"Van..."
Kendra tidak jadi melanjutkan ucapannya melihat Vania tidak sedang berada di tempat. Mungkin Vania sedang ke toilet, pikir Kendra. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu sebentar.
Tidak lama kemudian handphone Vania yang tergeletak begitu saja di atas meja berdering. Kendra melirik nama penelepon. Ferdy.
"Handphone gue bunyi, ya."
Vania datang tergopoh-gopoh dan segera mengangkat handphone miliknya tanpa mempedulikan keberadaan Kendra.
"Aku baru dari toilet," Vania berbicara dengan nada dan suara yang sangat lembut.
Menyadari kehadirannya diabaikan, Kendra memutuskan untuk kembali ke ruangan.
"Ntar gue ke sini lagi," pamit Kendra.
Vania menjawab dengan mengacungkan jempol dan berbisik, "Sip."
Sekitar 45 menit kemudian, Vania datang ke ruangan Kendra.
"Sorry, gue baru selesai telepon. Ada apa?"
"Baru selesai? Lama amat. Kuping lo nggak panas?" tanya Kendra keheranan.
"Kan pakai handsfree."
"Ooo..."
"Oh ya, tadi lo mau ngomongin apa?"
"Ngomong apa ya?" Kendra berusaha menyegarkan ingatannya. "Aduh gue lupa."
"Yeee... Ya udah ntar kalau udah ingat kasih tahu gue."
Vania baru hendak pergi dari ruangan Kendra sebelum Kendra kembali bersuara.
"Oh ya Van, lo sama Rico gimana?"
"Apanya yang gimana?"
"Perkembangan hubungan kalian gimana?"
"Nggak usah dibahas lha," jawab Vania singkat.
"Lho kenapa?" tanya Kendra dengan sorot mata bertanya-tanya. "Dia belum nembak lo? 'Kan dia udah ngajak makan malam."
"Bukan, itu sih..." Vania tidak jadi melanjutkan kata-katanya.
Bukan haknya untuk menjelaskan tentang makan malam tempo hari. Kalau sampai Kendra tahu yang sebenarnya terjadi, bisa runyam.
"Ya ampun, jangan bilang kalau Rico udah nembak lo?" Kendra memegang kedua bahu Vania sambil membelalakkan mata. "Benar, Rico udah nembak lo?"
Vania tidak menjawab pertanyaan Kendra. Ia jadi serba salah.
"Van, jawab. Rico udah nembak lo? Kalau belum juga, apa perlu gue telepon dia supaya cepetan nembak lo?" ujar Kendra bersemangat sambil meraih handphone miliknya.
"Eh jangan nggak usah." Vania panik dan berusaha merebut handphone yang disembunyikan Kendra di balik punggungnya.
"Kalau gitu jawab dong," Kendra tersenyum penuh kemenangan.
Akhirnya Vania mengalah. Ia selalu kalah jika berhadapan dengan Kendra. Vania menghembuskan napas sebelum bersuara.
"Iya, Rico udah nembak gue," kata Vania lirih sambil menunduk.
"Ya ampuuunn... Selamat!" Kendra berteriak histeris sambil memeluk Vania. "Ini berita bagus. Pokoknya ini harus dirayain. Ayo kita makan pizza!" seru Kendra bersemangat.
"Kenapa lo jadi heri sih? Heboh sendiri."
Vania berusaha melepaskan diri dari pelukan Kendra. Kendra terkikik.
"Ya gue seneng banget dong akhirnya lo jadian sama Rico. Eh ayo duduk, ceritain gimana caranya doi nembak lo. Hihihi... Nggak kebayang, cowok pendiam kayak Rico pasti nembaknya garing," ujar Kendra sambil menarik kursi untuk Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Chick-LitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...