Part 46 - Bersamamu

6.9K 1.1K 122
                                    

Vania membidikkan kamera handphone ke arah anak-anak yang sedang tertawa gembira di atas komidi putar. Bocah-bocah yang masih berusia balita hingga sekitar usia siswa sekolah dasar tampak sangat ceria menikmati masa kecil mereka yang indah. Di atas kuda-kudaan aneka warna yang berputar mengikuti irama, mereka tertawa lepas. Mata mereka memancarkan sorot mata hangat.

Vania tanpa sadar ikut melambaikan tangan ketika seorang anak perempuan melambaikan tangan kepada ayah dan ibunya yang berdiri di samping Vania. Kenangan yang sama terlintas dalam ingatan Vania. Dulu saat ia kecil, ia juga sering naik komidi putar. Dalam khayalan Vania saat itu, ia adalah seorang putri raja yang sedang berkeliling seputar halaman istana dengan menaiki kuda miliknya. Saat itu adalah salah satu saat paling indah yang terekam dalam ingatan kecil Vania.

Vania membidikkan kamera sekali lagi. Saat ini, ia sudah berkhayal bahwa suatu hari nanti ia juga akan memiliki putra dan putri. Ia akan menemani putra dan putrinya naik komidi putar seperti ini. Rasanya pasti akan sangat menyenangkan.

Orang bilang, anak-anak adalah kebahagiaan dalam sebuah pernikahan. Meski saat ini dirinya belum sepenuhnya siap untuk menikah, tapi memiliki anak selalu ada dalam daftar keinginannya. Bahkan dulu Vania sempat berpikir untuk mengadopsi anak jika sampai tiba saatnya ia tetap tak memiliki keinginan atau keberanian untuk menikah.

Tapi kini semua sudah berubah. Hatinya sudah sembuh. Hatinya sudah kembali utuh. Meski itu bukan berarti ia ingin menikah dalam waktu dekat, yang terpenting adalah sekarang ia sudah tak merasa takut lagi untuk terikat.

Vania menoleh ke arah Ferdy yang tampak berjalan ke arahnya sambil tersenyum ceria. Sudah satu bulan mereka bersama. Sejauh ini hubungan mereka baik-baik saja. Sejauh ini mereka berdua bahagia. Setidaknya itu yang selalu Ferdy katakan kepada Vania.

Ferdy sangat memanjakan Vania. Ia memperlakukan Vania seolah Vania adalah hartanya yang paling berharga. Sedangkan Vania, ia pelan-pelan mulai belajar untuk sepenuhnya membuka hati, mulai berusaha untuk sepenuhnya menerima Ferdy. Meski tak dapat dimungkiri, bayangan Rico kerap kali masih datang menghantui.

Seperti saat ini. Vania sedang menghabiskan waktu bersama Ferdy, tapi yang terlintas dalam ingatan justru kenangan saat dirinya dan Rico mengunjungi pameran. Kala itu Rico banyak tersenyum dan bicara, tak seperti biasanya. Lelaki itu juga mengambil sikap melindungi Vania ketika mereka hendak menyeberang jalan, sama seperti yang tadi Ferdy lakukan. Bedanya, Ferdy menggandeng tangan Vania, Rico tidak. Tapi justru saat menyebrang jalan tadi, sosok Rico yang terasa memenuhi hati, bukan Ferdy.

Senyum Ferdy semakin merekah saat ia sampai di hadapan Vania. Vania mencoba mengusir bayangan Rico dan membalas senyuman sang kekasih.

"This is for you, my lady." Ferdy mengulurkan dua buah cotton candy warna-warni kepada Vania.

Vania memekik gembira. Disambutnya cotton candy yang Ferdy ulurkan sambil tersenyum ceria.

"Cantik banget warnanya! Kamu tahu aja aku sukanya apa."

Ferdy tersenyum melihat rona bahagia yang tergambar jelas di wajah Vania.

"Kamu suka?"

"Suka banget. Makasih," ujar Vania sembari tersenyum menatap Ferdy.

"Apa aja buat kamu." Ferdy menatap Vania dengan penuh rasa haru yang tiba-tiba saja memenuhi ruang kalbu.

Mereka berdua kemudian saling berpandangan. Mata mereka beradu. Ferdy merasakan getaran di hatinya. Sulit dipercaya, ia kini bisa kembali memiliki hati dan cinta Vania.

Vania adalah orang terpenting baginya. Perempuan paling istimewa untuknya. Ia sudah pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan. Kali ini, Vania tak akan pernah lagi ia lepaskan dari genggaman. Betapa bisa kembali bersama dengan Vania adalah sebuah keajaiban. Kesempatan berharga ini tak akan pernah ia sia-siakan.

"Kok kamu lihatin aku terus sih?" tegur Vania dengan nada manja.

Ferdy tertawa. Ia selalu suka mendengar suara Vania yang manja. Meski gadis ini manja dan kadang keras kepala, tapi justru itu yang membuatnya semakin jatuh cinta.

"Aku lagi lihatin pacarku yang cantik," ucap Ferdy sambil membelai pipi Vania.

"Huh. Dasar tukang merayu."

Vania lalu melangkahkan.kaki meninggalkan Ferdy. Ferdy mengikuti. Mereka kemudian duduk di sebuah bangku. Saat ini mereka sedang berada di sebuah pasar malam. Vania suka pasar malam tradisional. Baginya pasar malam dan komidi putar sederhana di area terbuka lebih menarik daripada komidi putar yang berada di pusat perbelanjaan. Ia suka dengan berbagai makanan yang dijual, aneka permainan yang tersedia, dan tentunya cotton candy. Yang juga berbeda dari pasar malam di area terbuka adalah pengunjungnya berasal dari berbagai kalangan, tidak seperti di pusat perbelanjaan yang didominasi orang berada.

Bagi Vania, menyaksikan bagaimana anak-anak yang berasal dari keluarga sederhana harus berbagi sebungkus kacang rebus adalah pengalaman yang sangat menyentuh hati. Jauh berbeda dengan anak-anak orang berada yang bisa menikmati sebuah burger tanpa harus berbagi.

Vania juga suka mendengar bagaimana sepasang suami istri bercerita bahwa mereka merasa bahagia bisa menyenangkan hati anak-anak mereka, meski untuk itu mereka harus menyisihkan uang belanja. Pengalaman hidup seperti ini membuat Vania mensyukuri nikmat yang sudah Tuhan berikan padanya. Melihat bahwa masih banyak keluarga sederhana yang secara ekonomi berada di bawahnya, membuat Vania senantiasa ingat untuk tetap berpijak ke tanah.

Ferdy tersenyum sambil memandang Vania yang asyik menikmati cotton candy. Dari cara Vania menjilati cotton candy yang lengket di jari-jari, sepertinya penganan manis itu adalah makanan paling enak di dunia versi Vania. Tak butuh waktu lama bagi Vania untuk menghabiskan dua buah cotton candy di tangannya.

"Kamu suka?" tanya Ferdy.

Vania menganggukkan kepala.

"Suka banget."

"Mau lagi?"

Kali ini Vania menggeleng.

"Aku udah kenyang. Dari tadi kamu beliin aku makanan terus. Aku bisa gendut lama-lama."

Ferdy tertawa seraya mengacak puncak kepala Vania.

"Kamu gendut juga aku tetap cinta."

"Gombal!" sahut Vania dengan pipi merona. Tak dapat dimungkiri, ucapan Ferdy melambungkan hatinya, membuatnya merasa begitu dipuja, membuatnya merasa sangat dicinta.

Ferdy meraih tubuh Vania dalam pelukannya. Didekapnya Vania dengan sangat erat hingga hati Ferdy seketika dilingkupi rasa hangat.

"Makasih, ya," bisik Ferdy.

"Untuk apa?" tanya Vania.

"Untuk mau kembali menerima aku."

Vania terdiam. Perkataan Ferdy membuatnya membisu.

"Aku benar-benar nggak nyangka kamu mau. Aku pikir aku udah kehilangan kamu."

Vania masih bungkam. Seharusnya kata-kata Ferdy membuatnya bahagia. Seharusnya. Tapi entah kenapa justru kesedihan yang ia rasa. Saat ini ia memang bersama Ferdy, tapi kenapa justru bayangan Rico yang berkelebat di depan mata. Sekarang ini ia memang sedang bersama dengan sang kekasih, tapi kenapa pesona Rico masih saja kuat terpatri di dalam hati.

*****

Selamat menjalankan ibadah puasa dan ibadah lain selama Ramadhan.
Selamat meraih berkat di bulan penuh rahmat.

Jadi ingat, Ramadhan tahun lalu aku lagi nulis Kendra, eh Ramadhan tahun ini nulis Vania.

Komen2 belum sempat kubalas. Maafkan 😊😘

Senandung Cinta VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang