"Eh Rico, aku boleh bagi pin BBM kamu ke Vania?" tanya Kendra setelah meeting usai. "Siapa tahu dia mau tanya sesuatu."
"Boleh aja," sahut Rico dengan senyum ramah.
Vania yang mendengarnya jadi salah tingkah.
Duh, Kendra ini mau apa? Bikin malu aja.
"Sekalian sama nomor handphone kamu boleh?"
"Boleh." Lagi-lagi Rico menjawab pertanyaan Kendra dengan senyuman di wajahnya.
Vania yang melihatnya semakin resah.
Duh, Mas, jangan senyum mulu. Bisa rontok lama-lama hatiku.
"Makasih, Rico," Kendra berkata riang. "Oh ya, Rico."
"Apa?"
"Masa kata Andre, kamu itu duda beranak lima. Emang iya? Kok aku nggak tahu?"
Andre yang sedang membereskan laptopnya langsung mendelik sementara Rico melirik sahabatnya.
"Lo ngomong gitu?" Rico bertanya kepada Andre.
"Enak aja, nggak kok. Fitnah itu," sanggah Andre dengan wajah panik.
"Iya kok, waktu itu dia bilang gitu," ujar Kendra dengan senyum kemenangan di wajahnya.
Rico tertawa kecil.
"Nggak usah didengerin. Dia 'kan emang suka aneh."
"Lha, kenapa jadi gue yang kena?" Andre tak terima.
"Ooo... Tapi kamu emang beneran.duda?" Kendra kembali bertanya.
Vania yang mendengarnya langsung mengerti arah pembicaraan Kendra. Wajah Vania memanas seketika.
Duh Kendra, harus senorak inikah caranya?! Untung Bu Titi udah nggak ada.
Lagi-lagi Rico tertawa.
"Nikah juga belum, gimana mau jadi duda?"
"Ya udah, kamu cepetan nikah aja," kata Kendra sambil tersenyum penuh arti
"Nikah sama siapa? Kamu? Pacar aja aku nggak punya," sahut Rico sambil tersenyum geli.
Mendengar jawaban Rico, Vania bisa merasakan bunga-bunga bermekaran di taman hatinya. Jadi ini cara Kendra mencari tahu tentang fakta? Jadi ternyata benar Rico belum ada yang punya?
"Eh, jangan, Bung. Ngapain lo nikah sama dia. Rugi lo ntar." Tanpa diminta Andre berkomentar.
"Eh, Andre sini deh." Kendra menarik tangan Andre.
"Apaan sih ah?" Andre menarik kembali tangannya.
"Ayo ikut aku." Kendra tidak mau menyerah.
"Ke mana?"
"Bikin minum di pantry, aku haus. Ayo cepetan."
"Ngapain ngajak gue?"
"Pasti mau berantem lagi nih berdua," gumam Rico sambil geleng-geleng kepala.
"Udah ikut aja. Van, tolong beresin laptop gue, ya. Rico, tolong temenin Vania."
Tanpa menunggu jawaban Rico dan Vania, Kendra segera menarik tangan Andre yang terus bertanya kenapa ke pantry harus mengajak dirinya.
Sepeninggal Andre dan Kendra, kini Rico dan Vania tinggal berdua. Vania menghela napas. Ternyata Kendra kalau jadi mak comblang penuh totalitas. Totalitas tanpa batas hingga membuatnya sulit bernapas.
Bagaimana tidak sulit bernapas jika di ruangan ini hanya ada dirinya dan lelaki kalem yang kini berdiri di hadapannya. Lutut Vania serasa lemas seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Cinta Vania
Literatura FemininaVersi ebook tersedia di Playstore. Cerita kedua dari "Serial Keajaiban Cinta". Prekuel "Marrying Mr. Perfect". Hanya tersisa part 1 - 52 (Part 13 dst private) Senandung Cinta Vania Sepenggal kisah tentang kehidupan, cinta, persahabatan, harapan, dan...