Part 13 - Bagaimana Jika?

11.5K 1.1K 58
                                    

Duh, ngapain sih dia pakai datang lagi? Apa belum jelas alasanku minta putus waktu itu?

Vania merutuk dalam hati. Disandarkannya kepalanya yang tiba-tiba saja terasa pening.

Gimana ini? Turun salah, nggak turun juga salah.

Vania menyesali diri, kenapa tadi ia tidak melihat mobil milik Ferdy yang diparkir di seberang jalan? Jika saja ia melihatnya lebih awal, mungkin ia bisa memutar arah mobilnya dan pergi entah ke mana. Ia lebih baik menghindar daripada harus bertengkar, apalagi di rumahnya, disaksikan oleh kedua orang tuanya.

Ya udah lha, turun aja. Emang aku bisa apa?

Vania turun dari mobilnya dengan gelisah. Mamanya menyambut kedatangan Vania dengan senyum merekah.

"Ferdy udah nungguin dari tadi lho, Van," ujar Bu Faisal. "Kamu kok pulangnya agak telat?"

"Iya, Ma. Tadi antar Kendra dulu," sahut Vania.

Ia sengaja tidak menatap ke arah Ferdy sedikit pun. Ia tidak peduli jika Ferdy menganggapnya tidak punya sopan santun.

"Ya udah, kalian ngobrol berdua. Tante tinggal dulu, ya, nak Ferdy."

"Iya, Tante. Silahkan."

"Van, itu tehnya ditambahin atau kamu buatin yang baru kalau udah dingin."

"Iya, Ma," sahut Vania ogah-ogahan.

Mamanya selalu memperlakukan Ferdy seperti itu. Mamanya sudah terlanjur menganggap Ferdy sebagai calon menantu.

Sepeninggal mamanya, Vania jadi kikuk sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia, yang posisinya sengaja dipilih agar ia tidak terlalu dekat dengan Ferdy.

Ferdy mencoba tersenyum. Ia sangat memahami sikap yang ditunjukkan oleh Vania. Dilihat dari caranya bersikap, tampak jelas jika Vania tidak suka melihat kehadirannya.

"Ada perlu apa kamu datang ke sini?" tanya Vania tanpa basa-basi.

Ferdy menghela nafas sejenak. Ia tahu, sebentar lagi suasana pasti akan menjadi tidak enak. Ia dan Vania, entah kapan terakhir kali mereka berdua bisa bicara secara baik-baik, tanpa adanya nada tinggi, tanpa adanya emosi.

"Kamu nggak mau tanya kabar aku dulu?" tanya Ferdy seraya mencoba menatap ke dalam mata vania.

Vania membuang muka.

"Nggak usah kutanya juga udah kelihatan kamu baik-baik aja. Cepat bilang ada perlu apa."

Ferdy diam. Sebenarnya ia juga bingung akan memulai pembicaraan dari mana. Sepertinya, pembicaraan ini tidak akan mudah.

Ferdy menghela napas sejenak sebelum ia mulai bicara.

"Seperti yang udah aku bilang di SMS, aku mau kita bicara."

"Tentang?"

"Hubungan kita."

"Hubungan kita yang udah berakhir maksudnya?" sindir Vania.

Sorot mata Ferdy berubah kecewa. Kenapa ia harus kecewa? Bukankah Vania benar, hubungan mereka memang sudah berakhir.

"Hubungan kita yang masih bisa kita perbaiki," ralat Ferdy.

Vania tertawa sinis.

"Apanya yang mau diperbaiki?" ucap Vania perlahan, seperti berkata kepada dirinya sendiri.

"Semuanya, Van. Kita bisa mulai perbaiki semuanya dari awal."

"Nggak ada gunanya," bantah Vania.

Senandung Cinta VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang