"Kendra. Oi, Kendra," panggil Vania kepada Kendra yang sedang tampak serius menatap layar monitor di hadapannya.
"Apa?"
"Gue ke loading dock dulu, ya," ujar Vania dengan senyuman lebar tergambar di wajah manisnya.
"Ngapain?"
"Flyernya udah jadi hihihi..." Vania berkata dengan raut wajah berseri-seri.
"Oh ya? Ya udah sana, cepetan hahaha..." Kendra ikut gembira.
Loading dock adalah tempat bagi supplier dan jasa ekspedisi untuk mengantarkan barang untuk pihak perusahaan. Sesuai posisinya, memang sudah menjadi tugas Vania untuk mengecek setiap hasil flyer, poster, dan materi promosi lainnya yang dikirimkan oleh percetakan apakah sesuai dengan pesanan dan desain yang dikirimkan, sebelum akhirnya diterima.
Hal itu seharusnya sudah menjadi hal yang biasa. Tetapi hari ini Vania pergi ke loading dock dengan wajah dan hati yang jauh lebih gembira daripada biasanya. Apalagi alasannya selain tidak lain dan tidak bukan adalah karena flyer yang baru saja datang akan menjadi golden ticketnya untuk bisa pergi ke kantor dimana Rico bekerja.
Sebenarnya pergi ke kantor Rico untuk sekedar mengantarkan flyer terdengar terlalu berlebihan. Ia bisa meminta sopir kantor yang pergi mengantarkan. Tetapi 'kan ada maksud dan agenda lain selain mengantarkan flyer.
Flyer hanyalah kendaraan bermuatan politis yang ditunggangi olehnya, dengan dukungan Kendra, agar ia bisa bertemu dengannya, Rico, sang gebetan yang sudah dengan sukses membuatnya secepat kilat melupakan sang mantan.
Vania jadi senyum-senyum sendiri hingga ia tak sadar, Kendra yang berdiri di depan pintu tertawa geli memperhatikannya.
"Lo ngapain ketawa-ketawa?" tegur Kendra.
"Hehehe... Ini gue bawain flyernya," sahut Vania. "Mas, tolong taruh di meja di ruangan saya flyernya tiga amplop, sisanya tolong taruh di tempat biasanya," ujar Vania kepada office boy yang membantu mendorong troli berisi tumpukan flyer.
"Tiga ribu aja 'kan yang mau dianterin?" tanya Vania kepada Kendra.
Kendra mengangguk.
"Ada yang happy nih kayaknya," goda Kendra.
"Hehehe... Kita jadi 'kan ke sana?"
"Jadi, ntar aja sorean, sekalian kita pulang habis anterin flyer. Gue 'kan hari ini nebeng lo."
"Ok."
*****
"Sekarang gimana? Lo mau kasih tahu Rico kalau kita ada di sini?" Vania bertanya.
"Nggak, ntar malah ketahuan kalau kita mau ketemu dia. Soalnya biasanya gue nitipin ke resepsionis."
"Ooo... Gitu?"
"Jadi kita harus main cantik. Jangan sampai kelihatan ngebet banget."
Kendra lalu melangkah ke meja resepsionis yang menyambut mereka berdua dengan senyuman manis.
"Sore, Mbak. Mau ketemu Pak Rico bisa?" tanya Kendra pada resepsionis.
"Sore, Mbak Kendra. Sebentar ya, saya cek."
Resepsionis itu lalu menekan nomor ekstensi Rico. Tidak lama, ia kembali berbicara kepada Kendra.
"Maaf, Mbak Kendra. Pak Rico sedang ada meeting. Tadi yang pick up staf yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
ChickLitVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...