Part 20 - Harapan

9.9K 1.1K 93
                                    

"Nah, space yang akan dipakai mulai dari sebelah sini," Rico berkata.

"Semuanya? Sebesar ini spacenya?" tanya Vania.

Saat ini Rico dan Vania sedang berada di Jakarta Convention Centre untuk meninjau lokasi yang akan mereka gunakan untuk pameran. Hanya Rico dan Vania. Lagi-lagi mereka hanya berdua. Kupu-kupu di taman hati Vania seolah beryanyi gembira sambil berterbangan di udara.

"Iya. Semua ini space buat perusahaan kalian. Kalau kami di sebelah kanan," Rico menjelaskan. "Ada yang mau ditanyain?"

"Apa lagi yang aku belum tahu?" Vania balik bertanya.

"Nanti paling surat loading dan waktu loadingnya aku kabarin lagi. Oh ya, iklan udah mulai tayang minggu depan. Talk show radionya gimana? Jadi apa nggak?"

"Jadi. Udah ada jadwal di delapan radio."

"Wow. Barter itu bayarnya? Harga talk show 'kan lumayan."

"Nggak. Kendra bilang sebagai media partner aja. Paling kalaupun bayar, dikasih voucher belanja aja. Nanti masuk ke anggaran promosi kami. Oh iya, aku lupa belum kirimin logo-logo radio yang ikutan. Nanti 'kan logo mereka harus dipasang di iklan."

"Ya udah, tolong kamu kirimin ke email aja. Yang resolusi tinggi, ya."

"Siap."

Handphone Rico berdering.

"Sebentar, ya. Aku mau jawab telepon dulu."

Vania menganggukkan kepala. Maka Rico pun berlalu dari hadapan Vania.

Ternyata ada hikmahnya Andre dan Kendra marahan, Rico dan Vania jadi bisa berduaan. Ya meskipun hanya membahas seputar pekerjaan, tapi tetap saja rasanya menyenangkan.

Kalau begini terus, Vania rela jika tiap bulan ada pameran atau minimal event bersama. Apa saja. Ia juga tidak keberatan jika Kendra menunjuknya sebegai pelaksana.

Sambil menunggu Rico, Vania berkeliling ruangan. Sesekali ia mencuri pandang ke arah Rico yang masih tampak menerima panggilan. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala Vania.

Bagaimana jika sambil berkeliling ruangan ia pura-pura sibuk mengambil dokumentasi. Nanti 'kan ia jadi bisa memotret Rico tanpa sepengetahuan sang pujaan hati.

Hihihi...Vania tertawa dalam hati.

Agaknya setelah beberapa waktu bergaul dengan Kendra, kegokilan dan ide-ide ajaib Kendra mulai menular kepadanya.

Maka Vania pun mulai melaksanakan rencananya. Ia berkeliling ruangan sambil membawa handphone di tangan. Ia memposisikan handphonenya sedemikian rupa seolah hendak mengabadikan gambar ruangan. Padahal sebenarnya hanya Rico yang fotonya ingin ia dapatkan.

Vania mulai melangkah perlahan. Ia berusaha mengatur langkahnya dengan seksama agar Rico tidak curiga.

"Ayo kita beraksi," gumam Vania. "Cari yang pas anglenya. Nah, ini nih angle sempurna."

Vania membidikkan kamera handphonenya tepat ke arah Rico yang sedang menghadap ke arahnya.

"Yes, kena!" Vania tertawa gembira.

Foto yang baru saja ia dapatkan begitu sempurna. Rico sedang menghadap ke arahnya meski tak menatap dirinya. Rico yang tampak sedang berbicara serius tampak sangat fokus. Meski tanpa senyuman, Rico tetap terlihat menawan.

"Kita jepret-jepret lagi hihihi..." Vania bergumam sendiri.

Maka begitulah. Selagi Rico sedang sibuk berbicara, Vania sibuk membidikkan kamera.

Senandung Cinta VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang