico berdeham dan mengalihkan pandangan ke arah Kendra.
"Makan yang banyak, ya. Kamu 'kan sekarang makannya buat dua orang." Rico berusaha mengalihkan pembicaraan.
Sementara itu Vania tak kuasa menahan air mata yang rasanya sudah mendesak ingin keluar. Bukan hanya karena ia merasa tak pantas menikmati makan malam dan semua fasilitas istimewa yang seharusnya dinikmati Kendra, tapi juga karena ia merasa tak punya muka.
Tak seharusnya tadi ia mengungkapkan perasaan kepada Rico. Jika saja ia lebih mampu menahan diri, mungkin suasana canggung ini tak akan terjadi.
Betapa Vania merasa tersiksa duduk berhadapan dengan pria yang dicintainya. Wajah Rico yang tampak tenang justru menimbulkan tanda tanya.
Bagaimana kini Rico menilai dirinya? Bencikah kini Rico kepadanya? Apakah saat ini Rico juga sama tersiksanya dengan dirinya? Atau Rico justru sedang menikmati makan malam bersama Kendra meski tak hanya berdua?
Khawatir tak dapat menahan diri, Vania segera berdiri.
"Permisi, aku mau ke toilet."
Sepeninggal Vania, Kendra menatap Rico dan membisikkan sebuah pertanyaan. Pertanyaan yang membuat Rico semakin terdiam.
"Vania kenapa? Kok dia jadi pendiam? Rico, kamu benar-benar suka sama Vania? Kalau iya, aku titip dia. Jangan pernah bikin dia kecewa. Seperti yang aku bilang tadi, kesempatan mendapatkan cinta sejati nggak datang dua kali."
*****
Sepanjang malam, mata Rico hampir tak dapat terpejam. Kata-kata yang Kendra ucapkan begitu dalam menghujam.
Rico mengusap wajahnya yang terasa begitu lelah. Terbayang jelas di pelupuk matanya bagaimana susah payah tadi Vania menahan air mata. Ia bukannya tak tahu, mata Vania memerah ketika gadis itu menyantap hidangan sambil membisu.
Rico tak pernah menyangka, Vania memiliki perasaan sebesar itu untuknya.
Selama ini ia berpikir bahwa ketertarikan Vania kepadanya hanyalah ketertarikan biasa, bukan perasaan yang berkembang menjadi besar dan menumbuhkan asa. Selama hidupnya, Rico tak banyak mengenal cinta dan karena itulah ia menjadi pribadi yang tidak terlalu peka terhadap perasaan wanita, kecuali mungkin terhadap Kendra.
Namun kini semua sudah berubah. Pernikahan Andre dan Kendra yang tiba-tiba telah meluluhlantakkan impian dan harapannya untuk bisa meraih hati Kendra. Kendra kini sudah menjadi milik sahabatnya. Kendra tak akan pernah menjadi miliknya. Apalagi Kendra kini tengah mengandung buah hati mereka berdua. Lalu sekarang apa lagi yang tersisa selain harapan semu yang perlahan hancur menjadi serpihan abu?
Tapi kata-kata yang Kendra ucapkan seolah mengetuk hatinya. Ada Vania. Ada bahagia yang Tuhan kirimkan untuknya yang selama ini luput dari pandangan mata.
Vania memang bukan Kendra. Vania memang bukan sosok yang selama ini ia puja. Tapi siapa tahu, Vania adalah sosok cinta sejati yang ia nanti selama ini. Seperti kata Kendra, kesempatan mendapatkan cinta sejati mungkin tidak akan datang dua kali.
Rico berpikir sekali lagi sebelum akhirnya ia meraih handphone dan memantapkan hati.
*****
Keesokan paginya, Vania bangun dan tertegun membaca pesan di layar handphonenya. Pesan yang rupanya dikirimkan oleh Rico semalam saat ia sudah tertidur.
Vania, maukah kamu kalau kita mencoba? Seperti Andre dan Kendra.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
ChickLitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...